✔ Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Pengawasan
1. Validitas Instrumen Pengawasan
Instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data dalam acara pengawasan sekolah harus terlebih dahulu diuji validitasnya. Uji validitas instrumen dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun sempurna untuk digunakan sebagai alat pengumpul data pengawasan sekolah atau tidak. Terkait dengan validitas instrument, Arikunto (2002: 144) menyatakan:
Validitas yaitu suatu ukuran yang memperlihatkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila bisa mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila sanggup mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Margono (2004: 186) menyatakan bahwa dalam mengukur validitas perhatian ditujukan kepada isi dan kegunaan instrumen. Valisitas instrumen setidaknya sanggup dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:
a. Construct Validity
Construct validity, menunjuk kepada perkiraan bahwa alat ukur yang digunakan mengandung satu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoretis. Karena itu construct validity (konstruk) bersama-sama hampir sama dengan konsep, keduanya sama-sama merupakan abstraksi dan generalisasi, yang perlu diberi definisi sedemikian rupa sehingga, sehingga sanggup diamati dan diukur. Seorang pengawas sekolah dalam meneliti construct validity itu, mulai dengan menganalisis unsur-unsur suatu konstruk. Kemudian diberikan evaluasi apakah bagian-bagian itu memang logis untuk disatukan (menjadi skala) yang mengukur suatu konstruk. Langkah terakhir yaitu menghubungkan konstruk yang sedang diamati dengan konstruk lainnya, dan menelusuri apa saja dari konstruk pertama mempunyai kaitan dengan unsur-unsur tertentu pada konstruk yang lain tadi. (Margono, 2004: 187)
b. Content Validity
Content validity (validitas isi) menunjuk kepada suatu instrumen yang mempunyai kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur yang akan diukur. Sebagai contoh, seorang guru pada tamat semester akan memperlihatkan ujian dari materi yang diajarkan. Suah barang tentu banyak terdapa kemungkinan pertanyaan yang diajukan. Sebuah tes yang mempunyai validitas isi yang tinggi, apabila pertanyaan yang diajukan sanggup menangkap apa yang sudah diajarkan guru, atau yang diketahui siswanya. Validitas ini sekarang menerima perhatian yang makin besar dalam pengukuran-pengukuran terhadap kemajuan belajar. Tes kemajuan belajar, menyerupai dimaklumi yaitu bermaksud mengetahui apa yang sudah diketahui oleh siswa. Untuk mencapai maksud itu, butir-butir tes dihentikan keluar dari persoalan-persoalan yang dipandang penting, dan masih dekat bekerjasama dengan isi dari TIK yang bersangkutan. Penentuan suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya sanggup didasarkan pada evaluasi para jago dalam bidang tersebut.
c. Face Validity
Face validity (validitas lahir atau validitas tampang) menunjuk dua arti berikut ini:
1) Menyangkut pengukuran atribut yang konkret. Sebagai pola pengawas ingin mengawasi kemampuan guru dalam mengggunakan kemudahan internet, maka para guru disuruh mengoperasikan kanal internet. Apabila kemahiran aplikasi kanal internet yang diukur, maka teknik-teknik pemanfaatan internet itu yang akan diukur.
2) Menyangkut evaluasi dari para jago maupun konsumen alat ukur tersebut. Sebagai contoh, pengawas ingin mengawasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap sekolah, kemudian ia menciptakan skala pengukuran dan menunjukkannya kepada ahli. Apabila para jago beropini bahwa semua unsur skala itu memang mengukur partisipasi, skala tersebut memilki validitas tampang.
d. Predictive Validity
Predictive validity menunjuk kepada instrumen peramalan. Meramal sudah memperlihatkan bahwa kriteria evaluasi berada pada dikala yang akan datang, atau kemudian. Sebagai contoh, salah satu syarat untuk diterima di akademi tinggi yaitu menempuh ujian. Instrumen tes ujian itu dikatakan mempunyai predictive validity yang tinggi, apabila menerima nilai yang baik ternyata sanggup menuntaskan studinya dengan lancar, gampang dan berprestasi baik, sedangkan yang menerima nilai rendah akan menerima kendala yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan kata lain, dengan instrumen tes yang mempunyai predictive validity tadi, sanggup diramalkan hasil studi calon mahasiswa pada masa yang akan datang.
2. Reliabilitas Instrumen Pengawasan
Selain harus memenuhi kriteria valid, instrumen penelitian pun harus reliabel. Arikunto (2002: 154) menyatakan: “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup sanggup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data alasannya instrumen tersebut sudah baik”.
Reliabilitas lebih gampang dimengerti dengan memerhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur (instrumen), yaitu (1) kemantapan; (2) kete- patan, dan (3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, dengan syarat bahwa kondisi dikala pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memperlihatkan hasil yang sama. Di dalam pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna juga ‘dapat diandalkan’ (Margono, 2004: 181).
Ketepatan, menunjuk kepada instrumen yang sempurna atau benar mengukur dari sesuatu yang diukur. Instrumen yang sempurna yaitu instrumen di mana pernyataannya jelas, gampang dimengerti dan rinci. Pertanyaan yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama dari responden yang lain, dan dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Homogenitas, menunjuk kepada instrumen yang mempunyai kaitan dekat satu sama lain dalam unsur-unsur dasarnya.
Mutu suatu instrumen atau alat pengukur secara keseluruhan, intinya sanggup diperiksa melalui dua tahap usaha, yaitu pertama dengan analisis rasional dan analisis empiris. Seorang pengawas yang cermat dan berpengalaman biasanya dengan gampang sanggup menilai reliabilitas suatu instrumen pengawasan dengan cara analisis rasional. Pengawas menyerupai ini akan sanggup pula memperlihatkan kelemahan dari instrumen dan dengan segera sanggup memberi pertimbangan, apakah informasi yang diperoleh dari responden sanggup dipercaya atau harus diterima dengan hati-hati, atau ditolak. Langkah kedua dalam menilik mutu instrumen ialah dengan menganalisis secara empiris (analisis dengan memakai mekanisme statistik). Adapun cara atau metode pengujian reliabilitas dari instrumen sebagai berikut:
a. Metode Ulang (Test-Retest)
Menurut Margono (2004: 184), metode ini menunjuk adanya pengulangan pengukuran yang sama kepada responden yang sama, dengan situasi yang (kira-kira) sama, pada dua waktu yang berlainan. Cara ini memang sederhana, akan tetapi mempunyai kelemahan-kelemahan alasannya kemungkinan-kemungkinan di bawah ini:
1) Terjadinya perubahan dalam diri responden di antara dua kurun waktu wawancara, sehingga hasil pengukuran yang pertama dan kedua terjadi perubahan yang besar.
2) Kesiapan yang berbeda dari responden, pada keadaan pengukuran kedua dibanding dengan yang pertama. Kebenaran ini harus sungguh diperhatikan, apalagi dalam mengukur reliabilitas tes kemampuan.
3) Kemungkinan responden hanya mengingat dan mengulang kembali tanggapan yang pernah diberikan. Untuk sedikit mengatasi, jarak waktu antara pengukuran yang pertama dengan yang kedua perlu dipertimbangkan masak-masak.
4) Kemungkinan bahwa responden yang cirinya diukur berulang kali memperlihatkan suatu kesadaran terhadap ciri tersebut, yang kemudian bertanggung jawab terhadap perubahan perilaku itu.
b. Metode Pararel
Metode ini menunjuk pada suatu kesatuan yang sama, atau kelompok variabel diukur dua kali pada waktu yang sama atau hampir bersamaan, pada sampel atau responden yang sama juga. Di dalam pelaksanaannya terdapat dua kemungkinan, yaitu: (1) dua orang peneliti memakai instrumen yang sama pada responden yang berbeda, (2) seorang peneliti dengan dua instrumen yang berbeda tetapi bermaksud mengukur variabel yang sama. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas dari dua alat ukur yaitu dengan koefisien korelasi. Apabila koefisien hubungan dikuadratkan, akan diperoleh koefisien determinan yang sekaligus merupakan indeks reliabilitas untuk kedua alat ukur (Margono, 2004: 185).
c. Metode Belah Dua (Split Half Method)
Metode ini menunjuk pada pengujian suatu instrumen dengan cara membagi dua, artinya instrumen dan skor pada kedua bab instrumen itu dikorelasikan. Pengujian dengan metode ini (lebih tepat) pada instrumen yang terdiri dari beberapa pertanyaan atau pernyataan, biasanya dalam bentuk skala. Sebuah skala biasanya mengukur konsep, jadi yang diukur dalam metode belah dua ini yaitu homogenitas dan internal consistency pertanyaan/ pernyataan yang termasuk dalam suatu instrumen. Proses pengu- jian reliabilitas pada metode belah dua ini, hampir sama dengan metode pararel. Sampai dikala ini belum ada pemikiran yang baik untuk menentukan suatu instrumen. Cara yang biasanya ditempuh yaitu dengan mengelompokkan pertanyaan yang bernomor ganjil pada satu kelompok dan pernyataan yang genap pada kelompok yang lain. Kelemahan metode ini bahwa koefisien hubungan dan indeks reliabilitasnya biasanya berfluktuasi tergantung dari cara pengelompokkan pertanyaan-pertanyaan. (Margono, 2004: 185-186).
Instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data dalam acara pengawasan sekolah harus terlebih dahulu diuji validitasnya. Uji validitas instrumen dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui apakah instrumen yang telah disusun sempurna untuk digunakan sebagai alat pengumpul data pengawasan sekolah atau tidak. Terkait dengan validitas instrument, Arikunto (2002: 144) menyatakan:
Validitas yaitu suatu ukuran yang memperlihatkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila bisa mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila sanggup mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Margono (2004: 186) menyatakan bahwa dalam mengukur validitas perhatian ditujukan kepada isi dan kegunaan instrumen. Valisitas instrumen setidaknya sanggup dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:
a. Construct Validity
Construct validity, menunjuk kepada perkiraan bahwa alat ukur yang digunakan mengandung satu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoretis. Karena itu construct validity (konstruk) bersama-sama hampir sama dengan konsep, keduanya sama-sama merupakan abstraksi dan generalisasi, yang perlu diberi definisi sedemikian rupa sehingga, sehingga sanggup diamati dan diukur. Seorang pengawas sekolah dalam meneliti construct validity itu, mulai dengan menganalisis unsur-unsur suatu konstruk. Kemudian diberikan evaluasi apakah bagian-bagian itu memang logis untuk disatukan (menjadi skala) yang mengukur suatu konstruk. Langkah terakhir yaitu menghubungkan konstruk yang sedang diamati dengan konstruk lainnya, dan menelusuri apa saja dari konstruk pertama mempunyai kaitan dengan unsur-unsur tertentu pada konstruk yang lain tadi. (Margono, 2004: 187)
b. Content Validity
Content validity (validitas isi) menunjuk kepada suatu instrumen yang mempunyai kesesuaian isi dalam mengungkap atau mengukur yang akan diukur. Sebagai contoh, seorang guru pada tamat semester akan memperlihatkan ujian dari materi yang diajarkan. Suah barang tentu banyak terdapa kemungkinan pertanyaan yang diajukan. Sebuah tes yang mempunyai validitas isi yang tinggi, apabila pertanyaan yang diajukan sanggup menangkap apa yang sudah diajarkan guru, atau yang diketahui siswanya. Validitas ini sekarang menerima perhatian yang makin besar dalam pengukuran-pengukuran terhadap kemajuan belajar. Tes kemajuan belajar, menyerupai dimaklumi yaitu bermaksud mengetahui apa yang sudah diketahui oleh siswa. Untuk mencapai maksud itu, butir-butir tes dihentikan keluar dari persoalan-persoalan yang dipandang penting, dan masih dekat bekerjasama dengan isi dari TIK yang bersangkutan. Penentuan suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya sanggup didasarkan pada evaluasi para jago dalam bidang tersebut.
c. Face Validity
Face validity (validitas lahir atau validitas tampang) menunjuk dua arti berikut ini:
1) Menyangkut pengukuran atribut yang konkret. Sebagai pola pengawas ingin mengawasi kemampuan guru dalam mengggunakan kemudahan internet, maka para guru disuruh mengoperasikan kanal internet. Apabila kemahiran aplikasi kanal internet yang diukur, maka teknik-teknik pemanfaatan internet itu yang akan diukur.
2) Menyangkut evaluasi dari para jago maupun konsumen alat ukur tersebut. Sebagai contoh, pengawas ingin mengawasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap sekolah, kemudian ia menciptakan skala pengukuran dan menunjukkannya kepada ahli. Apabila para jago beropini bahwa semua unsur skala itu memang mengukur partisipasi, skala tersebut memilki validitas tampang.
d. Predictive Validity
Predictive validity menunjuk kepada instrumen peramalan. Meramal sudah memperlihatkan bahwa kriteria evaluasi berada pada dikala yang akan datang, atau kemudian. Sebagai contoh, salah satu syarat untuk diterima di akademi tinggi yaitu menempuh ujian. Instrumen tes ujian itu dikatakan mempunyai predictive validity yang tinggi, apabila menerima nilai yang baik ternyata sanggup menuntaskan studinya dengan lancar, gampang dan berprestasi baik, sedangkan yang menerima nilai rendah akan menerima kendala yang tiada tara, bahkan gagal di tengah jalan. Dengan kata lain, dengan instrumen tes yang mempunyai predictive validity tadi, sanggup diramalkan hasil studi calon mahasiswa pada masa yang akan datang.
2. Reliabilitas Instrumen Pengawasan
Selain harus memenuhi kriteria valid, instrumen penelitian pun harus reliabel. Arikunto (2002: 154) menyatakan: “Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup sanggup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data alasannya instrumen tersebut sudah baik”.
Reliabilitas lebih gampang dimengerti dengan memerhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur (instrumen), yaitu (1) kemantapan; (2) kete- patan, dan (3) homogenitas. Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, dengan syarat bahwa kondisi dikala pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memperlihatkan hasil yang sama. Di dalam pengertian mantap, reliabilitas mengandung makna juga ‘dapat diandalkan’ (Margono, 2004: 181).
Ketepatan, menunjuk kepada instrumen yang sempurna atau benar mengukur dari sesuatu yang diukur. Instrumen yang sempurna yaitu instrumen di mana pernyataannya jelas, gampang dimengerti dan rinci. Pertanyaan yang tepat, menjamin juga interpretasi tetap sama dari responden yang lain, dan dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Homogenitas, menunjuk kepada instrumen yang mempunyai kaitan dekat satu sama lain dalam unsur-unsur dasarnya.
Mutu suatu instrumen atau alat pengukur secara keseluruhan, intinya sanggup diperiksa melalui dua tahap usaha, yaitu pertama dengan analisis rasional dan analisis empiris. Seorang pengawas yang cermat dan berpengalaman biasanya dengan gampang sanggup menilai reliabilitas suatu instrumen pengawasan dengan cara analisis rasional. Pengawas menyerupai ini akan sanggup pula memperlihatkan kelemahan dari instrumen dan dengan segera sanggup memberi pertimbangan, apakah informasi yang diperoleh dari responden sanggup dipercaya atau harus diterima dengan hati-hati, atau ditolak. Langkah kedua dalam menilik mutu instrumen ialah dengan menganalisis secara empiris (analisis dengan memakai mekanisme statistik). Adapun cara atau metode pengujian reliabilitas dari instrumen sebagai berikut:
a. Metode Ulang (Test-Retest)
Menurut Margono (2004: 184), metode ini menunjuk adanya pengulangan pengukuran yang sama kepada responden yang sama, dengan situasi yang (kira-kira) sama, pada dua waktu yang berlainan. Cara ini memang sederhana, akan tetapi mempunyai kelemahan-kelemahan alasannya kemungkinan-kemungkinan di bawah ini:
1) Terjadinya perubahan dalam diri responden di antara dua kurun waktu wawancara, sehingga hasil pengukuran yang pertama dan kedua terjadi perubahan yang besar.
2) Kesiapan yang berbeda dari responden, pada keadaan pengukuran kedua dibanding dengan yang pertama. Kebenaran ini harus sungguh diperhatikan, apalagi dalam mengukur reliabilitas tes kemampuan.
3) Kemungkinan responden hanya mengingat dan mengulang kembali tanggapan yang pernah diberikan. Untuk sedikit mengatasi, jarak waktu antara pengukuran yang pertama dengan yang kedua perlu dipertimbangkan masak-masak.
4) Kemungkinan bahwa responden yang cirinya diukur berulang kali memperlihatkan suatu kesadaran terhadap ciri tersebut, yang kemudian bertanggung jawab terhadap perubahan perilaku itu.
b. Metode Pararel
Metode ini menunjuk pada suatu kesatuan yang sama, atau kelompok variabel diukur dua kali pada waktu yang sama atau hampir bersamaan, pada sampel atau responden yang sama juga. Di dalam pelaksanaannya terdapat dua kemungkinan, yaitu: (1) dua orang peneliti memakai instrumen yang sama pada responden yang berbeda, (2) seorang peneliti dengan dua instrumen yang berbeda tetapi bermaksud mengukur variabel yang sama. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas dari dua alat ukur yaitu dengan koefisien korelasi. Apabila koefisien hubungan dikuadratkan, akan diperoleh koefisien determinan yang sekaligus merupakan indeks reliabilitas untuk kedua alat ukur (Margono, 2004: 185).
c. Metode Belah Dua (Split Half Method)
Metode ini menunjuk pada pengujian suatu instrumen dengan cara membagi dua, artinya instrumen dan skor pada kedua bab instrumen itu dikorelasikan. Pengujian dengan metode ini (lebih tepat) pada instrumen yang terdiri dari beberapa pertanyaan atau pernyataan, biasanya dalam bentuk skala. Sebuah skala biasanya mengukur konsep, jadi yang diukur dalam metode belah dua ini yaitu homogenitas dan internal consistency pertanyaan/ pernyataan yang termasuk dalam suatu instrumen. Proses pengu- jian reliabilitas pada metode belah dua ini, hampir sama dengan metode pararel. Sampai dikala ini belum ada pemikiran yang baik untuk menentukan suatu instrumen. Cara yang biasanya ditempuh yaitu dengan mengelompokkan pertanyaan yang bernomor ganjil pada satu kelompok dan pernyataan yang genap pada kelompok yang lain. Kelemahan metode ini bahwa koefisien hubungan dan indeks reliabilitasnya biasanya berfluktuasi tergantung dari cara pengelompokkan pertanyaan-pertanyaan. (Margono, 2004: 185-186).
Belum ada Komentar untuk "✔ Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Pengawasan"
Posting Komentar