✔ Teori Produktivitas Kerja
Teori Produktivitas Kerja. Secara umum yang dimaksud dengan produktivitas kerja yakni perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Konsep produktivitas dikembangkan untuk mengukur besarnya kemampuan menghasilkan nilai tambah atas komponen masukan yang digunakan (Cahyono, 1996: 281). Secara sederhana produktivitas yang dimaksud disini yakni perbandingan ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang digunakan selama acara berlangsung.
Dewan Produktivitas Nasional Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dalam kaitannya dengan pengertian produktivitas tenaga kerja sebagai berikut:
Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi memperlihatkan pertambahan jumlah hasil yang dipakai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas. Karena produksi sanggup meningkatkan walaupun produktivitasnya tetap ataupun menurun.
Pengertian produktivitas tersebut di atas menguraikan peningkatan produksi maupun peningkatan produktivitas yang intinya menjadi kiprah utama yakni sumber daya insan dalam proses peningkatan produktivitas, lantaran alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil kerja manusia. Sehingga peningkatan produktivitas sanggup dilihat dalam 3 bentuk yaitu:
Produktivitas kerja yakni perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber kerja yang digunakan (input). Produktivitas kerja dikatakan tinggi kalau hasil yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang digunakan. Sebaliknya produktivitas kerja dikatakan rendah, kalau hasil yang diperoleh lebih kecil dari sumber kerja yang digunakan.
Dari pengertian produktivitas kerja di atas, produktivitas kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan kiprah serta tenaga kerja menekankan pada hasil kerja dalam organisasi yang merupakan perwujudan tujuan-tujuannya, sedangkan hasil kerja tersebut bisa bersifat material dan non material. Dengan demikian produktivitas kerja digambarkan melalui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi.
Baca Juga: Kumpulan Pengertian Produktivitas Menurut Para Ahli
Konsep produktivitas dekat hubungannya dengan efisiensi dan efektivitas (Gomes, 2000). Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Dan kalau efektivitas dan efisiensi rendah, maka diasumsikan telah terjadi kesalahan manajemen. Jika efektivitas tinggi tetapi efisiensi rendah dimungkinkan terjadi pemborosan (biaya tinggi), sementara bila efisiensi tinggi namun efektivitas rendah, berati tidak tercapai sasaran atau terjadinya penyimpangan dari target.
Pengukuran produktivitas menyangkut permasalahan yang kompleks dan interdisipliner. Faktor-faktor fundamental yang menghipnotis pencapaian produktivitas yakni oleh posisi investasi, baik modal, teknologi, manajemen, serta keterampilan dari tenaga kerja (Sinungan, 1997). Faktor manajemen mencakup cara dan proses menggerakkan orang lain untuk tujuan tertentu. Sedang faktor keterampilan tenaga kerja menyangkut kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja, motivasi kerja, disiplin, etos kerja serta kekerabatan antarpersonal.
Pengukuran produktivitas pendidikan sanggup dilakukan dalam tiga cara, yaitu dilihat dari: (1) dimensi keluaran administrasi, (2) dimensi keluaran perubahan perilaku; dan (3) dimensi keluaran ekonomis. Pengukuran dari dimensi keluaran manajemen maksudnya yakni dengan melihat seberapa baik pelayanan yang sanggup diberikan oleh guru, kepala sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan. Dimensi keluaran manajemen bagi guru sanggup berupa produk proses berguru mengajar mulai dari persiapan pengajaran sampai penilaian pengajaran. Sedang pengukuran dimensi keluaran perubahan sikap dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh akseptor didik sebagai citra dari prestasi akademik yang telah dicapai. Dan pengukuran dari dimensi keluaran irit dilakukan dengan mengaitkan layanan pendidikan dengan aspek pembiayaan.
Timpe (1989) juga mengemukakan ciri-ciri seorang pegawai yang produktif yaitu: Pertama, lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan, artinya produktivitas tinggi mustahil tercapai kalau kualifikasi pegawai rendah. Pengamatan yang khas adalah: (1) cerdas dan sanggup berguru dengan cepat; (2) kompeten secara profesional atau teknis; (3) kreatif dan inovatif, (4) memahami pekerjaaan; (5) bekerja dengan “cerdik”, memakai logika, mengorganisasi pekerjaan dengan efisien, selalu memperhatikan kinerja rancangan, mutu, kehandalan, pemeliharaan, kemananan, pembiayaan, dan penjadwalan; (5) selalu mencari perbaikan tetapi tahu kapan harus berhenti; (6) dianggap bernilai oleh atasannya; (7) memiliki catatan prestasi yang berhasil; dan (8) selalu meningkatkan diri.
Kedua, bermotivasi tinggi, yang dalam hal ini pengamatan yang khas adalah: (1) sanggup memotivasi diri sendiri; (2) tekun; (3) mempuanyai kemauan keras untuk bekerja; (4) bekerja efektif dengan atau tanpa atasan; (5) melihat hal-hal yang harus dikerjakan dan mengambil tindakan yang perlu, (6) menyukai tantangan, (7) selalu ingin bertanya; (8) memperagakan ketidakpuasan yang konstruktif dan selalu memikirkan perbaikan; (9) berorientasi pada sasaran atau pencapaian hasil; (10) selalu sempurna waktu; (11) merasa puas kalau telah mengerjakan dengan baik; (12) memperlihatkan andil lebih dari yang diharapkan; dan (13) percaya bahwa kerja masuk akal sehari perlu dimbangi dengan honor masuk akal untuk sehari.
Ketiga, memiliki orientasi pekerjaan yang positif. Hal ini sanggup diamati dari: (1) menyukai pekerjaannya dan membanggakannya; (2) menetapkan standar yang tinggi; (3) memiliki kebiasaan kerja yang baik; (4) selalu terlihat dalam pekerjaannya; (5) cermat, sanggup dipercaya, dan konsisten; (6) menghormati manajemen dan tujuannya; (7) memiliki kekerabatan baik dengan manajemen; (8) sanggup mendapatkan pengarahan; dan (9) luwes dan sanggup menyesuaikan diri.
Keempat, dewasa. Dalam hal ini pegawai yang remaja memperlihatkan kinerja yang konsisten. Kedewasaan pegawai sanggup diamati melalui: (1) integritas tinggi; (2) memiliki rasa tanggung jawab yang kuat; (3) mengetahui kelemahan atau kekuatan sendiri; (4) mandiri, percaya diri, dan disiplin diri; (5) pantas memperoleh harga diri; (6) mantap secara emosional dan percaya diri, (7) sanggup bekerja efektif di bawah tekanan; (8) sanggup berguru dari pengalaman; dan (9) memiliki ambisi yang kuat.
Kelima, sanggup bergaul dengan efektif. Pengamatannya yang khas adalah: (1) memperagakan kecerdasan sosial; (2) pribadi yang menyenangkan; (3) berkomunikasi dengan efektif (jelas dan cermat, terbuka terhadap saran dan pendengar yang baik); (4) bekerja produktif dalam rangka upaya tim; dan (5) memperagakan sikap kasatmata dan antusiaisme.
Suatu tinjauan pada studi produktivitas memperlihatkan bahwa kecakapan manajemen yang bertanggung jawab yakni satu faktor terpenting dalam mencapai produktivitas tinggi pada organisasi yang berdasarkan teknologi (Timpe, 1989). Sejak tahun 1973, Hughes Aircraft Company, sebuah perusahaan elektronik berteknologi tinggi dengan 77.000 pekerja, telah melaksanakan studi ekstensif dengan tujuan mengoptimisasikan produktivitas dalam perusahaan yang berteknologi tinggi dan menyimpulkan bahwa faktor-faktor dasar yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas secara keseluruhan harus dilengkapi dengan faktor-faktor yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi.
Timpe (1989) meninjau ratusan penemuan studi dan wawasan dari ribuan manajer yang berpartisipasi dalam suatu seminar ihwal produktivitas, mengemukakan tujuh kunci untuk mencapai produktivitas yang tinggi yaitu: (1) keahlian, manajemen yang bertanggung jawab; (2) kepemimpinan yang luar biasa; (3) kesederhanaan organisasional dan operasional; (4) kepegawaian yang efektif; (5) kiprah yang menantang; (6) perencanaan dan pengendalian tujuan; dan (7) training manajerial khusus.
Dewan Produktivitas Nasional Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia dalam kaitannya dengan pengertian produktivitas tenaga kerja sebagai berikut:
Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi memperlihatkan pertambahan jumlah hasil yang dipakai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas. Karena produksi sanggup meningkatkan walaupun produktivitasnya tetap ataupun menurun.
Pengertian produktivitas tersebut di atas menguraikan peningkatan produksi maupun peningkatan produktivitas yang intinya menjadi kiprah utama yakni sumber daya insan dalam proses peningkatan produktivitas, lantaran alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil kerja manusia. Sehingga peningkatan produktivitas sanggup dilihat dalam 3 bentuk yaitu:
- Jumlah produksi meningkat memakai sumber daya yang sama.
- Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan memakai sumber daya yang lebih sedikit.
- Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.
Produktivitas kerja yakni perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah sumber kerja yang digunakan (input). Produktivitas kerja dikatakan tinggi kalau hasil yang diperoleh lebih besar daripada sumber kerja yang digunakan. Sebaliknya produktivitas kerja dikatakan rendah, kalau hasil yang diperoleh lebih kecil dari sumber kerja yang digunakan.
Dari pengertian produktivitas kerja di atas, produktivitas kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan kiprah serta tenaga kerja menekankan pada hasil kerja dalam organisasi yang merupakan perwujudan tujuan-tujuannya, sedangkan hasil kerja tersebut bisa bersifat material dan non material. Dengan demikian produktivitas kerja digambarkan melalui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi.
Baca Juga: Kumpulan Pengertian Produktivitas Menurut Para Ahli
Konsep produktivitas dekat hubungannya dengan efisiensi dan efektivitas (Gomes, 2000). Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi. Dan kalau efektivitas dan efisiensi rendah, maka diasumsikan telah terjadi kesalahan manajemen. Jika efektivitas tinggi tetapi efisiensi rendah dimungkinkan terjadi pemborosan (biaya tinggi), sementara bila efisiensi tinggi namun efektivitas rendah, berati tidak tercapai sasaran atau terjadinya penyimpangan dari target.
Pengukuran produktivitas menyangkut permasalahan yang kompleks dan interdisipliner. Faktor-faktor fundamental yang menghipnotis pencapaian produktivitas yakni oleh posisi investasi, baik modal, teknologi, manajemen, serta keterampilan dari tenaga kerja (Sinungan, 1997). Faktor manajemen mencakup cara dan proses menggerakkan orang lain untuk tujuan tertentu. Sedang faktor keterampilan tenaga kerja menyangkut kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja, motivasi kerja, disiplin, etos kerja serta kekerabatan antarpersonal.
Pengukuran produktivitas pendidikan sanggup dilakukan dalam tiga cara, yaitu dilihat dari: (1) dimensi keluaran administrasi, (2) dimensi keluaran perubahan perilaku; dan (3) dimensi keluaran ekonomis. Pengukuran dari dimensi keluaran manajemen maksudnya yakni dengan melihat seberapa baik pelayanan yang sanggup diberikan oleh guru, kepala sekolah maupun pihak lain yang berkepentingan. Dimensi keluaran manajemen bagi guru sanggup berupa produk proses berguru mengajar mulai dari persiapan pengajaran sampai penilaian pengajaran. Sedang pengukuran dimensi keluaran perubahan sikap dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang diperoleh akseptor didik sebagai citra dari prestasi akademik yang telah dicapai. Dan pengukuran dari dimensi keluaran irit dilakukan dengan mengaitkan layanan pendidikan dengan aspek pembiayaan.
Timpe (1989) juga mengemukakan ciri-ciri seorang pegawai yang produktif yaitu: Pertama, lebih dari memenuhi kualifikasi pekerjaan, artinya produktivitas tinggi mustahil tercapai kalau kualifikasi pegawai rendah. Pengamatan yang khas adalah: (1) cerdas dan sanggup berguru dengan cepat; (2) kompeten secara profesional atau teknis; (3) kreatif dan inovatif, (4) memahami pekerjaaan; (5) bekerja dengan “cerdik”, memakai logika, mengorganisasi pekerjaan dengan efisien, selalu memperhatikan kinerja rancangan, mutu, kehandalan, pemeliharaan, kemananan, pembiayaan, dan penjadwalan; (5) selalu mencari perbaikan tetapi tahu kapan harus berhenti; (6) dianggap bernilai oleh atasannya; (7) memiliki catatan prestasi yang berhasil; dan (8) selalu meningkatkan diri.
Kedua, bermotivasi tinggi, yang dalam hal ini pengamatan yang khas adalah: (1) sanggup memotivasi diri sendiri; (2) tekun; (3) mempuanyai kemauan keras untuk bekerja; (4) bekerja efektif dengan atau tanpa atasan; (5) melihat hal-hal yang harus dikerjakan dan mengambil tindakan yang perlu, (6) menyukai tantangan, (7) selalu ingin bertanya; (8) memperagakan ketidakpuasan yang konstruktif dan selalu memikirkan perbaikan; (9) berorientasi pada sasaran atau pencapaian hasil; (10) selalu sempurna waktu; (11) merasa puas kalau telah mengerjakan dengan baik; (12) memperlihatkan andil lebih dari yang diharapkan; dan (13) percaya bahwa kerja masuk akal sehari perlu dimbangi dengan honor masuk akal untuk sehari.
Ketiga, memiliki orientasi pekerjaan yang positif. Hal ini sanggup diamati dari: (1) menyukai pekerjaannya dan membanggakannya; (2) menetapkan standar yang tinggi; (3) memiliki kebiasaan kerja yang baik; (4) selalu terlihat dalam pekerjaannya; (5) cermat, sanggup dipercaya, dan konsisten; (6) menghormati manajemen dan tujuannya; (7) memiliki kekerabatan baik dengan manajemen; (8) sanggup mendapatkan pengarahan; dan (9) luwes dan sanggup menyesuaikan diri.
Keempat, dewasa. Dalam hal ini pegawai yang remaja memperlihatkan kinerja yang konsisten. Kedewasaan pegawai sanggup diamati melalui: (1) integritas tinggi; (2) memiliki rasa tanggung jawab yang kuat; (3) mengetahui kelemahan atau kekuatan sendiri; (4) mandiri, percaya diri, dan disiplin diri; (5) pantas memperoleh harga diri; (6) mantap secara emosional dan percaya diri, (7) sanggup bekerja efektif di bawah tekanan; (8) sanggup berguru dari pengalaman; dan (9) memiliki ambisi yang kuat.
Kelima, sanggup bergaul dengan efektif. Pengamatannya yang khas adalah: (1) memperagakan kecerdasan sosial; (2) pribadi yang menyenangkan; (3) berkomunikasi dengan efektif (jelas dan cermat, terbuka terhadap saran dan pendengar yang baik); (4) bekerja produktif dalam rangka upaya tim; dan (5) memperagakan sikap kasatmata dan antusiaisme.
Suatu tinjauan pada studi produktivitas memperlihatkan bahwa kecakapan manajemen yang bertanggung jawab yakni satu faktor terpenting dalam mencapai produktivitas tinggi pada organisasi yang berdasarkan teknologi (Timpe, 1989). Sejak tahun 1973, Hughes Aircraft Company, sebuah perusahaan elektronik berteknologi tinggi dengan 77.000 pekerja, telah melaksanakan studi ekstensif dengan tujuan mengoptimisasikan produktivitas dalam perusahaan yang berteknologi tinggi dan menyimpulkan bahwa faktor-faktor dasar yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas secara keseluruhan harus dilengkapi dengan faktor-faktor yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi.
Timpe (1989) meninjau ratusan penemuan studi dan wawasan dari ribuan manajer yang berpartisipasi dalam suatu seminar ihwal produktivitas, mengemukakan tujuh kunci untuk mencapai produktivitas yang tinggi yaitu: (1) keahlian, manajemen yang bertanggung jawab; (2) kepemimpinan yang luar biasa; (3) kesederhanaan organisasional dan operasional; (4) kepegawaian yang efektif; (5) kiprah yang menantang; (6) perencanaan dan pengendalian tujuan; dan (7) training manajerial khusus.
Belum ada Komentar untuk "✔ Teori Produktivitas Kerja"
Posting Komentar