✔ Hasil Riset Perencanaan Pendidikan
| Hasil penelitian Wongkar (1990) menemukan bahwa perencanaan pendidikan belum diterapkan di sekolah-sekolah berdasarkan prinsip-prinsip dan metodologi perencanaan pendidikan. Kondisi ini dibuktikan oleh fenomena pengembangan aspek prosedural, substantif, keterpaduan dalam perencanaan pendidikan di sekolah sebagai berikut:
1. Pemahaman perihal aspek-aspek prosedural dalam perencanaan pendidikan masih berada pada taraf yang belum memadai karena: (a) kondisi sistem dan mekanisme dalam administrasi pendidikan yang menjadikan para kepala sekolah memiliki anggapan keliru perihal pentingnya esensi dan lingkup perencanaan pendidikan yang sanggup diterapkan di sekolah; (b) sikap dan sikap yang menempel pada diri kepala sekolah yang seharusnya berperan dan berfungsi sebagai perencana sesuai kedudukannya sebagai manajer sekolah, dalam kenyataannya memandang acara prosedural perencanaan pendidikan tidak perlu.
2. Minat dan perhatian kepala sekolah sebagai perencana tingkat sekolah cenderung karam pada teladan pikir jalan pintas alasannya ialah acara merencanakan sesuai mekanisme dipandang sebagai pemborosan.
3. Ketatnya birokrasi cenderung menjadi penghambat dalam upaya menyebarkan aspek-aspek mekanisme perencanaan.
4. Inisiatif mengkaji aspek-aspek substantif perencanaan pendidikan tidak dilaksanakan alasannya ialah dianggap tidak penting oleh kepala sekolah. Akibatnya, model pengembangannya kurang ditemukan kepala sekolah.
5. Keterpaduan dalam perencanaan pengembangan sekolah hanya sanggup diperoleh kalau didukung oleh kemampuan profesional perencanaan pendidikan.
6. Ketidakmampuan kepala sekolah dalam perencanaan terpadu diakibatkan alasannya ialah ketidakmampuan memahami aspek prosedural dan substansial perencanaan pendidikan.
7. Dengan model perencanaan terpadu pengembangan sekolah, memungkinkan terjadinya perubahan sikap kepala sekolah. Perubahan sikap ini sanggup membebaskan kepala sekolah dari sikap tertuntun ke sikap yang lebih antisipatif, responsif, interaktif-dinamik yang jadinya menawarkan donasi pada peningkatan produktivitas pembelajaran akseptor didik.
Berdasarkan hasil riset yang dipimpin oleh MaeGilchrist & Mortimore (1997) ditemukan tipologi planning sebagai berikut:
1. Rencana retorika, yaitu planning yang bersifat tertutup, hanya pemilik (yayasan) yang mengetahui.
2. Renean singular, yaitu planning hanya dimiliki kepala sekolah.
3. Rencana kooperatif, yaitu planning yang ditetapkan oleh pemilik dan/atau kepala sekolah bersama stafnya.
4. Rencana korporat, yaitu planning ditetapkan berdasarkan pengalaman dari pembelajaran masyarakat.
Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.142-143.
Keyword terkait:
perencanaan pendidikan di indonesia, perencanaan pendidikan nasional, perencanaan pendidikan berdasarkan para ahli, perencanaan pendidikan di sekolah, perencanaan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional.
1. Pemahaman perihal aspek-aspek prosedural dalam perencanaan pendidikan masih berada pada taraf yang belum memadai karena: (a) kondisi sistem dan mekanisme dalam administrasi pendidikan yang menjadikan para kepala sekolah memiliki anggapan keliru perihal pentingnya esensi dan lingkup perencanaan pendidikan yang sanggup diterapkan di sekolah; (b) sikap dan sikap yang menempel pada diri kepala sekolah yang seharusnya berperan dan berfungsi sebagai perencana sesuai kedudukannya sebagai manajer sekolah, dalam kenyataannya memandang acara prosedural perencanaan pendidikan tidak perlu.
2. Minat dan perhatian kepala sekolah sebagai perencana tingkat sekolah cenderung karam pada teladan pikir jalan pintas alasannya ialah acara merencanakan sesuai mekanisme dipandang sebagai pemborosan.
3. Ketatnya birokrasi cenderung menjadi penghambat dalam upaya menyebarkan aspek-aspek mekanisme perencanaan.
4. Inisiatif mengkaji aspek-aspek substantif perencanaan pendidikan tidak dilaksanakan alasannya ialah dianggap tidak penting oleh kepala sekolah. Akibatnya, model pengembangannya kurang ditemukan kepala sekolah.
5. Keterpaduan dalam perencanaan pengembangan sekolah hanya sanggup diperoleh kalau didukung oleh kemampuan profesional perencanaan pendidikan.
6. Ketidakmampuan kepala sekolah dalam perencanaan terpadu diakibatkan alasannya ialah ketidakmampuan memahami aspek prosedural dan substansial perencanaan pendidikan.
7. Dengan model perencanaan terpadu pengembangan sekolah, memungkinkan terjadinya perubahan sikap kepala sekolah. Perubahan sikap ini sanggup membebaskan kepala sekolah dari sikap tertuntun ke sikap yang lebih antisipatif, responsif, interaktif-dinamik yang jadinya menawarkan donasi pada peningkatan produktivitas pembelajaran akseptor didik.
Berdasarkan hasil riset yang dipimpin oleh MaeGilchrist & Mortimore (1997) ditemukan tipologi planning sebagai berikut:
1. Rencana retorika, yaitu planning yang bersifat tertutup, hanya pemilik (yayasan) yang mengetahui.
2. Renean singular, yaitu planning hanya dimiliki kepala sekolah.
3. Rencana kooperatif, yaitu planning yang ditetapkan oleh pemilik dan/atau kepala sekolah bersama stafnya.
4. Rencana korporat, yaitu planning ditetapkan berdasarkan pengalaman dari pembelajaran masyarakat.
Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.142-143.
Keyword terkait:
perencanaan pendidikan di indonesia, perencanaan pendidikan nasional, perencanaan pendidikan berdasarkan para ahli, perencanaan pendidikan di sekolah, perencanaan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional.
Belum ada Komentar untuk "✔ Hasil Riset Perencanaan Pendidikan"
Posting Komentar