✔ Menumbuhkan Semangat Kerjasama Di Lingkungan Sekolah
Menumbuhkan Semangat Kerjasama di Lingkungan Sekolah - asikBelajar.Com. Di dalam sekolah, terdapat sejumlah orang yang bekerja pada posisi dan kiprah masing-masing. Dari sudut pandang ini, sekolah ialah sebuah tim kerja (team work). Kekuatan apakah yang mempengaruhi berpengaruh tidaknya sebuah organisasi/tim?. Salah satu faktor penentunya ialah komitmen dari para anggota organisasi
Komitmen sanggup diartikan sebagai (a) keyakinan dan penerimaan yang berpengaruh terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi; (b) kesediaan untuk bekerja dan menjadi bab dari organisasi; dan (c) bersungguh-sungguh untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Di dalam memahami komitmen, terdapat tiga pendekatan. Pertama ialah komitmen sebagai dorongan pribadi (yang tulus), mempunyai tiga elemen kunci, yaitu: continuance (perhitungan untung-rugi), cohesion (relationship-oriented) dan control.( kepatuhan terhadap norma). Kedua, komitmen sebagai hasil interaksi antara individu dengan organisasi. Ketiga, komitmen ditumbuhkan oleh organisasi melalui kemampuannya memperhatikan pekerja.
Komitmen seorang anggota terhadap organisasi dipengaruhi banyak sekali variabel, yaitu:
Dari gambar di atas sanggup dijelaskan, bahwa kerelaan seorang anggota organisasi untuk bekerja (bersungguh-sungguh) terhadap organisasinya dipe- ngaruhi oleh dua dimensi, yaitu bagaimana keterlibatan yang ia rasakan atau kehendaki, dan bagaimana kekuasaan (power) organisasi yang membuat ia “tunduk” terhadap organisasi. Keterlibatan seseorang dalam organisasi, sanggup dikatgorikan menjadi tiga, yaitu (a) alienative, maksudnya walau pun ia terlibat, namun ia merasa terkucil/terpinggirkan atau tidak menyatu, (b) calculative, yaitu keterlibatan yang didasarkan pada perhitungan (untung rugi), selagi menguntungkan ia akan terlibat, dan bila tidak ia pun tidak perlu terlibat, (c) moral, yaitu keterlibatan alasannya ialah panggilan adab atau nilai-nilai yang diyakininya.
Sisi kedua ialah bagaimana kekuasaan yang digunakan organisasi untuk membuat anggotanya tunduk dan patuh. Terdapat tiga macam kekuasaan, yaitu (a) hukuman, maksudnya anggota patuh alasannya ialah takut akan hukuman, (b) imbalan, yaitu bila anggota patuh alasannya ialah mendapat imbalan, dan (c) normative, yaitu bila anggota patuh alasannya ialah kesadaran akan nilai-nilai yang dibangun oleh organisasi.
Pertemuan kedua dimensi tersebut akan menghasilkan komitmen seorang anggota terhadap organisasi. Komitmen yang ideal, ialah apabila seorang anggota merasa harus terlibat secara moral, sebaliknya organisasi bukan memakai eksekusi atau imbalan untuk membuat anggota patuh tetapi memakai pendekatan normatif.
Selanjutnya terbentuknya komitmen pada pribadi seorang anggota organisasi melalui tiga tahapan sebagai berikut. Tahap pertama, masa basic pelatihan and initiation, merupakan masa pengembangan sikap seseorang terhadap organisasi, berlangsung selama tahun pertama. Tahap kedua, ber-langsung tahun kedua hingga keempat, dimana seorang pekerja menunjuk- kan kinerjanya untuk mendapat gambaran wacana pribadi (self image) dan nilai kehadirannya dalam organisasi (personal importance). Tahap ketiga, berlang- sung mulai tahun kelima dan seterusnya (outcome) berupa sikap kelompok terhadap organisasi, realisasi harapan, dan internalisasi komitmen terhadap norma-norma kerja.
Selanjutnya sehabis komitmen masing-masing anggota bisa dibangun, maka perlu ditumbuhkan semangat kerjasama di lingkungan sekolah. Michael Maginn (2004), mengemukakan cara menumbuhkan semangat kerjasama di lingkungan sekolah sebagai berikut.
1. Tentukan tujuan bersama dengan jelas.
Sebuah tim bagaikan sebuah kapal yang berlayar di lautan luas. Jika tim tidak mempunyai tujuan atau arah yang jelas, tim tidak akan menghasilkan apa-apa. Tujuan memerupakan pernyataan apa yang harus diraih oleh tim, dan menunjukkan daya memotivasi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya, sekolah yang telah merumuskan visi dan misi sekolah hendaknya menjadi tujuan bersama. Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagi- an seharusnya mengetahui kiprah dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
2. Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota.
Setiap anggota tim harus menjadi pemain di dalam tim. Masing-masing bertanggung jawab terha- dap suatu bidang atau jenis pekerjaan/tugas. Di lingkungan sekolah, para guru selain melakukan proses pembelajaran biasanya diberikan tugas-tugas tambahan, menyerupai menjadi wali kelas, mengelola laboratorium, koperasi, dan lain-lain. Agar terbentuk kolaborasi yang baik, maka santunan kiprah embel-embel tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing.
3. Sediakan waktu untuk memilih cara bekerjasama.
Meskipun setiap orang telah menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai melalui kerja sama, namun bagaimana kolaborasi itu harus dilakukan perlu adanya pedoman. Pedoman tersebut sebaiknya merupakan akad semua pihak yang terlibat. Pedoman sanggup dituangkan secara tertulis atau sekedar sebagai konvensi.
4. Hindari duduk kasus yang bisa diprediksi.
Artinya mengantisipasi duduk kasus yang bisa terjadi. Seorang pemimpin yang baik harus dapatmengarahkan anak buahnya untuk mengantisipasi duduk kasus yang akan muncul, bukan sekedar menuntaskan masalah. Dengan mengantisipasi, apa lagi kalau sanggup mengenali sumber-sumber masalah, maka organisasi tidak akan disibukkan kemunculan duduk kasus yang silih berganti harus ditangani.
5. Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama.
Peraturan tim akan banyak membantu mengendalikan tim dalam menuntaskan pekerjaannya dan menyediakan petunjuk saat ada hal yang salah. Selain itu perlu juga ada konsensus tim dalam mengerjakan satu pekerjaan..
6. Ajarkan rekan gres satu tim biar anggota gres mengetahui bagaimana tim beroperasi dan bagaimana sikap antaranggota tim berinteraksi.
Yang dibutuhkan anggota tim ialah gambaran terang wacana cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim. Di lingkungan sekolah ada guru gres atau guru pindahan dari sekolah lain, sebagai anggota gres yang gres perlu ”diajari” bagaimana bekerja di lingkungan tim kerja di sekolah. Suatu sekolah terkadang sudah mempunyai budaya saling pengertian, tanpa ada perintah setiap guru mengambil inisiatif untuk menegur siswa kalau tidak disiplin. Cara kerja ini mungkin belum diketahui oleh guru gres sehingga perlu disampaikan biar tim sekolah tetap solid dan kehadiran guru gres tidak merusak sistem.
7. Selalulah bekerjasama, caranya dengan membuka pintu gagasan orang lain.
Tim seharusnya membuat lingkunganyang terbuka dengan gagasan setiap anggota. Misalnya sekolah sedang menghadapi duduk kasus keamanan dan ketertiban, sebaiknya dibicarakan secara bahu-membahu sehingga kerjasama tim sanggup berfungsi dengan baik.
8. Wujudkan gagasan menjadi kenyataan.
Caranya dengan menggali atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan menjadi suatu kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif, alasannya ialah itu usahakan untuk diwujudkan biar tim bersemangat untuk meraih tujuan. Dalam menggali gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.
9. Aturlah perbedaan secara aktif.
Perbedaan pandangan atau bahkan konflik ialah hal yang biasa terjadi di sebuah forum atau organisasi. Organisasi yang baik sanggup memanfaatkan perbedaan dan mengarahkannya sebagai kekuatan untuk memecahkan masalah. Cara yang paling baik ialah mengadaptasi perbedaan menjadi bab konsensus yang produktif.
10. Perangi virus konflik, dan jangan sekali-kali ”memproduksi” konflik.
Di sekolah terkadang ada saja sumber konflik contohnya pembagian kiprah yang tidak merata ada yang terlalu berat tetapi ada juga yang sangat ringan. Ini sumber konflik dan perlu dicegah biar tidak meruncing. Konflik sanggup melumpuhkan tim kerja kalau tidak segera ditangani.
11. Saling percaya.
Jika kepercayaan antaranggota hilang, sulit bagi tim untuk bekerja bersama. Apalagi terjadi, anggota tim cenderung menjaga jarak, tidak siap mengembangkan informasi, tidak terbuka dan saling curiga.. Situasi ini tidak baik bagi tim. Sumber saling ketidakpercayaan di sekolah biasanya berawal dari kebijakan yang tidak transparan atau konsensus yang dilanggar oleh pihak-pihak tertentu dan kepala sekolah tidak bertindak apapun. Membiarkan situasi yang saling tidak percaya antar-anggota tim sanggup memicu konflik.
12. Saling memberi penghargaan.
Faktor nomor satu yang memotivasi karyawan ialah perasaan bahwa mereka telah berkontribusi terhadap pekerjaan danm prestasi organisasi. Setelah sebuah pekerjaan besar selesai atau saat pekerjaan yang sulit membuat tim lelah, kumpulkan anggota tim untuk merayakannya. Di sekolah sanggup dilakukan sesering mungkin setiap final acara besar menyerupai final semester, final ujian nasional, dan lain-lain.
13. Evaluasilah tim secara teratur.
Tim yang efektif akan menyediakan waktu untuk melihat proses dan hasil kerja tim. Setiap anggota diminta untuk beropini wacana kinerja tim, penilaian kembali tujuan tim, dan konstitusi tim.
14. Jangan menyerah.
Terkadang tim menghadapi kiprah yang sangat sulit dengan kemungkinan untuk berhasil sangat kecil. Tim bisa mengalah dan mengizinkan kekalahan saat semua jalan kreativitas dan sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk meningkatkan semangat anggotanya antara lain dengan cara memperjelas mengapa tujuan tertentu menjadi penting dan begitu vital untuk dicapai. Tujuan merupakan sumber energi tim. Setelah itu bangkitkan kreativitas tim yaitu dengan cara memakai kerangka fikir dan pendekatan gres terhadap masalah.
Dari empat belas langkah di atas, sanggup dirangkum dalam peta konsep menyerupai gambar berikut.
Komitmen sanggup diartikan sebagai (a) keyakinan dan penerimaan yang berpengaruh terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi; (b) kesediaan untuk bekerja dan menjadi bab dari organisasi; dan (c) bersungguh-sungguh untuk tetap menjadi anggota organisasi.
Di dalam memahami komitmen, terdapat tiga pendekatan. Pertama ialah komitmen sebagai dorongan pribadi (yang tulus), mempunyai tiga elemen kunci, yaitu: continuance (perhitungan untung-rugi), cohesion (relationship-oriented) dan control.( kepatuhan terhadap norma). Kedua, komitmen sebagai hasil interaksi antara individu dengan organisasi. Ketiga, komitmen ditumbuhkan oleh organisasi melalui kemampuannya memperhatikan pekerja.
Komitmen seorang anggota terhadap organisasi dipengaruhi banyak sekali variabel, yaitu:
- Personal characteristic; mencakup jenis kelamin usia, pendidikan, tenure (kemapanan status pekerjaan), motivasi berprestasi, dan kompetensi, dan keberagamaan)
- Role-related characteristics: berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan, tantangan, konflik peranan, dan kontradiksi peran.
- Work experiences berkaitan dengan (dependabilitas organisasi, personal importance, pemenuhan harapan, sikap yang positif, dan gaya kepemimpinan.
- Strucutral characteristics terkait dengan formalisasi, dependensi fungsional, desentralisasi, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Gambar Hubungan Kerelaan (Compliance Relationships)
Diadaptasi dari McPherson, R.B, Crowson, R.L, & Pitner, N.J. 1986. Managing Uncertainty: Administrative Theory and Practice in Education. Columbus, Ohio: Charles E. Merrill Pub. Co. p. 150Dari gambar di atas sanggup dijelaskan, bahwa kerelaan seorang anggota organisasi untuk bekerja (bersungguh-sungguh) terhadap organisasinya dipe- ngaruhi oleh dua dimensi, yaitu bagaimana keterlibatan yang ia rasakan atau kehendaki, dan bagaimana kekuasaan (power) organisasi yang membuat ia “tunduk” terhadap organisasi. Keterlibatan seseorang dalam organisasi, sanggup dikatgorikan menjadi tiga, yaitu (a) alienative, maksudnya walau pun ia terlibat, namun ia merasa terkucil/terpinggirkan atau tidak menyatu, (b) calculative, yaitu keterlibatan yang didasarkan pada perhitungan (untung rugi), selagi menguntungkan ia akan terlibat, dan bila tidak ia pun tidak perlu terlibat, (c) moral, yaitu keterlibatan alasannya ialah panggilan adab atau nilai-nilai yang diyakininya.
Sisi kedua ialah bagaimana kekuasaan yang digunakan organisasi untuk membuat anggotanya tunduk dan patuh. Terdapat tiga macam kekuasaan, yaitu (a) hukuman, maksudnya anggota patuh alasannya ialah takut akan hukuman, (b) imbalan, yaitu bila anggota patuh alasannya ialah mendapat imbalan, dan (c) normative, yaitu bila anggota patuh alasannya ialah kesadaran akan nilai-nilai yang dibangun oleh organisasi.
Pertemuan kedua dimensi tersebut akan menghasilkan komitmen seorang anggota terhadap organisasi. Komitmen yang ideal, ialah apabila seorang anggota merasa harus terlibat secara moral, sebaliknya organisasi bukan memakai eksekusi atau imbalan untuk membuat anggota patuh tetapi memakai pendekatan normatif.
Selanjutnya terbentuknya komitmen pada pribadi seorang anggota organisasi melalui tiga tahapan sebagai berikut. Tahap pertama, masa basic pelatihan and initiation, merupakan masa pengembangan sikap seseorang terhadap organisasi, berlangsung selama tahun pertama. Tahap kedua, ber-langsung tahun kedua hingga keempat, dimana seorang pekerja menunjuk- kan kinerjanya untuk mendapat gambaran wacana pribadi (self image) dan nilai kehadirannya dalam organisasi (personal importance). Tahap ketiga, berlang- sung mulai tahun kelima dan seterusnya (outcome) berupa sikap kelompok terhadap organisasi, realisasi harapan, dan internalisasi komitmen terhadap norma-norma kerja.
Selanjutnya sehabis komitmen masing-masing anggota bisa dibangun, maka perlu ditumbuhkan semangat kerjasama di lingkungan sekolah. Michael Maginn (2004), mengemukakan cara menumbuhkan semangat kerjasama di lingkungan sekolah sebagai berikut.
1. Tentukan tujuan bersama dengan jelas.
Sebuah tim bagaikan sebuah kapal yang berlayar di lautan luas. Jika tim tidak mempunyai tujuan atau arah yang jelas, tim tidak akan menghasilkan apa-apa. Tujuan memerupakan pernyataan apa yang harus diraih oleh tim, dan menunjukkan daya memotivasi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya, sekolah yang telah merumuskan visi dan misi sekolah hendaknya menjadi tujuan bersama. Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagi- an seharusnya mengetahui kiprah dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
2. Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota.
Setiap anggota tim harus menjadi pemain di dalam tim. Masing-masing bertanggung jawab terha- dap suatu bidang atau jenis pekerjaan/tugas. Di lingkungan sekolah, para guru selain melakukan proses pembelajaran biasanya diberikan tugas-tugas tambahan, menyerupai menjadi wali kelas, mengelola laboratorium, koperasi, dan lain-lain. Agar terbentuk kolaborasi yang baik, maka santunan kiprah embel-embel tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing.
3. Sediakan waktu untuk memilih cara bekerjasama.
Meskipun setiap orang telah menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai melalui kerja sama, namun bagaimana kolaborasi itu harus dilakukan perlu adanya pedoman. Pedoman tersebut sebaiknya merupakan akad semua pihak yang terlibat. Pedoman sanggup dituangkan secara tertulis atau sekedar sebagai konvensi.
4. Hindari duduk kasus yang bisa diprediksi.
Artinya mengantisipasi duduk kasus yang bisa terjadi. Seorang pemimpin yang baik harus dapatmengarahkan anak buahnya untuk mengantisipasi duduk kasus yang akan muncul, bukan sekedar menuntaskan masalah. Dengan mengantisipasi, apa lagi kalau sanggup mengenali sumber-sumber masalah, maka organisasi tidak akan disibukkan kemunculan duduk kasus yang silih berganti harus ditangani.
5. Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah disepakati bersama.
Peraturan tim akan banyak membantu mengendalikan tim dalam menuntaskan pekerjaannya dan menyediakan petunjuk saat ada hal yang salah. Selain itu perlu juga ada konsensus tim dalam mengerjakan satu pekerjaan..
6. Ajarkan rekan gres satu tim biar anggota gres mengetahui bagaimana tim beroperasi dan bagaimana sikap antaranggota tim berinteraksi.
Yang dibutuhkan anggota tim ialah gambaran terang wacana cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim. Di lingkungan sekolah ada guru gres atau guru pindahan dari sekolah lain, sebagai anggota gres yang gres perlu ”diajari” bagaimana bekerja di lingkungan tim kerja di sekolah. Suatu sekolah terkadang sudah mempunyai budaya saling pengertian, tanpa ada perintah setiap guru mengambil inisiatif untuk menegur siswa kalau tidak disiplin. Cara kerja ini mungkin belum diketahui oleh guru gres sehingga perlu disampaikan biar tim sekolah tetap solid dan kehadiran guru gres tidak merusak sistem.
7. Selalulah bekerjasama, caranya dengan membuka pintu gagasan orang lain.
Tim seharusnya membuat lingkunganyang terbuka dengan gagasan setiap anggota. Misalnya sekolah sedang menghadapi duduk kasus keamanan dan ketertiban, sebaiknya dibicarakan secara bahu-membahu sehingga kerjasama tim sanggup berfungsi dengan baik.
8. Wujudkan gagasan menjadi kenyataan.
Caranya dengan menggali atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan menjadi suatu kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif, alasannya ialah itu usahakan untuk diwujudkan biar tim bersemangat untuk meraih tujuan. Dalam menggali gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.
9. Aturlah perbedaan secara aktif.
Perbedaan pandangan atau bahkan konflik ialah hal yang biasa terjadi di sebuah forum atau organisasi. Organisasi yang baik sanggup memanfaatkan perbedaan dan mengarahkannya sebagai kekuatan untuk memecahkan masalah. Cara yang paling baik ialah mengadaptasi perbedaan menjadi bab konsensus yang produktif.
10. Perangi virus konflik, dan jangan sekali-kali ”memproduksi” konflik.
Di sekolah terkadang ada saja sumber konflik contohnya pembagian kiprah yang tidak merata ada yang terlalu berat tetapi ada juga yang sangat ringan. Ini sumber konflik dan perlu dicegah biar tidak meruncing. Konflik sanggup melumpuhkan tim kerja kalau tidak segera ditangani.
11. Saling percaya.
Jika kepercayaan antaranggota hilang, sulit bagi tim untuk bekerja bersama. Apalagi terjadi, anggota tim cenderung menjaga jarak, tidak siap mengembangkan informasi, tidak terbuka dan saling curiga.. Situasi ini tidak baik bagi tim. Sumber saling ketidakpercayaan di sekolah biasanya berawal dari kebijakan yang tidak transparan atau konsensus yang dilanggar oleh pihak-pihak tertentu dan kepala sekolah tidak bertindak apapun. Membiarkan situasi yang saling tidak percaya antar-anggota tim sanggup memicu konflik.
12. Saling memberi penghargaan.
Faktor nomor satu yang memotivasi karyawan ialah perasaan bahwa mereka telah berkontribusi terhadap pekerjaan danm prestasi organisasi. Setelah sebuah pekerjaan besar selesai atau saat pekerjaan yang sulit membuat tim lelah, kumpulkan anggota tim untuk merayakannya. Di sekolah sanggup dilakukan sesering mungkin setiap final acara besar menyerupai final semester, final ujian nasional, dan lain-lain.
13. Evaluasilah tim secara teratur.
Tim yang efektif akan menyediakan waktu untuk melihat proses dan hasil kerja tim. Setiap anggota diminta untuk beropini wacana kinerja tim, penilaian kembali tujuan tim, dan konstitusi tim.
14. Jangan menyerah.
Terkadang tim menghadapi kiprah yang sangat sulit dengan kemungkinan untuk berhasil sangat kecil. Tim bisa mengalah dan mengizinkan kekalahan saat semua jalan kreativitas dan sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk meningkatkan semangat anggotanya antara lain dengan cara memperjelas mengapa tujuan tertentu menjadi penting dan begitu vital untuk dicapai. Tujuan merupakan sumber energi tim. Setelah itu bangkitkan kreativitas tim yaitu dengan cara memakai kerangka fikir dan pendekatan gres terhadap masalah.
Dari empat belas langkah di atas, sanggup dirangkum dalam peta konsep menyerupai gambar berikut.
Gambar Langkah Pembinaan Kerjasama Tim
Belum ada Komentar untuk "✔ Menumbuhkan Semangat Kerjasama Di Lingkungan Sekolah"
Posting Komentar