✔ Model Pembelajaran Kolaborasi

Pembelajaran kolaborasi (Colaboration Learning) merupakan model pembelajaran yang menerapkan paradigma gres dalam teori-teori berguru (Yufiarti 2003). Pendekatan ini sanggup digambarkan sebagai suatu moel pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untu mencapai tujuan yang sama.

Pendekatan kolaborasi bertujuan supaya siswa sanggup membangun pengetahuannya melalui dialog, saling membagi warta sesame siswa dan guru sehingga siswa sanggup meningkatkan kemampuan mental pada tingkat tinggi. Model ini digunakan pada setiap mata pelajaran terutama yang mungkin berkembang sharing of information di antara siswa

Belajar kerja sama digambarkan sebagai suatu model pengajaran yang mana para siswa bekerja sama dalam kelompok –kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama. Hal yang perlu diperhatikan dalam acara berguru kolaboratif, para siswa bekerja sama menuntaskan problem yang sama, dan bukan secara individual menuntaskan bagian-bagian yang terpisah dari problem tersebut. Dengan demikian, selama berkolaborasi para siswa bekerja sama membangun pemahaman dan konsep yang sama menuntaskan setiap bab dari problem atau kiprah tersebut.

Pendekatan kolaboratif dipandang sebagai proses membangun dan mempertahankan konsepsi yang sama perihal suatu masalah. Dari sudut pandang ini, model berguru kolaboratif menjadi efisien alasannya ialah para anggota kelompok berguru dituntut untuk berfikir secara interaktif. Para hebat beropini bahwa berfikir secara interaktif. Para hebat berpendapaat bahwa berfikir bukanlah sekedar memanipulasi objek-objek mental, melainkan juga interaksi dengan orang lain dan dengan lingkungan.
Dalam kelas yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa dalam aneka macam cara khusus guru mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan mereka, menghormati rekan kerjanya dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi.

Peran guru dalam model pembelajaran kolaboratif ialah sebagai mediator. Guru menghubungkan warta gres terhadap pengalaman siswa dengan proses berguru di bidang lain, membantu siswa memilih apa yang harus dilakukan bila siswa mengalami kesulitan dan membantu mereka berguru perihal bagaimana caranya belajar. Lebih dari itu, guru sebagai perantara menyesuaikan tingkat warta siswa dan mendorong supaya siswa memaksimalkan kemampuannya untuk bertanggung jawab atas proses berguru mengajar selanjutnya.

Sebagai perantara guru menjalani tiga peran, yaitu berfungsi sebagai fasilitator, model dan pelatih. Sebagai fasilitator guru membuat lingkungan dan kreativitas yang kaya guna membantu siswa membangun pengetahuannya. Dalam rangka menjalankan kiprah ini, ada tiga hal pula yang harus dikerjakan. Pertama, mengatur lingkungan fisik, termasuk pengaturan tata letak perabot dalam ruangan serta persediaan aneka macam sumber daya dan peralatan yang sanggup membantu proses berguru mengajar siswa. Kedua, menyediakan lingkungan social yang mendukung proses berguru siswa, ibarat mengelompokkan siswa secara heterogen dan mengajak siswa mengembangkan struktur social yang mendorong munculnya sikap yang sesuai untuk berkolaborasi antar siswa , ketiga, guru memperlihatkan kiprah memancing munculnya interaksi antarsiswa dengan lingkungan fisik maupun social di sekitarnya. Dalam hal ini, guru harus bisa memotivasi anak.
Peran sebagai model sanggup diwujudkan dengan cara membagi pikiran perihal suatu hal (thinking aloud) atau memperlihatkan pada siswa perihal bagaimana melaksanakan sesuatu secara sedikit demi sedikit (demonstrasi) . Di samping itu memperlihatkan pada siswa bagaimana cara berpikir sewaktu melalui situasi kelompok yang sulit dan melalui problem komunikasi ialah sama pentingnya dengan mencontohkan bagaimana cara membuat perencanaan, memonitor penyelesaian kiprah dan mengukur apa yang sudah dipelajari.

Peran guru sebagai instruktur mempunyai prinsip utama yaitu menyediakan pemberian secukupnya pada ketika siswa membutuhkan sehingga siswa tetap memagang tanggung jawab atas proses berguru mereka sendiri. Hal ini dilakukan dengan memperlihatkan petunjuk dam umpan balik, mengarahkan kembali perjuangan siswa serta membantu mereka menggunakan taktik tertentu.

Salah satu ciri penting dari kelas yang menerapkan model pembelajaran kolaboratif ialah siswa tidak dikotak-kotakan menurut kemampuannya, minatnya, ataupun karakteristik dan mengurangi kesempatan siswa untu berguru bersama siswa lain. Dengan demikian, semua siswa sanggup berguru dari siswa dan tidak ada siswa yang tidak mempunyai kesempatan untuk memperlihatkan masukan dan menghargai masukan yang diberikan orang lain.

Model kolaboratif sanggup digambarkan sebagai berikut. Ketika terjadi kolaboratif, semua siswa aktif. Mereka saling berkomunikasi secara alami. Dalam sebuah kelompok yang terdiri atas 4 hingga 6 anak, di sana guru sudah membuat rancangan supaya siswa yang satu dengan yang lain bisa berkolaborasi. Dalam kelompok yang sudah ditentukan oleh guru, akomodasi yang ada pun diusahakan anak bisa berkolaborasi. Misalnya dalam kelompok yang terdiri atas 4 hingga 6 tersebut seorang guru hanya menyiapkan 2 hingga 3 kotak alat mewarna yang digunakan secara bergantian. Dengan keinginan setiap siswa bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Dengan komunikasi aktif antar siswa akan terjalin kekerabatan yang baik dan saling menghargai. Alat tersebut bukan milik pribadi, melainkan sudah menjadi milik bersama. Setiap anak tidak merasa mempunyai secara pribadi, tetapi bisa digunakan bersama. Paa ketika yang sama mempunyai keinginan untuk memakainya maka aka terjadi komunikasi yagn alami dengan penggunaan santun bahasa. Dalam kondisi ibarat ini ibarat guru hanya mengamati cara kerja siswa dan cara berkomunikasi serta menjadi pembanding ketika siswa memerlukan bantuan.

Untuk kerja sama dalam sebuah mata pelajaran, seorang guru memperlihatkan kiprah secara kelompok dengan tujuan yang sama. Setiap siswa dalam kelompok saling berkolaborasi dengan membagi pengalaman. Dari pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing kelompok, disimpulkan secara bersama. Dalam hal in guru berperan sebagai pembimbing dan membagi kiprah supaya diskusi kelompok bisa berjalan dengan baik dengan yang direncanakan
Dalam kelas yang menggunakan model pembelajaran kolaboratif, situasi yang terjadi ialah pengetahuan yang terbagi antara guru dan siswa. Dengan kata lailn, baik guru maupun siswa dipandang sebagai sumber informas. Situasi ini terang berbeda dengan situasi yang umumnya terjadi dalam kelas tradisional. Dalam kelas tradisional guru dipandang sebagai satu-satunya sumber warta dan pengetahuan yang mengalir satu arah dari guru ke murid atau semua pembelajaran berpusat pada guru.
Untuk mencapai tujuan yang efektif, seorang guru perlu membuat aneka macam cara mengajar yang sesuai dengan mata pelajaran sehingga sanggup berjalan efektif.

http://guraru.org/guru-berbagi/model_pembelajaran_kolaborasi/ diakses tgl. 16-mei-2013

Belum ada Komentar untuk "✔ Model Pembelajaran Kolaborasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel