✔ Gerakan Mutu Dalam Pendidikan

Dalam artikel ini dibahas ihwal Latar Belakang, Sejarah, Pengertian dan apa Penyebab Kegagalan TQM yang sudah dilakukan.

A.  Latar Belakang TQM 
Total Quality Mangement (TQM) berasal dari dunia bisnis dan khususnya dalam dunia perusahaan. Oleh lantaran itu, untuk memahami TQM harus merujuk pada dunia asalnya. Hal ini bukan berarti bahwa metode bisnis lebih unggul dari pada praktek pendidikan, atau bahwa pendidikan akan sanggup ditingkatkan hanya dengan mengadopsi bahasa komersial. Lebih dari itu, justru dunia bisnis sanggup berguru dari metode yang diterapkan di beberapa sekolah.

Di kala kontemporer, dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelolaan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini menuntut adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan menurut administrasi perusahaan. Penerapan administrasi mutu dalam pendidikan ini lebih terkenal dengan sebutan istilah "Total Quality Education (TQE)", dan di dunia pendidikan nasional dikenal dengan istilah Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Dasar dari administrasi ini dikembangkan dari konsep TQM, yang pada mulanya diterapkan pada dunia bisnis. Secara filosofis, konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten terhadap perbaikan yang berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

Total Quality Mangement (TQM) dalam pendidikan ini mendapat perhatian serius dalam National Quality Servey (1991). Hal ini memperlihatkan bahwa TQM dan isu-isu mutu secara umum mengundang perhatian publik. Dalam beberapa tahun terakhir, informasi tersebut semakin meningkat. Masyarakat dari semua sektor pendidikan kini telah memperlihatkan minatnya. Beberapa institusi mulai mewujudkan filosofi TQM ke dalam praktek. Perkembangan minat ini telah memperlihatkan stimulan pada tuntutan publikasi isu-isu TQM dalam dunia pendidikan.

B. Sejarah Singkat Perkembangan TQM
Evolusi gerakan total quality management (TQM) dimulai dari masa studi waktu dan gerak oleh bapak administrasi ilmiah Frederick Taylor pada tahun 1920, dengan mengangkat aspek yang paling mendasar dari administrasi ilmiah, yaitu adanya pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan.

TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak dikembangkan di jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa. Makara TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.

Soewarso Hardjosoedarmo mengungkapkan; hingga kini masih banyak pembahasan ihwal sejarah TQM yang hanya satu dimensional. Dalam hal ini banyak pembahasan yang hanya mengungkapkan pengalaman di Jepang pada awal-awal tahun setelah PD II, di mana para guru bidang kualitas, Edwards Deming dan Joseph Juran mengajarkan teorinya guna membangun kembali industri Jepang, yang telah hancur. Ajaran tersebut disampaikan kepada perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang. Ajaran para guru kualitas tersebut sanggup dipandang sebagai landasan atau basic TQM.

Landasan TQM yaitu statistical process control (SPC) yang merupakan model administrasi manufactur, yang pertama-tama diperkenalkan oleh Edward Deming dan Joseph Juran setelah PD II guna membantu bangsa Jepang membangun kembali infrastruktur negaranya. Ajaran Deming dan Juran itu berkembang terus hingga kemudian dinamakan TQM oleh US Navy pada tahun 1985. Kita ketahui bahwa TQM terus mengalami evolusi, menjadi semakin matang dan mengalami diversifikasi untuk aplikasi di bidang manufactur, industri jasa, kesehatan, dan cendekia balig cukup akal ini juga di bidang pendidikan.

Oleh karen itu mengikuti pemikiran Deming, Juran dan Philip Crosby dalam mengimplementasikan TQM memang perlu, tetapi belumlah cukup. Sebab TQM terus mengalami evolusi, maka untuk menghayati state-of-the-art TQM perlu diketahui juga donasi bidang administrasi dan organizational effectiveness dalam membangun TQM sebagai dimensi yang lain. Kontribusi bidang tersebut merupakan satu dimensi tersendiri yang sanggup disebut sebagai akar TQM, antara lain terdiri dari group dynamics, organization development (OD), sosiotechnical system dan lain-lain. TQM yang dikenal kini ini banyak berbeda tekniknya dengan apa yang dikembangkan di Jepang pada tahun 1950-an dan yang pertama-tama dikembangkan di Amerika pada tahun 1980-an. Penerapan TQM di berbagaii bidang membutuhkan kerangka sendiri dalam administrasi kualitas.

C.    Definisi TQMC.
1.  Pengertian Mutu
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali orang mendengar dan membicarakan duduk kasus kualitas. Apa bahwasanya kualitas itu ? Pertanyaan ini sangat banyak jawabannya, lantaran maknanya akan berlainan bagi setiap orang dan tergantung pada konteksnya. Kualitas sendiri mempunyai banyak kreteria yang berubah secara terus menerus. Orang yang berbeda akan menilai dengan kreteria yang berlainan pula.

Banyak pakar dan organisasi yang mencoba mendifinisikan kualitas menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut:
a.  Performance to the standard expected by the customer.
b.  Meeting the customer's needs the first time and every time
c.  The meaning of excellence
d.  The best product that you can produce with the materials that you have to work with
e.  Continuous good product which a customer can trust. Dan lain-lain.

Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut:
  1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi impian pelanggan.
  2. Kualitas meliputi produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
  3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya: apa yang dianggap merupakan kualitas dikala ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
Berdasarkan elemen-elemen tersebut, Goetsch dan Davis (1994) menciptakan definisi mengenai kualitas yang lebih luas cakupannya, yaitu: "Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berafiliasi dngan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan".

Tom Peters dan Nancy Austin (1985) mengatakan; Mutu yaitu sebuah hal yang menghubungkan dengan gairah dan harga diri.

C.2. Pengertian Total Quality Mangement
Seperti halnya dengan kualitas, definisi Total Quality Mangement juga bermacam-macam. Total Quality Mangement sebagaimana diungkapkan oleh Ishikawa, diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun menurut konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan. Definisi lainnya diungkapkan oleh Santoso, ia menyatakan bahwa TQM merupakan sistem administrasi yang mengangkat kualitas sebagai seni administrasi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus terhadap produk jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungannya. Sebab, menurut TQM, tolok ukur keberhasilan usaha bertumpu pada kepuasan pelanggan atas barang atau jasa yang diterimanya.

Untuk memudahkan pemahaman, maka pengertian TQM sanggup dikemukakan sebagai berikut:

"Total Quality Managemen merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.

Berdasarkan definisi-defini ihwal TQM menyerupai di atas, Goetsch dan Davis mengungkapkan sepuluh unsur utama (karakteristik) total quality management, sebagai berikut:

1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal memilih kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam memilih kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berafiliasi dengan produk atau jasa.

2. Obsesi Terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu selesai kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.

3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat dibutuhkan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan duduk kasus yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data dibutuhkan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4. Komitmen jangka Panjang
TQM merupakan paradigma gres dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang gres pula. Oleh lantaran itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya biar penerapan TQM sanggup berjalan dengan sukses.

5. Kerja sama Team (Teamwork)
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kolaborasi tim, kemitraan dan relasi dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh lantaran itu, sistem yang sudah ada perlu diperbaiki secara terus menerus biar kualitas yang dihasilkannya sanggup meningkat.

7. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan training merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar, yang tidak ada jadinya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan sanggup meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8. Kebebasan Yang Terkendali
Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan duduk kasus merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut sanggup meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga sanggup memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, lantaran pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul lantaran keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terpola dan terealisasi dengan baik.

9. Kesatuan Tujuan
Agar TQM sanggup diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus mempunyai kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha sanggup diarahkan pada tujuan yang sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau janji antara pihak administrasi dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.

10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga melibatkan mereka dengan memperlihatkan efek yang sungguh berarti.

D.    Prinsip dan Unsur Pokok Dalam TQM
Total quality management merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem administrasi kualitas kelas dunia. Untuk itu dibutuhkan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell, ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:

1. Kepuasan Pelanggan
Memberikan kepuasan kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal) dalam segala aspek, termasuk di dalamnya harga, keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh lantaran itu, segala acara perusahaan harus dikoordinasikan untuk memuaskan para pelanggan.

Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai (value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan. Semakin tinggi nilai yang diberikan, semakin besar pula kepuasan pelanggan.

2. Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang berkelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang mempunyai bakat dan kreativitas yang unik. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh lantaran itu, setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta, setiap keputusan didasarkan pada data, dengan mengacu pada konsep prioritisasi (prioritization) dan variasi (variation), dan bukan sekedar pada perasaan (feeling).

4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar sanggup sukses, setiap perusahaan perlu melaksanakan proses secara sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku di sini yaitu siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, investigasi hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

E.    Faktor Penyebab Kegagalan TQM
Meraih mutu tidak menyerupai membalikkan telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan, keseriusan dan kerja keras. Karena meraih mutu sering kali melewati jalan terjal yang penuh dengan alar yang menimbulkan kegagalan. Jika para manajer betul-betul memperhatikan mutu secara serius, maka mereka harus memahami sebab-sebab kegagalan mutu. Karena, untuk menuntaskan duduk kasus dengan baik dibutuhkan pemahaman terhadap penyebab-penyebabnya. Dan analisa terhadap kegagalan mutu merupakan salah satu hasil terpenting dari penelitian Deming. Dia membedakan sebab-sebab kegagalan menjadi dua bentuk, umum dan khusus.

Sebab-sebab umum yaitu sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan sistem. Masalah sistem ini merupakan duduk kasus internal proses institusi. Masalah-masalah tersebut hanya sanggup diatasi jikalau sistem, proses dan mekanisme institusi tersebut dirubah. Sementara sebab-sebab lain yang ia sebut sebagai sebab-sebab khusus melahirkan variasi-variasi yang non-acak di dalam sistem dan merupakan sebab-sebab eksternal.

a. Sebab-Sebab Umum Kegagalan Mutu Dalam Pendidikan
Sebab-sebab umum rendahnya mutu pendidikan sanggup disebabkan oleh beberapa sumber yang meliputi desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan mekanisme yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampangan, sumber daya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak memadai. Jika kesalahan dan kegagalan tersebut diidentifikasi sebagai akhir dari duduk kasus sistem, kebijakan, atau sumber daya, maka hal tersebut yaitu sebuah kegagalan "sebab umum". Implikasi menejemennya yaitu sebab-sebab tersebut harus dihilangkan dan sistem serta prosedurnya harus disusun, ditetapkan dan dikembangkan kembali.

Hal ini mungkin memerlukan perubahan kebijakan atau pelatihan-pelatihan baru. Hal terpenting yang harus dicatat di sini adalah, hanya pihak administrasi yang sanggup membenahi duduk kasus tersebut. Hanya administrasi yang mempunyai wewenang untuk memutuskan kebijakan atau mendesain ulang sebuah sistem. Staf yang lain mungkin melihat perlunya perubahan, tetapi implementasi perubahan tersebut hanya akan terjadi ketika administrasi mengambil tindakan.

Untuk memilih akan dan penyebaran sebuah masalah, dibutuhkan sebuah upaya untuk mencari data-data kegagalan dan melaksanakan investigasi secara teratur. Dan kesalahan yang sering kali terjadi dalam dunia pendidikan yaitu kurangnya penelitian dan analisa terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya penelitian dan analisa tersebut sebagai subyek agresi manajerial.

b. Sebab-Sebab Khusus Kegagalan Mutu
Di sisi lain, sebab-sebab khusus kegagalan, sering diakibatkan oleh mekanisme dan hukum yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan komunikasi atau kesalah-pahaman. Kegagalan tersebut sanggup juga diakibatkan oleh anggota individu staf yang tidak mempunyai skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan. Sebab-sebab khusus duduk kasus mutu sanggup meliputi kurangnya pengetahuan dan keterampilan anggota, kurangnya motivasi, kegagalan komunikasi, atau yang berkaitan dengan perlengkapan-perlengkapan.

Jika sebuah duduk kasus disebabkan oleh sebab-sebab khusus, maka duduk kasus tersebut sanggup diatasi dengan tanpa mengganti kebijakan atau mendesain kembali sistem. Merubah sistem merupakan hal yang tidak sempurna dan sanggup menimbulkan terjadinya kegagalan yang lebih fatal. Sumber kegagalan membutuhkan identifikasi dan penyelesaian. Menangani sebab-sebab khusus juga merupakan tanggung jawab manajemen. Memang staf lain sangat mungkin sanggup menangani dan menuntaskan duduk kasus tersebut, namun terkadang mereka tidak mempunyai otoritas yang cukup. Banyak duduk kasus khusus dalam pendidikan muncul dari sejumlah kecil individu yang kurang mempunyai motivasi atau ketrampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif. Hanya administrasi yang mempunyai otoritas untuk menemukan solusi yang sempurna dalam duduk kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA
  • Sallis, Edward, Total Quality Management In Education; Manajemen Mutu Pendidikan, (Penerjemah: Ahma Ali Riyadi dan Fahrurrozi), cetakan ke. V, Yogyakarta: IRCISoD, Juli 2007
  • Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, Total Quality Management, cetakan ke. 10, Yogyakarta: Andi Ofset, 2003
  • www.wikipedia.com
  • www.geocities.com
  • Hardjosoedarmo, Soerwarso, Total Quality Management, cetakan ke 10, Yogyakarta: Andi, 1999
  • Suyanto dan MS. Abbas, Wajah dan Dinamika Pendidikan Anak Bangsa, edisi pertama, Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa, Januari, 2001

Belum ada Komentar untuk "✔ Gerakan Mutu Dalam Pendidikan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel