✔ Cara Memilih Anggapan Dasar & Contohnya
| Seseorang yang masih merasa ragu-ragu terhadap sesuatu hal, tentu saja tidak sanggup dengan niscaya memilih anggapan bagi hal tersebut.
Sebagai contoh, apabila kita tidak memahami keadaan suatu daerah, kita tidak sanggup memilih anggapan bahwa kawasan tersebut dihuni oleh banyak mahasiswa. Makara kita tidak sanggup dengan niscaya memilih kawasan tersebut sebagai wilayah penelitian yang menyangkut masalah-masalah mahasiswa.
Nah, bagaimana kita sanggup tahu bahwa suatu kawasan banyak dihuni oleh mahasiswa? Untuk menjadi tahu terhadap sesuatu, caranya bermacammacam:
1. Dengan banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain. Dalam hal ini Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M.A. mengklasifikasikan materi pustaka (yang disebut sumber acuan) menjadi dua kelompok yaitu:
a. Sumber umum: buku teks, ensiklopedi, dan sebagainya.
b. Sumber pola khusus: buletin, jurnal, periodikal (majalah-majalah yang terbit secara periodik), disertasi, skripsi, dan sebagainya.
Dari sumber pola umum sanggup diperoleh teori-teori dan konsep. konsep dasar, sedang dari sumber pola khusus sanggup dicari penemuan-penemuan atau hasil penelitian yang sudah dan sedang dilaksanakan.
2. Dengan banyak mendengarkan berita, ceramah, dan pembicaraan orang lain.
3. Dengan banyak berkunjung ke tempat.
4. Dengan mengadakan pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
Dengan singkat sanggup dikatakan bahwa perkiraan dasar, postulat atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti.
Sebagai materi pendukung anggapan dasar, peneliti sebaiknya melaksanakan studi perpustakaan untuk mengumpulkan teori-teori dari buku maupun inovasi dari penelitian. Apa yang sudah dibaca Sebaiknya ”langsung dicatat pada kartu-kartu. Cara ini sering disebut dengan istilah pencatatan dengan sistem kartu. Bahan-bahan yang Sudah dibaca, dituliskan pada sebuah kartu dengan topik subyect matter atas bab dari permasalahannya. Pada setiap kartu dicantumkan sekaligus sumber keterangan yang diambil semoga tidak ada kesulitan apabila bukunya derma atau sukar ditemukan kembali tempatnya. Oleh alasannya itu, penulisannya harus lengkap, semoga tidak perlu membuka buku sumbernya lagi.
Kartu yang dipakai sanggup dibentuk dari kertas manila bewarna. Untuk dilema yang sama sanggup dipakai kartu sewarna. Misalnya untuk ”prestasi belajar” kartu warna biru, untuk ”pengelolaan kelas" kartu warna kuning, dan sebagainya. Ukuran kartu sanggup dibentuk sekehendak hati, contohnya 15x 10 cm (1/4 ukuran folio). Jika diharapkan kutipan yang agak panjang sanggup dipakai dua atau tiga kartu, dengan gejala lanjutan. Tanda halaman 1-4 artinya kartu tersebut yaitu kartu pertama dari satu kutipan yang termuat dalam empat kartu.
Kartu-kartu yang sudah diisi, disusun berdasarkan huruf dalam sebuah kotak sehingga memudahkan penelitian dalam membandingkan mengelompokkan dan menelaah kembali bahan-bahan tersebut.
Merumuskan suatu anggapan dasar, bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini membutuhkan suatu pemikiran, renungan dan analisis masalah, sehingga boleh jadi sanggup dianggap sukar bagi siapa saja, terutama yang belum terbiasa meneliti. Untuk ini diharapkan latihan, membiasakan dan banyak melihat contoh-contoh.
Contoh:
Judul penelitian:
Studi perihal Peranan Orang Tua terhadap Pilihan Profesi Anak Sekolah Menengan Atas seDaerah spesial Yogyakarta.
Anggapan dasar yang sanggup dirumuskan antara lain:
1. Hubungan antara anak dengan orang bau tanah cukup erat.
2. Anak tahu keadaan orang tuanya (pendidikan, pekerjaan, harapan terhadap dirinya, dan sebagainya).
3. Anak Sekolah Menengan Atas sudah memahami berjenis-jenis profesi yang ada, baik dalam wilayah yang sempit maupun wilayah yang luas.
Contoh:
Diambil dari penelitian yang diadakan oleh Dra. Aswarni Sudjud dengan judul:
Studi perihal Murid Mengulang Kelas di Kelas lil Sekolah Dasardi Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Daerah lstimewa Yogyakarta 1979-1980.
Anggapan dasar yang diajukan antara lain:
1. Ada anak mengulang kelas di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah spesial Yogyakarta.
2. Prestasi berguru murid, termasuk murid-murid kelas III dan kelas IV SD bervariasi.
3. Latar belakang guru sekolah dasar berbeda-beda (pendidikan dan pengalaman mengajarnya).
4. Latar belakang sosial murid menyerupai pendidikan dan pekerjaan orang bau tanah dan lain-lain berbeda-beda.
Contoh:
Diambil dari penelitian disertasi Prof. Dr.-Winarno Surakhmad M.Sc. dengan judul:
Konsep Aku dan Aspirasi Beberapa Kelompok Adolesen Indonesia dalam Rangka Pembinaan Tugas-tugas Perkembangan Sosial.
Anggapan dasar yang diajukan adalah:
1. Pengalaman hidup dan tingkat perkembangan para adolesen merupakan kondisi yang menghipnotis kepekaan timbulnya kesadaran kiprah perkembangan sosial mereka.
2. Konsep Aku didalam arti yang luas (fisik, sosial, psikoseksual, ideal) dari para adolesen menghipnotis perilaku dan tingkah laris sosial mereka.
3. Tingkat aspirasi adolesen dipengaruhi oleh peranan status sosial yang diidentifikasikan oleh mereka.
4. Perkembangan adolesen tidak dengan sendirinya tersinkronisasi dan tertuju kepada tugas-tugas perkembangan sosial serta kepada nilai-nilai edukatif secara sadar-tujuan. Pengarahannya harus melalui bimbingan yang berencana dan realistis.
Sumber:
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 104-107.
Sebagai contoh, apabila kita tidak memahami keadaan suatu daerah, kita tidak sanggup memilih anggapan bahwa kawasan tersebut dihuni oleh banyak mahasiswa. Makara kita tidak sanggup dengan niscaya memilih kawasan tersebut sebagai wilayah penelitian yang menyangkut masalah-masalah mahasiswa.
Nah, bagaimana kita sanggup tahu bahwa suatu kawasan banyak dihuni oleh mahasiswa? Untuk menjadi tahu terhadap sesuatu, caranya bermacammacam:
1. Dengan banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain. Dalam hal ini Prof. Drs. Sutrisno Hadi, M.A. mengklasifikasikan materi pustaka (yang disebut sumber acuan) menjadi dua kelompok yaitu:
a. Sumber umum: buku teks, ensiklopedi, dan sebagainya.
b. Sumber pola khusus: buletin, jurnal, periodikal (majalah-majalah yang terbit secara periodik), disertasi, skripsi, dan sebagainya.
Dari sumber pola umum sanggup diperoleh teori-teori dan konsep. konsep dasar, sedang dari sumber pola khusus sanggup dicari penemuan-penemuan atau hasil penelitian yang sudah dan sedang dilaksanakan.
2. Dengan banyak mendengarkan berita, ceramah, dan pembicaraan orang lain.
3. Dengan banyak berkunjung ke tempat.
4. Dengan mengadakan pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
Dengan singkat sanggup dikatakan bahwa perkiraan dasar, postulat atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti.
Sebagai materi pendukung anggapan dasar, peneliti sebaiknya melaksanakan studi perpustakaan untuk mengumpulkan teori-teori dari buku maupun inovasi dari penelitian. Apa yang sudah dibaca Sebaiknya ”langsung dicatat pada kartu-kartu. Cara ini sering disebut dengan istilah pencatatan dengan sistem kartu. Bahan-bahan yang Sudah dibaca, dituliskan pada sebuah kartu dengan topik subyect matter atas bab dari permasalahannya. Pada setiap kartu dicantumkan sekaligus sumber keterangan yang diambil semoga tidak ada kesulitan apabila bukunya derma atau sukar ditemukan kembali tempatnya. Oleh alasannya itu, penulisannya harus lengkap, semoga tidak perlu membuka buku sumbernya lagi.
Kartu yang dipakai sanggup dibentuk dari kertas manila bewarna. Untuk dilema yang sama sanggup dipakai kartu sewarna. Misalnya untuk ”prestasi belajar” kartu warna biru, untuk ”pengelolaan kelas" kartu warna kuning, dan sebagainya. Ukuran kartu sanggup dibentuk sekehendak hati, contohnya 15x 10 cm (1/4 ukuran folio). Jika diharapkan kutipan yang agak panjang sanggup dipakai dua atau tiga kartu, dengan gejala lanjutan. Tanda halaman 1-4 artinya kartu tersebut yaitu kartu pertama dari satu kutipan yang termuat dalam empat kartu.
Kartu-kartu yang sudah diisi, disusun berdasarkan huruf dalam sebuah kotak sehingga memudahkan penelitian dalam membandingkan mengelompokkan dan menelaah kembali bahan-bahan tersebut.
Merumuskan suatu anggapan dasar, bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini membutuhkan suatu pemikiran, renungan dan analisis masalah, sehingga boleh jadi sanggup dianggap sukar bagi siapa saja, terutama yang belum terbiasa meneliti. Untuk ini diharapkan latihan, membiasakan dan banyak melihat contoh-contoh.
Contoh:
Judul penelitian:
Studi perihal Peranan Orang Tua terhadap Pilihan Profesi Anak Sekolah Menengan Atas seDaerah spesial Yogyakarta.
Anggapan dasar yang sanggup dirumuskan antara lain:
1. Hubungan antara anak dengan orang bau tanah cukup erat.
2. Anak tahu keadaan orang tuanya (pendidikan, pekerjaan, harapan terhadap dirinya, dan sebagainya).
3. Anak Sekolah Menengan Atas sudah memahami berjenis-jenis profesi yang ada, baik dalam wilayah yang sempit maupun wilayah yang luas.
Contoh:
Diambil dari penelitian yang diadakan oleh Dra. Aswarni Sudjud dengan judul:
Studi perihal Murid Mengulang Kelas di Kelas lil Sekolah Dasardi Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Daerah lstimewa Yogyakarta 1979-1980.
Anggapan dasar yang diajukan antara lain:
1. Ada anak mengulang kelas di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah spesial Yogyakarta.
2. Prestasi berguru murid, termasuk murid-murid kelas III dan kelas IV SD bervariasi.
3. Latar belakang guru sekolah dasar berbeda-beda (pendidikan dan pengalaman mengajarnya).
4. Latar belakang sosial murid menyerupai pendidikan dan pekerjaan orang bau tanah dan lain-lain berbeda-beda.
Contoh:
Diambil dari penelitian disertasi Prof. Dr.-Winarno Surakhmad M.Sc. dengan judul:
Konsep Aku dan Aspirasi Beberapa Kelompok Adolesen Indonesia dalam Rangka Pembinaan Tugas-tugas Perkembangan Sosial.
Anggapan dasar yang diajukan adalah:
1. Pengalaman hidup dan tingkat perkembangan para adolesen merupakan kondisi yang menghipnotis kepekaan timbulnya kesadaran kiprah perkembangan sosial mereka.
2. Konsep Aku didalam arti yang luas (fisik, sosial, psikoseksual, ideal) dari para adolesen menghipnotis perilaku dan tingkah laris sosial mereka.
3. Tingkat aspirasi adolesen dipengaruhi oleh peranan status sosial yang diidentifikasikan oleh mereka.
4. Perkembangan adolesen tidak dengan sendirinya tersinkronisasi dan tertuju kepada tugas-tugas perkembangan sosial serta kepada nilai-nilai edukatif secara sadar-tujuan. Pengarahannya harus melalui bimbingan yang berencana dan realistis.
Sumber:
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 104-107.
Belum ada Komentar untuk "✔ Cara Memilih Anggapan Dasar & Contohnya"
Posting Komentar