✔ Pilihlah Daku Kamu Ku Tipu (Pdk2t)

 Judul goresan pena ini diinspirasi oleh kisah LUPUS yang aslingya yaitu  ✔ Pilihlah Daku Kau Ku Tipu (PDK2T)
Pilihlah Daku Kau Ku Tipu (PDK2T) - .  Judul goresan pena ini diinspirasi oleh kisah LUPUS yang aslingya yaitu "Kejarlah Daku Kau Ku Jitak".  Tapi goresan pena ini hanya ingin bercerita ditambah opini perihal kenyataan yang terjadi pasca pemilu pemilihan presiden tahun 2014 ini.  Hal ini diawali dari sebuah kisah antara penulis dengan seorang tukuang cukur yang umurnya sudah lanjut.  Suatu kali, entah kenapa bapak bau tanah itu sedikit "curhat" dengan sedikit kesal kepadaku.  "Baru beberapa bulan jadi presiden sudah menaikan bbm" begitu awalnya memulai pembicaraan.  Maka akupun bertanya, "apakah barang-barang lain ikut naik Pa" tanyaku.  "Jelaslah, semua pada ikut naik, mulai cabai hingga angkutan" katanya dengan bunyi kecewa.  Akupun sanggup memaklumi kekesalan bapak bau tanah langgananku ini.  Terus bapak bau tanah melajutkan curhatnya..."dulu, jaman Soeharto masyarakat diberi lahan kepada transmigrasi.  Sebelum menghasilkan, mereka diberi jatah makanan untuk hidup.  Pupuk gratis. Hasilnya bukan untuk pemerintah, melainkan untuk masyarakat sendiri.  Sekarang boro-boro diberi, eh malah di gusur".  Begitulah dialog kami selama potong rambut di daerah bapak tua.

Apa yang sanggup kita ambil dari kisah tersebut? Secara implisit, bapak bau tanah tersebut sanggup mewakili "komunitas"nya.  Kita sebagai bab dari "mereka" harusnya sudah saatnya peka dengan kondisi sekarang.  Rakyat dibagian akar rumput sesungguhnya tidak neko-neko.  Rakyat cara berpikirnya sangat sederhana.  Mereka sudah cerdas dan sanggup mencermati janji-janji politik para politikus sekarang.  Sederhana ajaran mereka yaitu bagaimana harga-harga yang ada di pasaran tersebut sanggup terjangkau dengan daya beli mereka.  Pengalaman menunjukkan bahwa, kenaikkan BBM selalu diikuti harga kebutuhan lainnya.  Karena tugas BBM sebagai pengerak transfortasi, mesin produksi dll.  Lalu, apa yang dirasakan rakyat pemilih dalam pilpres 2014 kemarin? Jelas kecewa, bahkan mereka merasa "tertipu" dengan gaya "blusukan" dan gaya sederhana sang presiden.  Sang presiden dianggap mereka tidak "peka" mencicipi penderitaan mereka.  Salahkah mereka membandingkannya dengan presiden terdahulu? Tentu tidak dan itu sah-sah saja sebagai hak warga negara selama tidak menciptakan instabilitas nasional.  Lalu dalam hatikupun ingat judul buku LUPUS yang saya modif menjadi Pilihlah Daku Kau Ku Tipu (PDK2T).

Belum ada Komentar untuk "✔ Pilihlah Daku Kamu Ku Tipu (Pdk2t)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel