✔ Bangsa Yang Merasa Cendekia Dengan Kabinet Rusuh

 Hikmah dari pemilu pemilihan Presiden yakni banyak hal yang menimbulkan  ✔ Bangsa yang Merasa Pintar dengan Kabinet Rusuh
Bangsa yang "Merasa" Pintar dengan Kabinet Rusuh - .  Hikmah dari pemilu pemilihan Presiden yakni banyak hal yang menimbulkan pembelajaran buat rakyat Indonesia.  Namun terlepas dari baik-buruknya efek yang ditimbulkan, ternyata dari pilpres tersebut menghasilkan bangsa yang sudah sanggup memperlihatkan argumennya atas pilihannya, terlepas dari betul tidaknya argumen tersebut.  Secara berangasan sanggup dirasakan bahwa kedua kubu masing-masing merasa pandai dengan pilihannya dan merasa yang paling benar.  Sejatinya mereka harus mengkritisi kebijakan pemerintah yang memberatkan kehidupannya dimasa datang, namun kadang nalar sehat hilang alasannya "mengkultuskan" kandidat, hasilnya kesalahan sang kandidat tidak terlihat, padahal sang kandidat juga insan biasa yang penuh dengan kekeliruan dan kehilapan.  Contoh yang diberitakan Silontong.com dengan judul "Alamak, Warga Sinabung Kena Tipu Jokowi? No HP yang dibagikan Jokowi Ternyata Punya Herman" (http://silontong.com/2014/11/01/alamak-warga-sinabung-kena-tipu-jokowi-no-hp-yang-dibagikan-jokowi-ternyata-punya-herman/ diakses tgl. 02/11/2014) dan Okezone.com dengan judul "Nomor HP yang Dibagikan Jokowi Ternyata Milik Herman" (http://news.okezone.com/read/2014/11/01/337/1059810/nomor-hp-yang-dibagikan-jokowi-ternyata-milik-herman, diakses tgl.02/11/2014).  Apa jawaban rakyat atas kejadian tersebut? Ada yang memojokan dan atas yang membela.  Aneh kan? Harusnya kita melihat suatu kesalahan sebagai kehilapan atau salah ucap sang Presiden, sehingga kita maklum.  Bukan saling sanggah dan merasa pintar.  Buat Presiden Jokowi (bila benar salah ucap), harusnya lebih hati-hati lagi dalam berbicara, terlebih "memberi" info kepada masyarakat yang lagi kesusahan.

Nah, kelakuan masyarakat ternyata tidak beda dengan "wakilnya" di parlemen.  Kelakuan para wakil sama sekali jauh dari cita-cita kita.  Anggota dewan tidak memperlihatkan kesegaran pembelajaran buat bangsanya, malah memperlihatkan pola yang "konkret" bahwa "premanisasi" itu perlu dan ada dalam kehidupan ini...Menyedihkan!.  Padahal kalau ditinjau dari tingkat pendidikan, mereka sangat berada di atas rata-rata.  Titel mereka mulai dari S1, S2, S3 bahkan Profesor.  Kenapa justru lebih "parah" daripada kelakuan masyarakat yang ada? Harusnya, para anggota dewan yan terhormat "menjunjung" tinggi keputusan yang diambil menurut Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.  Singkirkan ego.  Bahayanya kondisi tersebut "dimanfaatkan" oleh pihak-pihak ketiga yang ingin mengambil laba dari kondisi carut-marut menyerupai ini.  Apakah bangsa ini sudah tidak memiliki pemimpin yang disegani dan dihormati sehingga kita semua "seperti" orang kesurupan yang tidak memiliki kontrol?.

Marilah kita semua berpikir "WIN-WIN" untuk kejayaan Bangsa dan Negara Indonesia.  Janganlah kelakuan elit "membenarkan" bahwa mereka boneka negara lain dan memikirkan diri dan kelompoknya saja menyerupai pendapat sebagian masyarakat.  Namun hendaknya para elit sanggup menunjukan dengan karya nyata, yaitu: harga-harga konsumsi murah dan terjangkau dengan daya beli masyarakat, berobat dan pendidikan yang merata dan murah, adanya akomodasi masyarakat dalam berusaha dan bekerja.  Dengan kata lain, para elit harus mengantarkan bangsanya menuju masyarakat adil dan makmur dan bermartabat.  MAMPUKAH ? (IMHO).

Belum ada Komentar untuk "✔ Bangsa Yang Merasa Cendekia Dengan Kabinet Rusuh"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel