✔ Penilaian Mencar Ilmu Dalam Pandangan Teori Konstruktivistik

Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan berguru sangat mendukung munculnya aneka macam pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Hal ini memunculkan pemikiran terhadap perjuangan mengevaluasi berguru konstruktivistik. Ada perbedaan penerapan penilaian berguru antara pandangan behavioristik (tradisional) yang obyektifis konstruktivistik. Pembelajaran yang diprogramkan dan didesain banyak mengacu pada obyektifis, sedangkan Piagetian dan tugas-tugas berguru discovery lebih mengarah pada konstruktivistik. Obyektifis mengakui adanya reliabilitas pengetahuan, bahwa pengetahuan ialah obyektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi. Guru bertugas untuk memberikan pengetahuan tersebut. Realitas dunia dan strukturnya sanggup dianalisis dan diuraikan, dan pemahaman seseorang akan dihasilkan oleh proses-proses eksternal dari struktur dunia kasatmata tersebut, sehingga berguru merupakan asimilasi objek-objek nyata. Tujuan para perancang dan guru-guru tradisional ialah menginterpretasikan kejadian-kejadian kasatmata yang akan diberikan kepada para siswanya.
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya menurut pengalamannya. Konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang dipakai untuk menginterpretasikan objek dan peristiwa-peristiwa. Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran ialah instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, objek, dan pandangan terhadap dunia nyata, dimana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar insan secara individual.
Teori berguru konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan sanggup menginterpretasikan gosip kedalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru sanggup membantu siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal. Jika hasil berguru dikonstruksi secara individual, bagaimana mengevaluasinya?
Evaluasinya berguru pandangan behavioristik tradisional lebih diarahkan pada tujuan belajar. Sedangkan pandangan konstruktivistik memakai goal-free evaluation, yaitu suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan penilaian pada tujuan spesifik.  Evaluasi akan lebih obyektif kalau evaluator tidak diberi gosip wacana tujuan selanjutnya. Jika tujuan berguru diketahui sebelum proses berguru dimulai, proses berguru dan evaluasinya akan berat sebelah. Pemberian kriteria pada penilaian menjadikan pengaturan pada pembelajaran. Tujuan berguru mengarahkan pembelajaran yang juga akan mengontrol aktifitas berguru siswa.
Pembelajaran dan penilaian yang memakai kriteria merupakan prototipe obyektifis/behavioristik, yang tidak sesuai bagi teori konstruktivistik. Hasil berguru konstruktivistik lebih cepat dinilai dengan metode penilaian goal-free. Evaluasi yang dipakai untuk menilai hasil berguru konstruktivistik, memerlukan proses pengalaman kognitif bagi tujuan-tujuan konstruktivistik.
Bentuk-bentuk penilaian konstruktivistik sanggup diarahkan pada tugas-tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berfikir yang lebih tinggi ibarat tingkat “penemuan” pada taksonomi Merril, atau “strategi kognitif” dari Gagne, serta “sintesis” pada taksonomi Bloom. Juga mengkonstruksi pengalaman siswa, dan mengarahkan penilaian pada konteks yang luas dengan aneka macam perspektif.

Sumber:
DR. C. Asri Budiningsih, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 60 - 61

Bagikan Artikel ini