✔ Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Aktivitas Pembelajaran

Aliran psikologi berguru yang sangat besar menghipnotis arah perkembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini yaitu aliran behavioristik.  Aliran ini menekankan pada terbentuknnya sikap yang tampak sebagai hasil belajar.  Teori behavioristik dengan model relasi stimulus-responnya, mendudukan orang yang berguru sebgai individu pasif.  Respon atau sikap tertentu sanggup dibuat alasannya yaitu dikondisi dengan cara tertentu dengan memakai metode drill atau adaptasi semata.  Munculnya sikap akan semakin berpengaruh jikalau diberikan reinforcement, dan akan menghilang jikalau dikenai hukuman.

Istilah-istilah ibarat relasi stimulus-respon, individu atau siswa pasif, sikap sebagai hasil berguru yang tampak, pembentukan sikap (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat, reinforcement, dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam teori behavioristik.  Teori ini hingga kini masih merajai praktek pembelajaran di Indonesia.  Hal ini tampak dengan terang pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, ibarat kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan hingga di Perguruan Tinggi, pembentukan sikap dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau eksekusi masih sering dilakukan.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan akomodasi pembelajaran yang tersedia.  Pembelajran yang dirancang dan dilaksanakan pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan yaitu objektif, pasti, tetap, tidak berubah.  Pengetahuan telah terstruktur denga rapi, sehingga berguru yaitu perolehan pengetahuan, sedangkan mengjar yaitu memindahkan pengetahuan ke orang yang berguru atau siswa.  Siswa diperlukan akan mempunyai pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.  Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.


Fungsi mind atau pikiran yaitu untuk menggandakan struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang sanggup dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir ibarat ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia positif telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa aau orang yang berguru harus dihadapkan pada aturan-aturan yang terang dan ditetapkan lebih dahulu secara ketat.  Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.  Kegagalan dan ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan berguru atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk sikap yang pantas diberi hadiah.  Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.  Siswa atau penerima didik yaitu objek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol berguru harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.

Tujuan pembelajaran berdasarkan teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedang berguru sebagai kegiatan "mimetic" yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari  dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bab ke keseluruhan.  Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga kegiatan berguru lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan aksentuasi pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya memakai paper and pencil test.  Evaluasi hasil berguru menuntut satu tanggapan benar.  Maksudnya, jikalau siswa menjawab secara "benar" sesuai dengan impian guru, hal ini mengatakan bahwa siswa telah menuntaskan kiprah belajarnya.  Evaluasi dipandang sebagai bagian  yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah  akibat kegiatan pembelajaran.  Teori ini menekankan penilaian pada kemampuan siswa secara individual.


Pustaka : DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta, Yogyakarta. Hal. 27-28

Belum ada Komentar untuk "✔ Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Aktivitas Pembelajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel