✔ Model Pembelajaran Treffinger

Pengertian Model Pembelajaran Treffinger
Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu dari sedikit model yang menangani duduk kasus kreativitas secara pribadi . Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari model ini, Treffinger memperlihatkan saling hubungan dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong berguru kreatif.

Model pembelajaran Treffinger sanggup membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu siswa dalam menguasai konsep-konsep bahan yang diajarkan, serta memperlihatkan kepada siswa untuk memperlihatkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki siswa, berarti siswa bisa menggali potensi dalam berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan atas duduk kasus yang dihadapinya yang melibatkan proses berpikir.

Model pembelajaran Treffinger dalam peranannya mendorong berguru kreatif yang sanggup membuatkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan afektif dan kognitif yang digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang mencakup tingkat I yaitu basic tools yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen, tingkat II yaitu practice with proses yaitu berpikir secara kompleks dan perasaan majemuk, serta tingkat III yaitu working with real problem yaitu keterlibatan dalam tantangan nyata. Hal tersebut sebagaimana dirumuskan delam pembelajaran model Treffinger yaitu sebagai berikut:

Treffinger selalu melibatkan ketrampilan kognitif dan afektif di dalam tahapan pembelajaran untuk mencapai suatu tingkat berpikir tertentu. Misalnya:
Pada tingkat I, Treffinger memusatkan perhatian pada bagaimana anak sanggup berpikir secara divergen atau terbuka tanpa memikirkan bahwa pendapat yang disampaikan benar atau salah.
Kemampuan afektif yang dikembangkan mencakup rasa ingin tahu (dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya), keberanian mengambil resiko (keberanian dalam menjawab pertanyaan walaupun tanggapan yang disampaikan salah), percaya diri (siswa berani dalam memilih tanggapan yang berbeda dengan tanggapan temannya) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yang sanggup dikembangkan mencakup kelancaran (dapat dilihat dari waktu yang dipakai anak dalam menjawab dan mengungkapkan gagasan yang berbeda), kelenturan (dilihat dari banyaknya idea tau gagasan yang berbeda yang disampaikan siswa) dan lain sebagainya.
Pada tingkat II, Treffinger lebih memusatkan perhatiannya pada pengembangan kemampuan penyelesaian duduk kasus dan keterbukaan terhadap perbedaan. Kemampuan afektif pada tingkat ini mencakup keterbukaan perasaan beragam (yaitu keterbukaan dalam mendapatkan gagasan yang berbeda), meditasi dan kesantaian (kebiasaan dan ketenangan dalam mendapatkan gagasan yang berbeda), penggunaan imajinasi dan tamsil (kemampuan berimajinasi dalam menggambarkan duduk kasus yang dihadapi) dan lain sebagainya. Sedangkan kemampuan kognitif yaitu mencakup penerapan (penggunaan apa yang tersedia dalam menuntaskan duduk kasus yang diberikan), analisis (mendiskripsikan segala duduk kasus yang ada), sintesis (ketrampilan memadukan hal yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya), penilaian (penilaian terhadap tanggapan sahabat dan diri sendiri sehingga menghasikan tanggapan yang paling tepat) dan lain-lain.
Pada tingkat III, Treffinger memusatkan pada bagaimana anak sanggup mengelola dirinya sendiri dan kemampuannya sehubungan dengan keterlibatannya dalam tantangan-tantangan yang ada dihadapannya.
Kemampuan afektif pada tingkat ini mencakup pemribadian nilai (berkaitan dengan pengevaluasian diri dan ide-ide sebelumnya), pengikatan diri terhadap hidup produktif (berusaha untuk tetap menghasilkan inspirasi gres dalam setiap acara penyelesaian masalah), dan lain-lain. Sedangkan kemampuan kognitif yang sanggup dikembangkan mencakup pengajuan pertanyaan secara berdikari (pertanyaan yang timbul dari pemikiran sendiri), pengarahan diri (mampu memilih sendiri langkah-langkah menuntaskan duduk kasus tanpa terpengaruh penyelesaian dari teman), pengelolaan sumber (menggunakan segala yang ada disekitar untuk memperoleh tanggapan yang diinginkan), dan pengembangan produk (mengembangkan inspirasi yang ada sebelumnya sehingga diperoleh inspirasi baru), dan lain sebagainya.

Menurut Munandar, dengan memakai ketiga tingkatan kemampuan berpikir dari model Treffinger, siswa sanggup membangun ketrampilan, memakai kemampuan berpikir kreatifnya dan menemukan penyaluran untuk mengungkapkan kreativitas dalam hidup. Sehingga dalam hal ini, setiap tahap dengan tingkatan berpikir tertentu didalam pendekatan Treffinger harus diterapkan secara untuh dan diintegrasikan. Proses pembelajaran yang menyerupai ini yang sanggup meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa

Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan siap.
Sintaks:
  1. Keterbukaan-urun ide-penguatan,
  2. Penggunaan inspirasi kreatif-konflik internal-skill,
  3. Proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan duduk kasus secara berdikari melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya,
  4. Kelompok-kerjasama,
  5. Kebebasan-terbuka,
  6. Reward.
Pustaka :
Ngalimun, 2012.  Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendekia.

Belum ada Komentar untuk "✔ Model Pembelajaran Treffinger"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel