✔ Debate Dan Role Playing Sebagai Model Pembelajaran

asik berguru dot com. Postingan kali ini terkait melengkapi koleksi artikel yang membahas wacana model pembelajaran. Nah, model pembelajaran debate dan role playing dirangkum menjadi satu dan diambil dari beberapa sumber. 

A. Model Pembelajaran Debate
Dalam model pembelajaran Debate siswa juga dilatih bagaimana mengeluarkan pendapat menyerupai dalam model pembelajaran Think Pair and Share, perbedaannya ialah dalam debate situasi pembelajaran disengaja dibentuk 2 kelompok yang berseberangan (pro dan kontra). Siswa dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan
bagaimana mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan sanggup dipertanggungjawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan siswa berguru bagaimana menghargai adanya perbedaan.

Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  1. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok penerima debat, yang satu pro dan yang lainnya kontra.
  2. Guru menawarkan kiprah untuk membaca materi yang akan diperdebatkan oleh kedua kelompok diatas.
  3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara ketika itu, 
  4. kemudian sesudah selesai ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya hingga sebagian besar siswa sanggup mengemukakan pendapatnya.
  5. Sementara siswa memberikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan hingga mendapatkan sejumlah inspirasi yang diharapkan.
  6. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkapkan.
  7. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa menciptakan kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
B. Model Pembelajaran Role Playing dan Beberapa Pengertiannya
Beberapa Pengertian wacana Model pembelajaran Role Playing :
Role playing atau bermain kiprah ialah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, hukum dan sekaligus melibatkan unsur bahagia (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun ketika itu pembelajaran terjadi di dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk kegiatan dimana pembelajar membayangkan dirinya seakan-akan berada di luar kelas dan memainkan kiprah orang lain (Basri Syamsu, 2000).

Metode Role Playing ialah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

Pada metode bermain peranan, titik tekanannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi duduk kasus yang secara kasatmata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melaksanakan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jikalau mereka diberi kesempatan memainkan kiprah dalam bermusyawarah, melaksanakan pemungutan bunyi terbanyak dan bersikap mau mendapatkan kekalahan sehingga dengan melaksanakan banyak sekali kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi, mereka akan lebih gampang menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran murid harus aktif, sebab tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran mustahil terjadi.

Model pembelajaran Role Playing juga dikenal dengan nama model pembelajaran Bermain Peran. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan scenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas-batas scenario dari guru.

Langkah-langkah pembelajarannya ialah sebagai berikut :
  1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
  2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
  3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
  4. Memberikan klarifikasi wacana kompetensi yang ingin dicapai.
  5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan.
  6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan.
  7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi evaluasi atas penampilan masing-masing kelompok.
  8. Masing-masing kelompok memberikan hasil kesimpulannya.
  9. Guru menawarkan kesimpulan secara umum.
  10. Evaluasi.
  11. Penutup.

Belum ada Komentar untuk "✔ Debate Dan Role Playing Sebagai Model Pembelajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel