✔ Proses Pengambilan Keputusan
Agar individu mencapai hasil yang maksimal maka proses pengambilan keputusan harus rasional. Model pengambilan keputusan rasional melalui enam langkah, yaitu (1) menetapkan masalah, (2) mengidentifikasi kriteria keputusan, (3) mengalokasikan bobot pada kriteria, (4) megembangkan alternatif, (5) mengevaluasi alternatif, dan (6) menentukan alternatif yang terbaik.
Menurut Robbins, model pengambilan keputusan rasional di atas didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (1) kejelasan duduk kasus dan masalahnya tidak mendua, (2) pilihan- pilihan diketahui, yaitu semua kriteria sanggup diidentifikasi dan disadari konsekuensinya, (3) pilihan yang jelas, yaitu kriteria dan alternatif sanggup diperingkatkan dan dipertimbangkan, (4) tidak ada batasan waktu dan biaya, dan (6) mengambil keputusan secara maksimal yang menghasilkan nilai yang dirasakan paling tinggi.
Agar keputusan yang diambil dalam kerangka MBS memberi hasil yang maksimal, proses pengambilan keputusan harus didasari pada adanya info selengkap mungkin. Bagaimana keputusan dibentuk pada tingkat sekolah dalam kerangka MBS ini? terdapat empat langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu pertama, mula-mula sekolah membentuk Dewan Sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, perwakilan guru, orang bau tanah siswa, anggota masyarakat, staf sekolah dan siswa. Kedua, Dewan Sekolah melakukan pengukuran kebutuhan (need assesment) sekolah. Ketiga, Dewan Sekolah membuatkan perencanaan tindakan yang meliputi tujuan dan target yang terukur. Keempat, langkah selanjutnya ialah mengambil keputusan yang bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) Dewan Sekolah memberi saran kepada kepala sekolah, yang selanjutnya kepala sekolah memutuskannya, dan (b) Dewan Sekolah mengambil keputusan sendiri. Kepala sekolah mempunyai tugas yang besar dalam proses pengambilan keputusan menyerupai ini.
Pengambilan keputusan rasional membutuhkan kreativitas yaitu kemampuan menggabungkan gagasan dalam satu cara yang unik, atau untuk menciptakan asosiasi yang luar biasa diantara gagasan-gagasan. Untuk merangsang kreativitas dalam pengambilan keputusan ada beberapa metode. Pertama, metode aba-aba pribadi yang didasarkan pada bukti bahwa orang cenderung menerima penyelesaian yang jelas dan mendorong individu untuk mewujudkan kemampuannya. Kedua, metode penyusun-an atribut dimana pengambil keputusan mengisolasikan karakteristik dari alternatif tradisional. Setiap atribut utama dari alternatif dipertimbangkan. Ketiga, metode pedoman lateral atau zig-zag yang merupakan pengganti pemikiran vertikal (linear) yang lebih tradisional. Dengan pemikiran lateral, individu memakai pedoman yang menyimpang, yang tidak mngembangkan suatu contoh tetapi penstrukturan pola yang tidak berurutan. Keempat, metode syntetik, yaitu memakai analogi dan dasar pedoman yang dibalikkan untuk menciptakan keakraban yang asing. Synetik dioperasikan menurut pada anggapan bahwa kebanyakan duduk kasus itu tidak baru. Tantangannya adalah memandang masalah secara baru sehingga individu harus mencoba cara yang bersahabat atau rutin, yang kita tempuh dalam melihat masalah.
Menurut Robbins, model pengambilan keputusan rasional di atas didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (1) kejelasan duduk kasus dan masalahnya tidak mendua, (2) pilihan- pilihan diketahui, yaitu semua kriteria sanggup diidentifikasi dan disadari konsekuensinya, (3) pilihan yang jelas, yaitu kriteria dan alternatif sanggup diperingkatkan dan dipertimbangkan, (4) tidak ada batasan waktu dan biaya, dan (6) mengambil keputusan secara maksimal yang menghasilkan nilai yang dirasakan paling tinggi.
Agar keputusan yang diambil dalam kerangka MBS memberi hasil yang maksimal, proses pengambilan keputusan harus didasari pada adanya info selengkap mungkin. Bagaimana keputusan dibentuk pada tingkat sekolah dalam kerangka MBS ini? terdapat empat langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu pertama, mula-mula sekolah membentuk Dewan Sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, perwakilan guru, orang bau tanah siswa, anggota masyarakat, staf sekolah dan siswa. Kedua, Dewan Sekolah melakukan pengukuran kebutuhan (need assesment) sekolah. Ketiga, Dewan Sekolah membuatkan perencanaan tindakan yang meliputi tujuan dan target yang terukur. Keempat, langkah selanjutnya ialah mengambil keputusan yang bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) Dewan Sekolah memberi saran kepada kepala sekolah, yang selanjutnya kepala sekolah memutuskannya, dan (b) Dewan Sekolah mengambil keputusan sendiri. Kepala sekolah mempunyai tugas yang besar dalam proses pengambilan keputusan menyerupai ini.
Pengambilan keputusan rasional membutuhkan kreativitas yaitu kemampuan menggabungkan gagasan dalam satu cara yang unik, atau untuk menciptakan asosiasi yang luar biasa diantara gagasan-gagasan. Untuk merangsang kreativitas dalam pengambilan keputusan ada beberapa metode. Pertama, metode aba-aba pribadi yang didasarkan pada bukti bahwa orang cenderung menerima penyelesaian yang jelas dan mendorong individu untuk mewujudkan kemampuannya. Kedua, metode penyusun-an atribut dimana pengambil keputusan mengisolasikan karakteristik dari alternatif tradisional. Setiap atribut utama dari alternatif dipertimbangkan. Ketiga, metode pedoman lateral atau zig-zag yang merupakan pengganti pemikiran vertikal (linear) yang lebih tradisional. Dengan pemikiran lateral, individu memakai pedoman yang menyimpang, yang tidak mngembangkan suatu contoh tetapi penstrukturan pola yang tidak berurutan. Keempat, metode syntetik, yaitu memakai analogi dan dasar pedoman yang dibalikkan untuk menciptakan keakraban yang asing. Synetik dioperasikan menurut pada anggapan bahwa kebanyakan duduk kasus itu tidak baru. Tantangannya adalah memandang masalah secara baru sehingga individu harus mencoba cara yang bersahabat atau rutin, yang kita tempuh dalam melihat masalah.
Belum ada Komentar untuk "✔ Proses Pengambilan Keputusan"
Posting Komentar