✔ Konsepsi Dasar Bimbingan Dan Peyuluhan Di Sekolah
Dewasa ini, istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) mengandung pengertian yang luas dengan arah dan lapangan yang luas dalam pelaksanaannya. Pentingnya “guidance and counseling” sudah semakin dirasakan dalam aneka macam kehidupan di rumah, di sekolah dan bahkan di lembaga-lembaga manapun yang di dalamnya terdapat interaksi antara insan yang satu dengan insan yang lainnya.
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan seringkali diartikan secara salah dan adakala juga dirumuskan secara kurang tepat. Menurut Arthur Jones (dalam Kusmintardjo, 1992), salah satu sebabnya ialah bimbingan ini dimulai dengan pekerjaan Frank Parson, dimana ia hanya menekankan pada aspek vokasioanal saja. Oleh lantaran itu banyak beranggapan bahwa seperti pekerjaan bimbingan itu hanya bekerjasama dengan hal yang berkenaan dengan perjuangan mencari pekerjaan dan menempatkan orang -orang dalam pekerjaan yang cocok dengan talenta dan kemampuannya. Sebab lain dari kekeliruan itu ialah adanya sementara pihak yang mengidentifikasikan pengertian bimbingan dengan semua aspek pendidikan. Akibatnya bimbingan itu sendiri kehilangan maknanya yang khusus, sehingga mereka beropini bahwa istilah bimbingan sebaiknya dihapuskan.
Untuk memperoleh pengertian bimbingan secara lebih jelas, berikut dikutipkan beberapa pengertian bimbingan (guidance). Year Book of Education (1955) menyatakan bahwa: guidance is a process of helping individual through their own fort to discover d develop their potentialities both for personal happiness and social usefulness. Definisi yang diungkapkan oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di sekolah. Definisi tersebut menjelaskan bahwa:
“Bimbingan ialah proses santunan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang diharapkan untuk melaksanakan pembiasaan diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
Dari definisi-definisi di atas, dapatlah ditarik kesimpulan perihal apa sesungguhnya bimbingan itu, sebagai berikut.
a. Bimbingan berarti santunan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu' berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu kearah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Makara dalam hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut memilih pilihan atau keputusan dari orang yang dibimbingnya. Yang memilih pilihan atau keputusan ialah individu itu sendiri.
b. Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang, namun prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar harus dibantu. Pada hakekatnya santunan itu adakah untuk semua orang.
c. Bimbingan merupakan suatu proses kontinyu, artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu saja dan secara kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus menerus, sistematika, bersiklus dan terarah pada tujuan.
d. Bimbingan atau santunan diberikan biar individu sanggup menyebarkan dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan biar individu sanggup lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), mendapatkan keadaan dirinya dan sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.
e. Bimbingan diberikan biar individu sanggup mengikuti keadaan secara serasi dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam penerapannya di sekolah, definisi-definisi tersebut di atas menuntut adanya hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya organisasi bimbingan di mana terdapat pembagian tugas, peranan dan tanggung jawab yang tegas di antara para petugasnya;
b. Adanya aktivitas yang terang dan sistematika untuk: (1) melaksanakan penelitian yang mendalam perihal diri murid-murid, (2) melaksanakan penelitian perihal kesempatan atau peluang yang ada, misalnya: kesempatan pendidikan, kesempatan pekerjaan, masalah-masalah yang bekerjasama dengan human relations, dan sebagainya, (3) kesempatan bagi murid untuk mendapatkan bimbingan dan konseling secara teratur.
c. Adanya personil yang terlatih untuk melaksanakan program-program tersebut di atas, dan dilibatkannya seluruh staf sekolah dalam pelaksanaan bimbingan;
d. Adanya kemudahan yang memadai, baik fisik maupun non fisik (suasana, sikap, dan sebagainya);
e. Adanya kerjasama yang sebaik-baiknya antara sekolah dan keluarga, lembaga-lembaga di masyarakat, baik pemerintah dan non pemerintah.
2. Hubungan Bimbingan dengan Konseling
Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) mempunyai hubungan yang sangat akrab dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling).
Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dengan konseling atau keduanya mempunyai makna yang identik. Namun sementara pihak ada yang beropini bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychotherapy, yaitu perjuangan menolong orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap identik dengan pendidikan.
Sementara pihak ada lagi yang beropini bahwa konseling merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya kini banyak dianut.
Rogers (dalam Kusmintardjo, 1992) menawarkan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling ialah serangkaian kontak atau hubungan santunan pribadi dengan individu dengan tujuan menawarkan santunan kepadanya dalam merubah perilaku dan tingkah lakunya).
Selanjutnya Mortensen (dalam Jones, 1987) menawarkan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling may, therefore, be defined as apeson to person process in which one person is helped by another to increase in understanding and ability to meet his problems”. Konseling sanggup didefinisikan sebagai suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seorang dibantu oleh yang lainya untuk menemukan masalahnya.
Dengan demikian jelaslah, bahwa konseling merupakan salah satu teknik pelayanan bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara menawarkan santunan secara individual (face to face relationship). Bimbingan tanpa konseling menyerupai pendidikan tanpa pengajaran atau perawatan tanpa pengobatan. Kalaupun ada perbedaan di antara keduanya hanyalah terletak pada tingkatannya.
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Agar pelaksanaan aktivitas bimbingan di sekolah sanggup efektif, maka prinsip-prinsip berikut ini sanggup dijadikan dasar atau pertimbangan.
a. Bimbingan hendaknya didasarkan pada suatu konsep yang benar perihal individu dan didasarkan atas akreditasi akan kemuliaan (dignity), kehormatan, serta keindividualanya
b. Bimbingan haru memperhitungkan tujuan murid, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjag.
c. Bimbingan berorientasi pada kooperasi dan bukan pada paksaan. Oleh lantaran itu kesiapan psikologis dari murid-murid hendknya memilih cara dan banyaknya santunan yang diberikan kepada murid.
d. Bimbingan sangat menaruh perhatian pada perjuangan murid, sikap-sikapnya, da keinginannya untuk berhasil. Disamping itu data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian dan pengukuran sangat perlu untuk dperhatikan.
e. Bimbingan ialah suat proses yang berkesinambungan. Oleh lantaran itu bimbingan yang efektif dimulai semenjak murid memasuki sekolah hingga ia berhenti atau lulus dan mulai memasuki duania pekerjaan.
f. Bimbingan terdiri atas serangkaian pelayanan suplementer yag didasarkan atas saling mempercayai dan pengertian bersama biar sanggup memenuhi kebutuhan yang konkret dari murid. Bimbingan harus diorganisir sebagai usaha-usaha yang integrasi.
g. Suatu aktivitas bimbingan yang efektif membutuhkan personil yang mendapatkan latihan dan persiapan serta pendidikan secara khusus. Petugas bimbingan harus menyebarkan kewenangan-kewenangan tertentu apabila ia ingin melaksanakan bimbingan secara berhasil dan efektif.
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan seringkali diartikan secara salah dan adakala juga dirumuskan secara kurang tepat. Menurut Arthur Jones (dalam Kusmintardjo, 1992), salah satu sebabnya ialah bimbingan ini dimulai dengan pekerjaan Frank Parson, dimana ia hanya menekankan pada aspek vokasioanal saja. Oleh lantaran itu banyak beranggapan bahwa seperti pekerjaan bimbingan itu hanya bekerjasama dengan hal yang berkenaan dengan perjuangan mencari pekerjaan dan menempatkan orang -orang dalam pekerjaan yang cocok dengan talenta dan kemampuannya. Sebab lain dari kekeliruan itu ialah adanya sementara pihak yang mengidentifikasikan pengertian bimbingan dengan semua aspek pendidikan. Akibatnya bimbingan itu sendiri kehilangan maknanya yang khusus, sehingga mereka beropini bahwa istilah bimbingan sebaiknya dihapuskan.
Untuk memperoleh pengertian bimbingan secara lebih jelas, berikut dikutipkan beberapa pengertian bimbingan (guidance). Year Book of Education (1955) menyatakan bahwa: guidance is a process of helping individual through their own fort to discover d develop their potentialities both for personal happiness and social usefulness. Definisi yang diungkapkan oleh Miller (dalam Jones, 1987) nampaknya merupakan definisi yang lebih mengarah pada pelaksanaan bimbingan di sekolah. Definisi tersebut menjelaskan bahwa:
“Bimbingan ialah proses santunan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang diharapkan untuk melaksanakan pembiasaan diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat”.
Dari definisi-definisi di atas, dapatlah ditarik kesimpulan perihal apa sesungguhnya bimbingan itu, sebagai berikut.
a. Bimbingan berarti santunan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Perkataan “membantu' berarti dalam bimbingan tidak ada paksaan, tetapi lebih menekankan pada pemberian peranan individu kearah tujuan yang sesuai dengan potensinya. Makara dalam hal ini, pembimbing sama sekali tidak ikut memilih pilihan atau keputusan dari orang yang dibimbingnya. Yang memilih pilihan atau keputusan ialah individu itu sendiri.
b. Bantuan (bimbingan) tersebut diberikan kepada setiap orang, namun prioritas diberikan kepada individu-individu yang membutuhkan atau benar-benar harus dibantu. Pada hakekatnya santunan itu adakah untuk semua orang.
c. Bimbingan merupakan suatu proses kontinyu, artinya bimbingan itu tidak diberikan hanya sewaktu-waktu saja dan secara kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus menerus, sistematika, bersiklus dan terarah pada tujuan.
d. Bimbingan atau santunan diberikan biar individu sanggup menyebarkan dirinya semaksimal mungkin. Bimbingan diberikan biar individu sanggup lebih mengenal dirinya sendiri (kekuatan dan kelemahannya), mendapatkan keadaan dirinya dan sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuannya.
e. Bimbingan diberikan biar individu sanggup mengikuti keadaan secara serasi dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam penerapannya di sekolah, definisi-definisi tersebut di atas menuntut adanya hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya organisasi bimbingan di mana terdapat pembagian tugas, peranan dan tanggung jawab yang tegas di antara para petugasnya;
b. Adanya aktivitas yang terang dan sistematika untuk: (1) melaksanakan penelitian yang mendalam perihal diri murid-murid, (2) melaksanakan penelitian perihal kesempatan atau peluang yang ada, misalnya: kesempatan pendidikan, kesempatan pekerjaan, masalah-masalah yang bekerjasama dengan human relations, dan sebagainya, (3) kesempatan bagi murid untuk mendapatkan bimbingan dan konseling secara teratur.
c. Adanya personil yang terlatih untuk melaksanakan program-program tersebut di atas, dan dilibatkannya seluruh staf sekolah dalam pelaksanaan bimbingan;
d. Adanya kemudahan yang memadai, baik fisik maupun non fisik (suasana, sikap, dan sebagainya);
e. Adanya kerjasama yang sebaik-baiknya antara sekolah dan keluarga, lembaga-lembaga di masyarakat, baik pemerintah dan non pemerintah.
2. Hubungan Bimbingan dengan Konseling
Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) mempunyai hubungan yang sangat akrab dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling).
Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar bimbingan dengan konseling atau keduanya mempunyai makna yang identik. Namun sementara pihak ada yang beropini bahwa bimbingan dan konseling merupakan dua pengertian yang berbeda, baik dasar maupun cara kerjanya. Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychotherapy, yaitu perjuangan menolong orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap identik dengan pendidikan.
Sementara pihak ada lagi yang beropini bahwa konseling merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya kini banyak dianut.
Rogers (dalam Kusmintardjo, 1992) menawarkan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling ialah serangkaian kontak atau hubungan santunan pribadi dengan individu dengan tujuan menawarkan santunan kepadanya dalam merubah perilaku dan tingkah lakunya).
Selanjutnya Mortensen (dalam Jones, 1987) menawarkan pengertian konseling sebagai berikut: Counseling may, therefore, be defined as apeson to person process in which one person is helped by another to increase in understanding and ability to meet his problems”. Konseling sanggup didefinisikan sebagai suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seorang dibantu oleh yang lainya untuk menemukan masalahnya.
Dengan demikian jelaslah, bahwa konseling merupakan salah satu teknik pelayanan bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan cara menawarkan santunan secara individual (face to face relationship). Bimbingan tanpa konseling menyerupai pendidikan tanpa pengajaran atau perawatan tanpa pengobatan. Kalaupun ada perbedaan di antara keduanya hanyalah terletak pada tingkatannya.
3. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Agar pelaksanaan aktivitas bimbingan di sekolah sanggup efektif, maka prinsip-prinsip berikut ini sanggup dijadikan dasar atau pertimbangan.
a. Bimbingan hendaknya didasarkan pada suatu konsep yang benar perihal individu dan didasarkan atas akreditasi akan kemuliaan (dignity), kehormatan, serta keindividualanya
b. Bimbingan haru memperhitungkan tujuan murid, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjag.
c. Bimbingan berorientasi pada kooperasi dan bukan pada paksaan. Oleh lantaran itu kesiapan psikologis dari murid-murid hendknya memilih cara dan banyaknya santunan yang diberikan kepada murid.
d. Bimbingan sangat menaruh perhatian pada perjuangan murid, sikap-sikapnya, da keinginannya untuk berhasil. Disamping itu data yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian dan pengukuran sangat perlu untuk dperhatikan.
e. Bimbingan ialah suat proses yang berkesinambungan. Oleh lantaran itu bimbingan yang efektif dimulai semenjak murid memasuki sekolah hingga ia berhenti atau lulus dan mulai memasuki duania pekerjaan.
f. Bimbingan terdiri atas serangkaian pelayanan suplementer yag didasarkan atas saling mempercayai dan pengertian bersama biar sanggup memenuhi kebutuhan yang konkret dari murid. Bimbingan harus diorganisir sebagai usaha-usaha yang integrasi.
g. Suatu aktivitas bimbingan yang efektif membutuhkan personil yang mendapatkan latihan dan persiapan serta pendidikan secara khusus. Petugas bimbingan harus menyebarkan kewenangan-kewenangan tertentu apabila ia ingin melaksanakan bimbingan secara berhasil dan efektif.
Belum ada Komentar untuk "✔ Konsepsi Dasar Bimbingan Dan Peyuluhan Di Sekolah"
Posting Komentar