✔ Model Jigsaw, 8 Langkah Gampang Semoga Seisi Kelas Meraih Sukses Belajar

Model Jigsaw digunakan Elliot Aronson pertama kali untuk tujuan mengatasi konflik ras antar siswa di sekolahnya. Masalah rasis yang sangat parah dan mengancam itu diselesaikan dengan melebur seluruh siswa dari banyak sekali etnis ke dalam satu kelompok. Lalu diciptakanlah situasi kelas dimana siswa tergantung kepada anggota kelompoknya biar bisa lulus dalam ujian. Usaha keras itu berhasil dengan sukses.

Itulah kali pertama model Jigsaw digunakan.

Untuk ketika sekarang, bukan itu tujuan kita menerapkan model ini. Kita tidak sedang menghadapi situasi parah semacam itu.

Yang akan kita peroleh dari pembelajaran ini yaitu situasi kelas dimana semua siswanya saling membantu dan berbagi, alasannya yaitu satu dengan lainnya saling bergantung dan membutuhkan. Belajar bersama untuk meraih sukses bersama pula.

Jigsaw tidak hanya menciptakan siswa memikirkan peningkatan prestasi dirinya sendiri, namun juga peningkatan prestasi teman-temannya. Siswa tidak cukup hanya mempelajari materi, tetapi mereka harus rela memberi dan mengajarkan materi yang berhasil ia kuasai kepada temannya. Inilah esensi model pembelajaran Jigsaw.

Tapi, untuk apa menyebarkan ilmu pada sobat lain? Bukankah sudah cukup bagi siswa jikalau ia menguasai suatu materi itu sendiri?

Gambar inilah jawabannya. Piramida berguru hasil penelitian dari Edgar Bale.

Belajar dan mengajar itu kesatuan, tak boleh dipisahkan. Mengajari sobat bukanlah membuang ilmu, tapi bab dari proses peraihan ilmu yang matang.

Dalam proses belajar, sering kita lupakan salah satu watak anak: suka bercerita. Kita lebih suka situasi berguru satu arah. Guru menjelaskan, siswa menyimak. Siswa bertanya, guru menjawab. Begitu seterusnya.

Namun jikalau kita ingin melihat potensi anak jauh melebihi apa yang selama ini kita lihat, beri ia kesempatan memberikan “ilmu”nya pada teman-temannya. Apapun ilmunya. Bandingkan dengan ketika memberikan pertanyaan pada kita.

Dalam situasi normal, ia akan mengungkapkan kalimat berkali-kali lipat banyaknya dibanding ketika berbicara di hadapan kita.

Semangat inilah yang akan kita bawa dalam pembelajaran kali ini.

Namun sebelum menuju langkah pertama, perlu diketahui model ini tidak sanggup diterapkan pada semua siswa dan materi. Ada syarat yang harus dipenuhi.

1. Siswa sudah bisa berguru secara mandiri.

Kemampuan berguru secara berdikari identik dengan kematangan berpikir. Kematangan itu relatif, tapi bisa diukur. Bagaimana caranya mengukur kemampuan ini?

Gunakan cara sederhana. Berikan teks kisah yang masih gres dan belum pernah dibacanya. Berikan waktu yang cukup untuk ia baca. Ulangi lagi membacanya. Minta mereka bergantian memberikan apa isi bacaan. Nah, jikalau mereka bisa menjelaskan isi teks dengan baik, maka ia termasuk siswa yang sudah bisa berguru secara mandiri.

Dalam menerapkan model Jigsaw, tidak harus seisi kelas punya kemampuan berguru mandiri, cukup sebagian besarnya saja. Nanti akan kita maksimalkan lewat taktik pembagian kelompok.

Jika syarat ini sudah terpenuhi, masih ada syarat kedua.

2. Materi bisa dipecah menjadi bagian-bagian.
Bandingkan 3 pola materi berikut ini.

  • Matematika kelas 5 wacana Akar Pangkat Dua. Materi ini tidak bisa dipecah menjadi sub bagian. Materi ini akan sulit dipelajari menggunakan model Jigsaw.
  • Bahasa Indonesia kelas 4 wacana unsur instrinsik kisah rakyat. Materi ini bisa dipecah menjadi sub bab yaitu tema, judul, tokoh, watak tokoh, latar, dan amanat. Semua sub materi itu terpisah dan bukan merupakan urutan. Materi ibarat inilah yang sempurna dipelajari menggunakan model Jigsaw.
  • IPA kelas 5 wacana alat pencernaan manusia. Materi ini bisa dipecah menjadi sub topik yaitu mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, anus. Namun semua sub itu saling terkait dan membentuk urutan. Artinya, untuk memahami proses pencernaan insan yaitu dimulai dengan mempelajari verbal terlebih dulu, kemudian kerongkongan, kemudian lambung dan seterusnya. Materi ibarat ini sempurna dipelajari menggunakan model Jigsaw, asalkan ketika presentasi kelompok (#langkah 6) pembahasannya juga dilakukan secara berurutan.

#Langkah 1: Siapkan materi

Kalau ingin cepat, kita bisa menggunakan materi dari modul yang digunakan sehari-hari, LKS, atau dari buku-buku di perpustakaan. Namun akan lebih baik jikalau menciptakan handout sendiri yang menarik biar siswa menangkap kesan berbeda dari pembelajaran kali ini.

Beri background yang berwarna, yang templatenya sangat gampang kita cari internet.

Bagilah materi itu menjadi beberapa sub topik. Berapa banyaknya, silahkan disesuaikan. Yang penting, usahakan tiap sub materi mempunyai porsi yang sama.

Porsi yang dimaksud bukan banyak sedikitnya materi, tapi tingkat kesulitannya.

Satu sub topik bisa berisi satu lembar penuh alasannya yaitu kompleksitasnya rendah, sedang sub topik lain hanya setengahnya alasannya yaitu perlu daypikir lebih rumit.

#Langkah 2: Jelaskan Pokok Materi

Jelaskan materi dan kompetensi yang akan dicapai secara singkat, biar tidak menghabiskan banyak waktu. Beberapa metode yang bisa digunakan adalah:

  1. Tampilan slide (presentasi)
  2. Penugasan
  3. Cara eksklusif (ceramah, tanya jawab singkat)

Tahap ini sering diabaikan alasannya yaitu berpotensi menciptakan waktu molor. Sebenarnya tidak. Hanya perlu taktik khusus dan perencanaan yang baik biar klarifikasi kita singkat namun sukses memberi citra siswa wacana pengetahuan/kompetensi apa yang akan diperoleh.

#Langkah 3: Buat kelompok heterogen

Bagilah kelas menjadi beberapa kelompok, tiap kelompoknya 4 atau 5 siswa (sesuai banyaknya sub topik pada #langkah 1). Minta mereka berkumpul bersama kelompoknya. Beri waktu mereka menentukan siapa yang jadi pemimpinnya.

Dalam pembelajaran Jigsaw, kelompok yang dibuat pertama ini disebut dengan Kelompok Asal atau Kelompok Jigsaw.

Idealnya pembentukan kelompok itu harus heterogen. Keberagaman siswa dalam satu kelompok yaitu syarat berhasilnya semua model pembelajaran kooperatif, tidak hanya Jigsaw.

Untuk bisa mencapai kondisi “heterogen” itu, inilah yang harus diperhatikan:
1. Prestasi akademik (alat ukurnya bisa menggunakan nilai raport, dan dipadukan dengan hasil ulangan harian yang sudah dilakukan).
2. Kemampuan verbal.
3. Jenis kelamin.
4. Pergaulan sehari-hari.

Keempat itulah yang utama dijadikan pertimbangan. Adapun untuk kondisi khusus, ada tambahan:

5. Latar belakang keluarga (jika kelas diisi siswa yang berasal dari keluarga yang bermacam-macam status sosial, ekonomi, dan sopan santun istiadat/kebiasaan)
6. Suku dan agama (jika sebagian besar siswa berasal dari suku dan agama yang beragam)
7. Jabatan organisasi di kelas.

Butuh banyak waktu untuk memadukan semua faktor di atas. Sehingga pembentukan kelompok lebih baik dilakukan di awal tahun pelajaran, mencakup kelompok permanen dan semi permanen. Tekniknya menggunakan metode sosiometri, kesamaan nomor atau metode acak.

#Langkah 4: Membaca materi

Lalu, tiap anggota di dalam kelompok diminta membaca dan mendalami materi yang mereka terima. Membaca berulang, bukan menghafal.

Minimalkan interaksi antar teman. Tekankan suasana fokus membaca, bekerja sendiri di dalam kelompok.

Disinilah inti pembelajaran Jigsaw dimulai. Makara biar berhasil, perhatikan betul cakupan luas sempitnya materi dan tingkat kesulitannya. Jika siswa masih mengenal materi gres kali ini, seharusnya sudah ada penugasan sebelumnya untuk mempelajari di rumah.

Tapi jikalau materi itu hanya lanjutan, tidak perlu penugasan ibarat itu.

#Langkah 5: Diskusi Kelompok Ahli

Minta tiap siswa menyebar dan membentuk kelompok baru. Yaitu kelompok yang membaca sub topik sama. Kelompok ini yang kita namakan Kelompok Ahli (Expert Group).

Sebagai ahli, inilah yang mereka lakukan di kelompok baru.

  1. Mendiskusikan poin-poin utama dari topik yang dibahas.
  2. Mencatat hal-hal pokok.
  3. Berlatih presentasi.

Seperti tadi disebutkan bahwa pembelajaran Jigsaw bisa menciptakan siswa memperoleh hasil berguru optimal. Tidak hanya satu dua siswa, tapi seisi kelas. Pada tahap inilah kuncinya.

Meski sama-sama punya bekal materi, di kelompok ini akan ada siswa yang secara umum dikuasai dan ada yang lebih banyak mendengarkan. Ini wajar. Tapi sekali lagi, inilah kesempatan biar seisi kelas mencicipi pengalaman berguru sama dan memperoleh hasil memuaskan bersama-sama.

Bagaimana caranya?

Jangan memberi kebebasan siswa untuk mengatur sendiri jalannya diskusi. Gunakan waktu di awal untuk saling bergantian memaparkan apa yang tadi dibaca. Waktu penyampaian dibuat relatif sama. Misalkan 3 menit, tiap siswa harus bicara selama itu. Tak boleh lebih. Jika ada yang kesulitan, minta yang lain membantu.

Tanamkan bahwa untuk kali ini, kita sedang berguru bersama untuk berhasil bersama.

#Langkah 6: Presentasi di kelompok Jigsaw

Setelah waktunya selesai, segera minta mereka kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Secara bergantian siswa memberikan apa yang ia peroleh ketika berdiskusi di kelompok ahli.

Biasanya pada tahap ini waktu pelajarannya sudah mepet. Belum lagi nanti ada evaluasi. Sehingga perlu cara yang efektif untuk menyiasatinya.

  1. Tugaskan salah satu anggota sebagai notula hasil presentasi. Catatan ini nantinya akan dikumpulkan sebagai laporan kelompok.
  2. Saat bertindak sebagai penyimak, dihentikan ada yang fokus menyiapkan materinya sendiri, tapi fokus pada topik lain yang sedang dijelaskan presenter. Sambil mencatat pertanyaan yang akan diajukan.

Baiklah. Saat ini kita anggap satu kelompok Jigsaw telah menguasai satu materi secara penuh, dimana tiap sub topik diwakili satu siswa. Jika masih ada waktu sisa, persilahkan beberapa kelompok yang ingin mempresentasikan materi secara utuh di depan kelas.

#Langkah 7: Mengumpulkan Laporan

Hampir di semua panduan wacana cara mengajar model Jigsaw tidak ada yang menyertakan tahapan menciptakan laporan tertulis. Padahal laporan kelompok amatlah penting, dan menjadi satu-satunya produk yang bisa dihasilkan dari model pembelajaran ini.

#Langkah 8: Evaluasi

Karena pembelajarannya pure berbasis kelompok, maka evaluasinya juga ditujukan kepada kelompok. Dibandingkan secara tertulis, untuk kali ini teknik penilaian lisan lebih sempurna digunakan. Guru bisa melempar pertanyaan yang dijawab oleh kelompok secara bergantian, atau bisa juga dengan pertanyaan rebutan.

Terakhir, jangan lupa beri reward untuk kelompok paling aktif ketika jalannya diskusi dan evaluasi.

Demikian langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw yang bisa membantu seisi kelas untuk aktif semua, saling membantu biar sukses memperoleh hasil berguru yang maksimal bersama-sama.

Jika anda merasa konten ini bermanfaat, luangkan waktu sejenak untuk membagikannya pada teman-teman anda.

Belum ada Komentar untuk "✔ Model Jigsaw, 8 Langkah Gampang Semoga Seisi Kelas Meraih Sukses Belajar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel