✔ Guru Cerdas, Mendeteksi Kabar Hoax Di Dunia Maya

Apakah anda guru pengguna media sosial? Dan rela meluangkan waktu membukanya tiap hari?

Kalau iya berarti kita sama. Kita sama-sama guru yang memanfaatkan media sosial, salah satunya semoga menerima informasi terbaru seputar profesi kita. Agar kita tetap up to date waktu ngobrol sama sobat di kantor, sanggup menyebarkan info berharga kepada teman-teman, dan tidak ketinggalan informasi menyangkut karir dan kesejahteraan kita.

Tapi sayangnya, banyak informasi kini itu yang hoax.

Tak terbayang berapa orang yang sudah membaca info-info tak terang yang kini beredar. Terakhir, saya melihat ada postingan yang menerima share sebanyak 20.000 lebih, tapi begitu melihat komentar (sebanyak 7 ribuan) banyak yang menilai itu hoak.

Dan dari ribuan komentar itu, TS (akun pembuat posting) sama sekali tak muncul. Cukup gila bukan? Apa sulitnya mengklarifikasi komentar itu? Wong itu juga bukan media besar kayak JPNN.com, Kompas.com, Merdeka.com. Minimal ya balas, “saya hanya mengutip dari sumber ini”. Sehingga pembaca sanggup membandingkan.

Dan begitu saya cek memang informasi itu masih berupa draf yang diajukan, disetujui dewan perwakilan rakyat tapi belum rampung apalagi disahkan ibarat yang diberitakan.

Sulit dipercaya kalau nrimo ingin menyebarkan kebenaran, kemudian ada yang menilai itu bohong, tak ada penjelasan satupun.
Lebih sulit dipercaya kalau klaim hoax itu tak kunjung diklarifikasi, kemudian di bawahnya terus muncul komentar hingga ribuan.

Nah, kalau tidak ingin tergoda info hoax, disini bahwasanya kita sudah menemukan salah satu cara mendeteksinya. Yakni melihat pihak yang memposting informasi itu.

Tips 1
Teliti orang yang menyebarkan

Nanti akan kita buka beberapa tips sehingga anda sanggup menyimpulkan apakah informasi itu benar, bohong, atau hanya dilebih-lebihkan.

Mengapa virus hoak juga menyasar pendidikan?

Banyak yang kaget sebenarnya. Kenapa gak cuma di politik saja, yang jelas-jelas ada maksudnya. Kenapa pendidikan juga kena?

Ada banyak faktornya. Tapi yang utama yakni adanya topik-topik tertentu yang memang sensitif di kalangan guru. Harus diakui hingga dikala ini masih ada HARAPAN/IMPIAN para guru yang belum terselesaikan:

  1. Kenaikan gaji/tunjangan
  2. Pengangkatan CPNS
  3. Nasib guru honorer

Itulah tema-tema yang sangat menarik perhatian guru.

Dan tema itulah yang banyak dibidik hoakers.

Masalah-masalah sensitif ini dihadirkan kepada kita dengan membubuhkan judul-judul yang spektakuler, sehingga merangsang tidak hanya sekedar membaca, tapi juga membagikan (share). Bandingkan judul artikel ini:

"Draf Diajukan, Tahun Depan Tunjangan Guru Bisa Naik"
dengan ini:
"SELAMAT!!! Tunjangan Guru Tahun Depan Akan Naik Berkali-kali Lipat"

Lebih tertarik yang mana kira-kira?

Kalau saya sih judul kedua, alasannya yakni lebih komunikatif dan menjanjikan.

Sayangnya, judul pertama meskipun datar tapi itu yakni fakta. Sedangkan judul kedua tampak menjanjikan tapi itu hoax.

Tips 2
Perhatikan judul

Tapi kita juga tidak sanggup menyimpulkan semua judul yang bersemangat ibarat di atas bodong. Pemilihan teks judul yang menarik itu salah satu prinsip jurnalistik. Tidak salah. Semua penulis niscaya mempelajarinya. Namun penulis yang baik akan tetap memperhatikan kaidah tata bahasa dan ejaan yang benar, serta yang terpenting benar-benar mewakili isi berita.

Nah kalau sudah mencermati judulnya, lanjutkan dengan mencermati nama situs (domain). Umumnya situs berekstensi .com, .net (berbayar) lebih kredibel dibanding situs gratisan. Tapi bukan jaminan. Sekarang banyak muncul situs-situs berbayar yang berisi konten bodong juga.

Bahkan situs berekstensi .id yang pendaftarannya harus memakai KTP juga bukan jaminan.

Bagaimana mengeceknya? Silahkan masukkan nama situs itu di WHOIS.

Who Is yakni tools yang akan menampilkan identitas/deskripsi apa pun mengenai situs. Jika tidak muncul deskripsi apa-apa waktu dimasukkan, maka situs itu layak dicurigai.

Tips 3
Cek alamat situs di WHOIS

“Sekarang kita sudah menemukan ada tiga elemen yang perlu diperhatikan sebelum masuk ke konten berita: Akun pemosting, judul, dan nama situs.”

Di awal, mungkin tips-tips tersebut terkesan ribet. Ngapain sih mau baca aja repot ini itu?

Itu alasannya yakni kita sudah terbiasa dengan alur ibarat ini: Melihat ada info yang dibagikan > membacanya > kalau benar kita ikuti, kalau palsu ya kita abaikan.

. . .itulah teladan yang disukai para penyebar hoax.

Jika hanya teladan itu yang kita pakai, maka info-info hoax akan terus berkembang. Untuk itu waktu membaca, periksa betul konten beritanya, eksplore semuanya. Jika ada link sumber yang dicantumkan, bukalah link itu untuk melihat sama atau tidaknya.

Apakah sesuai dengan ekspektasi anda waktu membaca judul tadi? Atau anda hanya menemukan goresan pena copy paste yang hanya 2-3 paragraf?

Sampai disini, hanya anda yang sanggup menyimpulkan. Jika informasi itu fakta, silahkan terus mengikuti informasi pada situs kredibel tersebut. Namun kalau palsu, mari tolong-menolong memberi punishment (tips 6).

Satu yang penting, sesudah selesai membaca jangan terburu-buru meninggalkan situs itu. Periksa sajian KONTAK yang sanggup dihubungi. Ada atau tidaknya sajian kontak menjadi ukuran apakah pemilik situs itu mau bertanggungjawab atau tidak terhadap isi konten.

Logikanya begini, kalau orang berniat baik ingin berbagi, kenapa tidak memberi kesempatan pembaca untuk memberikan pertanyaan, kritikan atau sekedar berterima kasih.

(Seperti blog sederhana saya ini. Jelek-jelek begini saya bertanggungjawab terhadap seluruh konten, dan menampilkan kontak saya, buat jaga-jaga aja kalau ada pertanyaan, masukan, atau keberatan dari pembaca).

Tips 4
Cek kontak yang sanggup dihubungi

Nah bahwasanya perlu juga kita menguasai analisis konten (analisis wacana) untuk mengetahui benar atau tidaknya informasi hanya menurut teks. Tapi saya tidak akan membahasnya disini. Empat langkah di atas sudah cukup untuk menilai suatu informasi yang dimuat situs/website itu fakta atau hoax.

Nah sesudah kita menemukan situs yang terbukti menyebarkan info palsu, provokatif, atau melebih-lebihkan, kita harus bertindak. Sekali anda sanggup pertanda suatu situs menyebarkan info palsu, sangat naïf kalau masih mau mengunjungi situs itu selanjutnya.

  1. Jika info itu dishare di Group Facebook, laporkan ke pengurus/admin.
  2. Jika itu diposting pribadi oleh akun atau fanspage, segera sampaikan pertanyaan via pesan. Tunggu jawabannya. Jika memuaskan, kita sanggup sampaikan terima kasih atas kesediannya menanggapi. Namun kalau tak kunjung menjawab, segera banned akun itu, unlike, unfollow dan sejenisnya.
  3. Bergabung dengan Group Facebook terpercaya yang khusus menangani problem hoax. Salah satunya yakni Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax. Saya juga belum usang bergabung, tapi saya melihat ada keseriusan para anggotanya untuk saling membantu mendeteksi suatu info yang dikategorikan hoax.
Tips 5
Bergabung dengan Grup Facebook Anti Hoax yang kredibel

Namun untuk melaksanakan tindakan di atas masih ada beberapa kendala. Kendala itu tiba dari naluri para guru sendiri.

Coba simak komentar-komentar ini.
Meski sudah mencium indikasi hoax, kita akan tetap berkomentar ibarat ini.

Selain guru, siapa lagi coba yang masih memberi komentar nyata pada kejanggalan-kejanggalan. Ini yakni bentuk kedewasaan kita. Tapi seyogyanya hal itu tetap dibarengi aksi/tindakan memberi punishment ibarat di atas.

Kendala lainnya juga tiba dari Admin/pengurus Group yang kurang peduli, padahal membernya mencapai puluhan bahkan ratusan ribu.

Saya pernah mengirim pesan kepada admin/pengurus salah satu grup guru terbesar (membernya 200.000 lebih). Sekedar menanyakan tanggapannya terkait banyaknya info hoax yang muncul di grup yang ia kelola.. Alhamdulilah hingga saya menulis ini belum ada tanggapan sama sekali.

Tips 6
Beri Punishment

Terakhir, ini hanya kita perlukan kalau masih ragu apakah info yang kita terima itu benar atau hoax. Ini cara usang : GOOGLING. Silahkan mencari info serupa di google. Harusnya kalau itu informasi besar dan fakta, maka ada banyak media besar lain juga yang memberitakannya. Namun kalau tidak ada info sama sekali, atau hanya dipelintir kata-katanya, maka sanggup dipastikan kalau itu info abal-abal.

Tips 7
Googling

Nah itulah beberapa hal yang sanggup dilakukan untuk mendeteksi informasi yang kita terima itu fakta atau hoax. Kita tentu berharap kebijakan selalu memihak guru, tapi jangan hingga info palsu atau prematur yang tiba pada kita.

Memang kalau boleh jujur, guru sendirilah yang sanggup menangkal beredarnya info ibarat itu.

Caranya yakni dengan menulis sendiri..

Kita sanggup menciptakan blog pribadi atau blog sekolah dan mengisinya dengan tulisan-tulisan positif. Tak perlu berat, hanya keseharian saja. Siapa tahu sanggup menginspirasi yang lain.

Sederhana tapi menginspirasi itu kan jauh lebih baik, dibanding besar tapi hoax!

Belum ada Komentar untuk "✔ Guru Cerdas, Mendeteksi Kabar Hoax Di Dunia Maya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel