✔ 5 Permainan Tradisional Ini Dapat Anda Terapkan Dalam Pembelajaran
Ingatkah Ibu Bapak guru dengan permainan semacam congklak atau gobak sodor yang dulu sering kita mainkan? Pasti masih ingat. Dan masa-masa itu memang sulit dilupakan. Kita berlarian, berkotor-kotor ria, itu sudah biasa. Tak peduli seragam merah putih kita berbalut lumpur, meski kemudian guru memarahi. Yang cewek pun sama. Kadang ikut berlarian, berbalut keringat bersama teman-teman cowok.
Intinya dikala itu kita sangat senang. Waktu berjalan begitu cepat. Dunia menyerupai tak ada beban. Beda ya dengan sekarang?
Lalu apa bahwasanya faktor pemicu kebahagiaan masa kecil kita? Jawabannya ialah permainan-permainan tradisional!
Kenapa?
Karena hampir tak ada satupun permainan itu yang sanggup dimainkan sendiri. Semuanya bersama-sama. Kita hanya refleks saja memainkannya, naluriah anak-anak! Kita sanggup tertawa alasannya ialah teman, kita pun sering menangis alasannya ialah ulah teman. Teman, teman, teman. Dan begitu menginjak dewasa, barulah kita sadar permainan itu memberi makna bagi hidup kita. Mengajarkan kita, mendidik kita banyak hal. Cooperative activity!
Sayangnya Ibu Bapak guru, permainan itu kini berangsur-angsur hilang.
Setiap zaman niscaya punya aksara yang khas. Setiap aksara niscaya dibatasi zaman. Tidak ada yang salah dari metamorfosa permainan anak-anak. Waktu dulu kita bermain gobak sodor pun, guru kita mungkin juga melihat sambil berpikir ada perkembangan permainan dibanding dikala dia masih kecil. Sama menyerupai kita melihat siswa-siswi kita mengisi jam luar sekolah dengan game online.
Jadi, yang salah di dikala kini bukan bentuk permainannya, tapi orientasi pengambilan nilai dari permainannya. Salah siapa jikalau anak menentukan game online, playstation, atau gadget yang hanya punya unsur hiburan saja. Ada banyak game edukasi yang tak kalah mengasyikkan, menggiurkan. Sama-sama game, tapi yang ini ada nilai positif yang sanggup dicerna anak.
Dr. Akio Mori, Profesor Bedah Saraf di Universitas Nihon Tokyo College of Humaniora, dalam buku "Game-nou-no-kyofu" (Teror Game Brain), menulis hasil penelitiannya wacana imbas game bagi anak. Kesimpulannya, kecanduan game sanggup menurunkan kegiatan gelombang otak depan (pengendali emosi dan agresivitas). Sehingga anak menjadi gampang marah, mood cepat berubah, dan sulit konsentrasi. Bukankah ini yang dialami belum dewasa kita? Dr. Mori juga menambahkan, game tiga dimensi yang menampilkan animasi berputar dan gerakan cepat, memengaruhi fokus pergerakan mata dan saraf otak. Bermain game terlalu usang sanggup menjadikan pusing dan bahkan pingsan.
Satu lagi, kekurangan game online itu sanggup dimainkan sendiri, tanpa membutuhkan teman. Bertolak belakang dengan permainan tradisonal. Individual activity!
Kembali lagi, bahwa poinnya bukan pada apa bentuk permainannya, tapi nilai apa yang didapat dikala memainkannya. Dan tidakkah disayangkan jikalau permainan tradisonal yang sarat nilai itu nantinya benar-benar hilang? Pernahkah terpikir bahwa kitalah generasi yang harus bertanggungjawab (baca: disalahkan) jikalau warisan nenek moyang ini hanya tinggal cerita?
Kita tidak sanggup memaksa belum dewasa menyukai permainan-permainan “kuno” itu. Kita tidak perlu berpikir keras mencari cara biar mereka menentukan permainan itu dibanding game yang kini ada.
Namun kelestarian permainan tradisional akan terjaga jikalau kita sebagai guru mau memanfaatkannya dalam konteks pembelajaran. Ya, sebagai metode pembelajaran! Selain bahan lebih gampang terserap, mereka juga akan mengetahui inilah “game” orisinil bangsa kita. Game yang dimainkan dengan rasa senang oleh orang-orang dulu, yang kini menjadi orang-orang sukses. Inspirasi ini yang akan kita tanamkan.
Jadi, mari kini kita flashback, kita buka satu per satu, kita temukan bahan apa yang paling cocok dengan masing-masing permainan.
#1 CONGKLAK
Ini jenis permainan tradisonal yang masih banyak dimainkan. Alat yang dikenal juga dengan sebutan “dakon” ini masih banyak dijual di pasaran. Konon Ibu Bapak guru, ini ialah salah satu permainan tertua di dunia. Permainannya, bukan alatnya. Jika benar kita perlu berbangga telah mewarisi salah satu permainan yang legendaris.
Cara bermainnya ialah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang bab sisi milik kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu-persatu ke lubang yang dilalui termasuk lubang induk milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali lubang induk milik lawan. Jika biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian lain maka biji-bijian tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya hingga biji terakhir jatuh kelubang yang kosong. Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan yang melaksanakan permainan. Permainan ini berakhir jikalau biji-bijian yang terdapat pada lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya ialah yang paling banyak mengumpulkan biji-bijian kelubang induk miliknya.
Permainan ini melatih strategi, ketelitian, dan kesabaran. Motoric Intelligence!
Lalu, bahan apa yang cocok diajarkan menggunakan media congklak? Ada banyak sebenarnya. Terutama pada bidang studi matematika. Semua bahan pada ranah “bilangan” sanggup diajarkan menggunakan media ini. Salah satunya kita sanggup menggunakannya untuk mengenalkan konsep dasar KPK dan FPB.
Satu hal yang penting diperhatikan, permainan yang didesain untuk kepentingan pembelajaran tidak harus sama persis dengan cara memainkan aslinya. Bila perlu inovasi, itu lebih baik. Termasuk untuk bahan KPK dan FPB ini. Langkahnya sebagai berikut:
1. Kita siapkan congklak, beri nomor 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya pada setiap lubang secara berurutan.
2. Siapkan biji-bijian yang terdiri dari dua warna, misal hijau dan biru.
3. Berikan permasalahan gampang terlebih dulu, misal mencari KPK 2 dan 3.
4. Masukkan biji hijau untuk kelipatan dari 2 yakni letakkan pada lubang nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan seterusnya.
5. Lalu masukkan biji biru untuk kelipatan dari 3 yakni letakkan pada lubang nomor 3, 6, 9, 12, 15, dan seterusnya.
6. Maka akan kita temukan 2 biji pada lubang yang sama, yakni nomor 6, 12 dan kelipatannya. Disini kita sanggup menjelaskan bahwa 6, 12, … ialah kelipatan komplotan dari 2 dan 3. Dan dari kelipatan komplotan tersebut, bilangan yang terkecil ialah 6.
Kaprikornus KPK dari 2 dan 3 ialah 6.
7. Kita lanjutkan dengan konsep mencari FPB. Kita berikan soal yang mudah, yakni mencari FPB dari 6 dan 8.
8. Masukkan biji warna hijau untuk faktor dari 6 ke dalam lubang berlabel nomor 1, 2, 3, 6. Kemudian masukkan biji warna biru untuk faktor dari 8 (1, 2, 4, 8).
9. Maka lubang yang berisi 2 biji ialah pada nomor 1 dan 2. Disini kita sanggup menjelaskan bahwa 1 dan 2 merupakan faktor komplotan dari 6 dan 8. Dan dari faktor komplotan tersebut, bilangan yang terbesar ialah 2.
Kaprikornus FPB dari 6 dan 8 ialah 2.
#2 ENGKLEK
Masih ingatkan kan ya Ibu Bapak Guru? Mungkin penyebutannya di kawasan tidak sama. Di wilayah Banyuwangi menyebutnya “gedrik”. Di Jawa Barat dikenal dengan “tepok gunung”. Di kawasan lain: Ingkling (Lampung), Gala Asin (Kalimantan), Intingan (Sampit), Tengge-tengge (Gorontalo), Cak Lingking (Bangka), Teprok (Bali), Gili-gili (Merauke), Deprok (Betawi), Engkle (Lamongan), Bendang (Lumajang), Engkleng (Pacitan), Sonda (Mojokerto) dan lainnya.
Ternyata ini permainan seantero nuswantara..
Meski namanya berbeda-berbeda, cara memainkannya sama, yakni pemain meloncati bidang-bidang datar yang digambar di atas tanah, dengan menggunakan satu kaki. Pada ujung petak dibentuk gundukan menyerupai gunung. Pemain harus meloncat dengan menggunakan satu kaki dari petak satu ke petak berikutnya. Sambil meloncat, ia memegang gaco untuk dilemparkan ke masing-masing petak dan kemudian pemain melaksanakan lompatan ke dalam petak-petak tersebut.
Setelah melompat ke satu petak pemain mengambil gaco tersebut kemudian dilemparkan lagi ke petak selanjutnya. Gaco yang dilempar dilarang melebihi batas petak, jikalau melewati maka pemain dinyatakan gugur dan diganti oleh pemain lainnya. Pemain yang berhasil menuntaskan keseluruhan engklek terlebih dulu dinyatakan sebagai pemenang.
Materi apa?
Permainan ini sanggup dipakai dalam semua bahan ajar! Kenapa? Karena kita akan menggunakannya sebagai alat bantu mengingat dan menghafal konsep. Caranya, kita sanggup meletakkan kartu soal pada masing-masing petak, kemudian setiap siswa yang masuk ke petak harus menjawab soal yang ada pada petak itu. Jadi, jikalau dalam permainan engklek aslinya pemain yang melempar gaco keluar batas petak dinyatakan gugur, dalam pembelajaran ini pemain yang salah menjawab pertanyaanlah yang gugur.
Unsur tantangan berupa harapan melompati petak demi petak biar sanggup hingga di gunungan (petak paling ujung), sanggup memicu daya pikir siswa untuk menjawab pertanyaan dengan benar.
#3 PETAK UMPET
Rasanya sudah tidak perlu dituliskan hukum dan tata cara permainan yang satu ini. Sudah sangat familiar. Permainan murah meriah yang sanggup menumbuhkan rasa kesetiakawanan. Modalnya hanya satu: punya teman.
Namun kalau kita bawa permainan ini ke dalam pembelajaran, agak sulit memang meraba bahan apa yang sekiranya pas. Artinya diperlukan kejelian mencari poin-poin penting dari permainan ini.
Diantara beberapa poin itu adalah:
1. Di dalam permainan ini ada hitungannya, yakni dilakukan oleh anak yang bertindak sebagai “Kucing”. Nah disini guru sanggup meminta siswa menghitung menggunakan bahasa abnormal yang dipelajari di kelasnya (untuk kelas bawah). Atau sanggup juga menghitung menggunakan beberapa kosakata bahasa asing. Berapa jumlahnya, sanggup disepakati terlebih dulu oleh siswa.
2. Si “Kucing” harus menyebutkan nama dikala menemukan sahabat yang bersembunyi. Satu demi satu hingga semuanya ketemu. Tentu ini gampang alasannya ialah ia sudah hafal dengan nama teman-temannya. Untuk itu, guru sanggup mengganti nama siswa-siswa yang bersembunyi dengan istilah-istilah dalam materi. Jika sedang mempelajari organ pernafasan, guru sanggup mengganti nama siswa dengan trakhea, bronkus, alveolus, dan sebagainya. Atau jikalau mempelajari bahan zaman pergerakan nasional, guru sanggup menggantinya dengan nama tokoh-tokoh pergerakan nasional.
#4 GOBAK SODOR
Menurut saya inilah permainan paling seru di antara yang lain. Permainan yang melatih kekompakan, kerjasama, dan yang utama: keberanian!
Untuk sanggup memainkannya harus ada dua kelompok, satu kelompok sebagai tim laris dan satu kelompok sebagai tim jaga. Inti permainannya ialah tim jaga yang bangun sempurna di garis depan petak harus menghadang lawan biar tidak sanggup lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melaksanakan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Pembelajaran PKn bahan kerjasama sangat sempurna jikalau dilakukan dengan permainan ini. Siswa akan mengalami eksklusif bagaimana rujukan berafiliasi yang benar. Beri kesempatan siswa berdiskusi menentukan deretan timnya, menunjuk ketua kelompok, dan mengatur strateginya. Biasanya ketua kelompok akan bertindak sebagai selodor. Dengan begini, siswa terlatih bekerja sama dalam memecahkan duduk kasus dan bertanggungjawab terhadap kiprah yang diembannya.
#5 GASING
Gasing merupakan permainan yang sederhana. Saat dimainkan secara berkelompok, maka gasing harus diputar dalam waktu bersamaan. Siapa yang gasingnya berhenti paling akhir, dialah pemenangnya. Sangat sederhana!
Sekilas menyerupai tak mungkin kita menemukan celah untuk membawa permainan ini dalam pembelajaran. Tapi tunggu dulu. Jika kita kreatif, maka akan kita temukan aneka macam bahan didik yang sanggup dipahami dengan alat yang satu ini.
Salah satunya ialah pengenalan konsep pengukuran waktu.
Kok bisa? Untuk konsep pengukuran waktu siswa kelas bawah, kita sanggup menggunakan media ini. Caranya sederhana. Siswa diminta memutar beberapa gasing secara bergantian. Untuk setiap putara, kita mengajak mereka mencatat usang berputarnya gasing. Dari sini mereka waktu putar yang terlihat sama pada kenyataannya berbeda.
Lalu guru sanggup melanjutkan dengan memutar dua gasing bersamaan. Siswa diminta membandingkan waktu putaran masing-masing gasing. Dari perbedaan waktu putaran, guru mulai mengasah daya pikir siswa untuk menyebutkan faktor apa yang menentukan lamanya putaran. Mungkin siswa menyebutkan berpengaruh lemahnya tenaga waktu memutar, adanya angin, atau halus kasarnya lantai.
Inilah keberhasilan pembelajaran ini.
Belajar pengukuran waktu sangat penting bagi siswa kelas rendah, sehingga kedepannya mereka tidak melaksanakan kesalahan dalam melaksanakan perhitungan hasil pengukuran waktu.
Demikianlah permainan tradisional yang sanggup kita desain sebagai metode dan media pembelajaran. Tentu saja lima nama di atas hanya segelintir dari banyaknya permainan yang kita mainkan waktu kecil. Masih ada gundu, bola bekel, lompat tali, egrang, bentik. Belum lagi yang hanya dimainkan di kawasan tertentu. Sangat banyak.
Ingat! Seperti yang kita bahas di awal, misi kita bukan hanya memudahkan siswa memahami materi. Jauh dari itu, kita menggunakan permainan tradisional alasannya ialah kita mengemban tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya, biar tidak dicap sebagai generasi bersalah, yang mencoba memutus kelestarian permainan warisan nenek moyang kita.
Belum ada Komentar untuk "✔ 5 Permainan Tradisional Ini Dapat Anda Terapkan Dalam Pembelajaran"
Posting Komentar