✔ Perbedaan Teori Berguru Behavioristik, Kognitif, Konstruktivistik Dan Humanistik
Belajar merupakan kegiatan yang sangat penting bagi semua orang. Di sekolah, kegiatan mencar ilmu dan mengajar terwujud pada proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dikala melaksanakan kegiatan mencar ilmu kelompok, dan bentuk-bentuk lain. Dalam interaksi tersebut akan terjadi sebuah proses pembelajaran.
Ada beberapa teori mencar ilmu yang dikemukakan oleh para ahli. Masing-masing teori mempunyai fokus aspek yang berbeda-beda. Perbedaan ini juga berdampak pada proses mencar ilmu mengajar antara guru dan siswa serta tujuan pembelajaran itu sendiri. Berikut ini perbedaan antara teori mencar ilmu behavioristik, kognitif, konstruktivistik, dan humanistik.
1. Teori Behavioristik
Teori behavioristik berpandangan bahwa mencar ilmu ialah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah mencar ilmu sesuatu kalau ia telah bisa memperlihatkan perubahan tingkah laku.
Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan alasannya tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan mencar ilmu ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan.
Pembelajaran dan penilaian lebih mengutamakan hasil, dan penilaian menuntut hanya satu balasan benar. Jawaban yang benar berarti siswa telah menuntaskan kiprah belajarnya.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya ialah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
2. Teori Belajar Kognitif
Menurut teori mencar ilmu kognitif, keterlibatan siswa secara aktif sangat penting. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi mencar ilmu perlu mengkaitkan pengetahuan gres dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
Tokoh-tokoh teori kognitif ialah Jean Piaget, Ausubel, dan Bruner.
Menurut Piaget, kegiatan mencar ilmu terjadi sesuai dengan contoh tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, kemudahan dan equilibrasi.
Sedangkan Bruner menyampaikan bahwa mencar ilmu terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh usia. Suatu proses mencar ilmu akan terjadi lewat tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Di sisi lain, Ausubel menyatakan bahwa proses mencar ilmu terjadi apabila seseorang telah bisa mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses mencar ilmu akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan memakai isu yang sudah dipahami.
3. Teori Belajar Konstruktivistik
Teori mencar ilmu konstruktivistik menekankan pada perjuangan membuatkan insan dan masyarakat yang mempunyai kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, sanggup mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta bisa berkolaborasi dalam memecahkan masalah.
Untuk itu, dibutuhkan layanan pendidikan yang bisa melihat kaitan antara ciri-ciri insan tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pandangan kognitif-konstruktivistik mengemukakan bahwa mencar ilmu merupakan perjuangan dukungan makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan kemudahan yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut.
Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:
- Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk membuatkan ide-idenya secara lebih luas.
- Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk menciptakan relasi di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta menciptakan kesimpulan-kesimpulan.
- Guru tolong-menolong siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia ialah kompleks, di mana terdapat majemuk pandangan perihal kebenaran yang datangnya dari banyak sekali interpretasi.
- Guru mengakui bahwa proses mencar ilmu serta penilaiannya merupakan suatu perjuangan yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak gampang dikelola.
Tokoh teori mencar ilmu konstruktivistik diantaranya ialah Lev Vygotsky.
4. Teori Humanistik
Teori humanistik menitikberatkan tujuan mencar ilmu ialah untuk memanusiakan manusia. Proses mencar ilmu dianggap berhasil kalau siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Atau dalam kalimat lain, siswa sudah bisa mencapai aktualisasi diri secara optimal.
Aplikasi teori ini dalam kegiatan pembelajaran cenderung mengajak siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah;
- Kolb, dengan konsepnya perihal 4 tahap dalam belajar, yakni pengalaman konkrit, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
- Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu aktifis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
- Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe mencar ilmu yaitu belajar teknis, mencar ilmu praktis, dan mencar ilmu emansipatoris.
- Bloom dan Krathwohl, dengan 3 daerah tujuan mencar ilmu yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
- Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitif, ia populer dengan konsepnya mencar ilmu bermakna (meaningful learning).
Itulah paparan perihal perbedaan antara teori mencar ilmu behavioristik, kognitif, konstruktivistik dan humanisme. Mudah-mudahan menambah wawasan bagi kita terutama rekan guru untuk memilih mana yang terbaik untuk diterapkan bagi anak didik di kelas.
Belum ada Komentar untuk "✔ Perbedaan Teori Berguru Behavioristik, Kognitif, Konstruktivistik Dan Humanistik"
Posting Komentar