✔ Tujuan Supervisi Pengajaran
Tujuan supervisi pengajaran secara umum ialah “untuk memantau dan mengawasi kinerja staf sekolah dalam melaksanakan kiprah dan tanggung jawabnya masing-masing biar para staf tersebut sanggup bekerja secara profesional dan mutu kinerjanya meningkat” (Goldhammer, et al 1993; Waite, 1995). Tujuan supervisi secara khusus kepada staf guru di sekolah ialah “untuk meningkatkan mutu profesionalisme dan kinerja guru dalam melaksanakan empat kompetensi utama guru secara profesional, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian” (Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005). Empat kompetensi utama ini yaitu intisari dari sepuluh kompetensi yang dituntut pada diri guru sebelumnya.
Kesepuluh kompetensi yang harus dikuasai dan ditetapkan oleh guru profesional dalam membelajarkan siswa di kelas berdasarkan Sudjana (1989) ialah sebagai berikut:
(1) Menguasasi materi atau materi pelajaran, (2) mengelola jadwal berguru mengajar, (3) mengelola kelas, (4) memakai media atau sumber belajar, (5) menguasasi landasan pendidikan, (6) mengelola interaksi berguru mengajar, (7) menilai prestasi berguru siswa, (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan konseling, (9) mengenal dan menyelenggarakan manajemen sekolah, dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Guru yang menguasai materi pelajaran, bisa mengelola PBM, mengelola kelas, memakai banyak sekali media/sumber belajar, dan mengelola IBM akan mempunyai doktrin diri yang tinggi dalam mengajar di kelas. Guru yang bisa menguasasi landasan pendidikan akan bisa mengajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik akseptor didik. Guru yang bisa melaksanakan evaluasi prestasi berguru akseptor didik secara benar dan objektif, akan direspon dan dihargai oleh akseptor didik.
Guru yang bisa menerapkan fungsi dan layanan bimbingan dan konseling dan bisa menyelenggarakan aktivitas manajemen sekolah akan sanggup berafiliasi dengan petugas bimbingan dan konseling sekolah dan petugas manajemen di sekolah dalam melaksanakan aktivitas bimbingan dan konseling untuk membantu akseptor didik dalam memecahkan masalahnya, dan dalam melaksanakan aktivitas manajemen di sekolah. Guru yang memahami dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran sanggup memutuskan hasil-hasil penelitian dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
Namun, perlu disadari bahwa guru di sekolah tidak sanggup mengaktualisasikan diri secara maksimal dan optimal, kalau guru tidak menikmati kesejahteraan hidup dalam melaksanakan tugas-tugas pengajaran di sekolah. Hal ini diakibatkan oleh honor yang diterima oleh mereka jauh dari memuaskan. Berbagai pihak berwenang di bidang pendidikan dan para pengurus organisasi profesi pendidikan telah “merekomendasikan perlunya pemberdayaan guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui peningkatan kesejahteraan guru, peningkatan mutu guru, dan pengembangan karier guru” (Jalal dan Supriadi, 2001).
Deskripsi ihwal sepuluh kompetensi guru tersebut di atas, telah mengalami penyederhanaan dan penyempurnaan, yaitu menjadi empat kompetensi utama yang harus dikuasai oleh para guru meliputi: “kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional” (UURI. Guru & Dosen No. 14 2005). Keempat kompetensi tersebut diuraikan secara detail berikut ini.
Kompetensi guru sebagai biro pembelajaran mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kesepuluh kompetensi yang harus dikuasai dan ditetapkan oleh guru profesional dalam membelajarkan siswa di kelas berdasarkan Sudjana (1989) ialah sebagai berikut:
(1) Menguasasi materi atau materi pelajaran, (2) mengelola jadwal berguru mengajar, (3) mengelola kelas, (4) memakai media atau sumber belajar, (5) menguasasi landasan pendidikan, (6) mengelola interaksi berguru mengajar, (7) menilai prestasi berguru siswa, (8) mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan konseling, (9) mengenal dan menyelenggarakan manajemen sekolah, dan (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Guru yang menguasai materi pelajaran, bisa mengelola PBM, mengelola kelas, memakai banyak sekali media/sumber belajar, dan mengelola IBM akan mempunyai doktrin diri yang tinggi dalam mengajar di kelas. Guru yang bisa menguasasi landasan pendidikan akan bisa mengajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik akseptor didik. Guru yang bisa melaksanakan evaluasi prestasi berguru akseptor didik secara benar dan objektif, akan direspon dan dihargai oleh akseptor didik.
Guru yang bisa menerapkan fungsi dan layanan bimbingan dan konseling dan bisa menyelenggarakan aktivitas manajemen sekolah akan sanggup berafiliasi dengan petugas bimbingan dan konseling sekolah dan petugas manajemen di sekolah dalam melaksanakan aktivitas bimbingan dan konseling untuk membantu akseptor didik dalam memecahkan masalahnya, dan dalam melaksanakan aktivitas manajemen di sekolah. Guru yang memahami dan menafsirkan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran sanggup memutuskan hasil-hasil penelitian dalam meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolah.
Namun, perlu disadari bahwa guru di sekolah tidak sanggup mengaktualisasikan diri secara maksimal dan optimal, kalau guru tidak menikmati kesejahteraan hidup dalam melaksanakan tugas-tugas pengajaran di sekolah. Hal ini diakibatkan oleh honor yang diterima oleh mereka jauh dari memuaskan. Berbagai pihak berwenang di bidang pendidikan dan para pengurus organisasi profesi pendidikan telah “merekomendasikan perlunya pemberdayaan guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui peningkatan kesejahteraan guru, peningkatan mutu guru, dan pengembangan karier guru” (Jalal dan Supriadi, 2001).
Deskripsi ihwal sepuluh kompetensi guru tersebut di atas, telah mengalami penyederhanaan dan penyempurnaan, yaitu menjadi empat kompetensi utama yang harus dikuasai oleh para guru meliputi: “kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional” (UURI. Guru & Dosen No. 14 2005). Keempat kompetensi tersebut diuraikan secara detail berikut ini.
Kompetensi guru sebagai biro pembelajaran mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran akseptor didik yang memenuhi kaidah-kaidah pedagogik. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berkenaan dengan eksklusif yang arif, berwibawa, berakhlak mulia, dan menjadi contoh bagi akseptor didik. Kompetensi sosial ialah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan semua pihak, dan kompetensi profesional ialah kemampuan guru dalam menawarkan keahliannya sebagai guru profesional.
Belum ada Komentar untuk "✔ Tujuan Supervisi Pengajaran"
Posting Komentar