✔ 4 Ciri Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

asik berguru dot com.  Menurut Bass (Tschannen-Moran, 2003) untuk menghasilkan produktivitas, kepemimpinan transformasional telah didefinisikan sebagai “Four I’s” – individualized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration.
Hal penting yang harus diingat bagi siapa saja yang ingin mempraktekkan kepemimpinan transformasional yaitu tidak hanya mengandalkan kharisma personalnya, tapi ia harus mencoba untuk memberdayakan stafnya serta melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan (Leithwood, 1992: 69).  Adapun definisi rincian masing-masing ciri utama tersebut
(ciri-ciri kepemimpinan yang baik berdasarkan teori kepemimpinan transformasional) yaitu sebagai berikut :

a.    Idealisasi Pengaruh (Idealized Influence)
Idealisasi dampak yaitu sikap yang menghasilkan standar sikap yang tinggi, memperlihatkan wawasan dan kesadaran akan visi, memperlihatkan keyakinan, mengakibatkan rasa hormat, gembira dan percaya, menumbuhkan kesepakatan dan unjuk kerja melebihi ekspektasi, dan menegakkan sikap moral yang etis.
Pemimpin yang mempunyai idealisasi dampak akan memperlihatkan sikap antara lain: membuatkan kepercayaan bawahan kepada atasan, menciptakan bawahan berusaha menjiplak sikap dan mengidentifikasi diri dengan pemimpinnya, menginspirasikan bawahan untuk mendapatkan nilai-nilai, norma-norma dan prinsip-prinsip bersama, membuatkan visi bersama, menginspirasikan bawahan untuk mewujudkan standar sikap secara konsisten, membuatkan budaya dan ideologi organisasi yang sejalan dengan masyarakat pada umumnya, dan memperlihatkan rasa tanggung jawab sosial dan jiwa melayani yang sejati.

b.    Motivasi Inspirasional (Inspirational Motivation)
Motivasi inspirasional yaitu sikap yang senantiasa menumbuhkan tantangan, bisa mencapai ekspektasi yang tinggi, bisa membangkitkan antusiasme dan motivasi orang lain, serta mendorong intuisi dan kebaikan pada diri orang lain.  Pemimpin bisa membangkitkan semangat anggota tim melalui antusiasme dan optimisme.  Pemimpin juga memanfaatkan simbol-simbol untuk memfokuskan perjuangan dan mengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana.  Pemimpin yang mempunyai motivasi inspirasional bisa meningkatkan motivasi dan antusiasme bawahan, membangun kepercayaan diri terhadap kemampuan untuk menuntaskan kiprah dan mencapai target kelompok.

c.    Konsiderasi Individual (Individualized Consideration)
Konsiderasi individual yaitu sikap yang selalu mendengarkan dengan penuh kepedulian dan memperlihatkan perhatian khusus, dukungan, semangat, dan perjuangan pada kebutuhan prestasi dan pertumbuhan anggotanya.  Pemimpin transformasional mempunyai perhatian khusus terhadap kebutuhan individu dalam pencapaiannya dan pertumbuhan yang mereka harapkan  dengan berperilaku sebagai instruktur atau mentor.  Bawahan dan rekan kerja dikembangkan secara suksesif dalam meningkatkan potensi yang mereka miliki.  Konsiderasi ini sangat mempengaruhi kepuasan bawahan terhadap atasannya dan sanggup meningkatkan produktivitas bawahan.  Konsiderasi ini memunculkan antara lain dalam bentuk memperlakukan bawahan secara individu dan mengekspresikan penghargaan untuk setiap pekerjaan yang baik.

d.    Stimulasi Intelektual (Intellectual Stimulation)
Stimulasi intelektual yaitu proses meningkatkan pemahaman dan merangsang timbulnya cara pandang gres dalam melihat permasalahan, berpikir, dan berimajinasi, serta dalam memutuskan nilai-nilai kepercayaan.  Dalam melaksanakan bantuan intelektual melalui logika, analisa, dan rasionalitas, pemimpin memakai simbol sebagai media sederhana yang sanggup diterima oleh pengikutnya.  Melalui stimulasi intelektual pemimpin sanggup merangsang tumbuhnya penemuan dan cara-cara gres dalam menuntaskan suatu masalah.  Melalui proses stimulasi ini akan terjadi peningkatan kemampuan bawahan dalam memahami dan memecahkan masalah, berpikir, dan berimajinasi, juga perubahan dalam nilai-nilai dan kepercayaan mereka.  Perubahan ini bukan saja sanggup dilihat secara langsung, tetapi juga perubahan jangka panjang ysng merupakan lompatan kemampuan konseptual, pemahaman dan ketajaman dalam menilai dan memecahkan masalah.

Menurut Bass sebagaimana yang dikutip oleh Robbins (Danim, 2009: 57), bahwa ada empat ciri kepemimpinan transformasional, yakni 1) Karismatik, 2) Stimulasi inspiratif, 3) Stimulasi intelektual dan 4) Pertimbangan individu.
Keempat ciri kepemimpinan yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
1)    Karismatik
Karismatik yaitu memperlihatkan visi dan misi organisasi dengan jelas, menanamkan kebanggaan, memperoleh respek, dukungan dan kepercayaan dari bawahan atau rekan kerjanya (Danim, 2009: 57).
Selanjutnya Dubrin (2005: 44) menjelaskan bahwa karisma yaitu pesona personal dan daya tarik pribadi yang digunakan untuk memimpin orang lain.  Menurut Dubrin, dimensi perilakunya yaitu optimis, jujur, ekspresi wajah yang hidup, kebanggaan beralasan, tampilan gagah dan bersikap tegas, tindakan dan gerakan mempunyai tujuan.
Menurut Wahjosumidjo (2008: 34), bahwa kepemimpinan kharismatik yaitu sebagai berikut:
1.    Bawahan menaruh kepercayaan terhadap kebenaran dan keyakinan pimpinan.
2.    Ada kesamaan keyakinan bawahan dan pimpinan.
3.    Penerimaan tanpa perlu dipersoalkan dari bawahan terhadap pimpinan.
4.    Terdapat rasa kasih sayang pengikut kepada pimpinan.
5.    Kemauan untuk patuh dari bawahan terhadap pimpinan.
6.    Keterlibatan secara emosional dari bawahan dalam melaksanakan misi organisasi.
7.    Mempertinggi penampilan dalam mencapai kiprah dari bawahan.
8.    Ada keyakinan bawahan bahwa pemimpin akan memperlihatkan santunan demi keberhasilan misi kelompok.
Menurut Balitbang (2003: 17), karisma diartikan sebagai contoh sikap yang mencerminkan kewibawaan dan keteladanan.  Melalui karisma pemimpin, akan bisa menumbuhkan rasa percaya diri dan saling mempercayai antara dirinya dengan bawahan.  Karisma seorang pemimpin akan mengakibatkan bawahan mendapatkan sebagai model yang ingin ditirunya setiap ketika dan pada gilirannya akan memperlihatkan bawahan serta kesadaran misi dan membangkitkan kebanggaan serta menumbuhkan rasa hormat dan kepercayaan pada bawahan.  Hal ini lantaran seorang pemimpin yang mempunyai karisma akan lebih gampang dalam mengajak dan mempengaruhi para bawahan serta gotong royong membuatkan dan memajukan unit kerja.
Aspek-aspek sikap karisma yaitu sebagai berikut:
a.    Keteladanan
Seorang pemimpin yang menjadi panutan ia harus mempunyai sikap setia kepada organisasi, setia pada bawahan, pengabdian pada tugas, disiplin kerja, landasan moral dan susila yang digunakan, kejujuran, perhatian pada kepentingan dan banyak sekali nilai-nilai yang bersifat positif.  Selain itu, keteladanan kepala sekolah tidak hanya tercermin dalam kehidupan organisasi, akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya menyerupai kehidupan keluarga yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan dengan memperhitungkan keadaan lingkungan, dan kepekaan terhadap kondisi sosial lainnya (Siagian, 1990: 105).
b.    Berlaku jujur
Pemimpin karismatik yaitu pemimpin yang jujur dan terbuka pada orang lain, tidak kaku, biasanya terus terang dalam memperlihatkan penilaian atas sesuatu dan situasi.  Kebenaran itu pahit, tetapi tidak melemahkan pemimpin yang karismatik (Dubrin, 2005: 49).
c.    Kewibawaan
Menurut Fiedler dan Chamers (Wahjosumidjo, 2001: 20), kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau dampak yang dimiliki oleh pimpinan.  Kewibawaan pimpinan sanggup mempengaruhi orang lain, menggerakkan, memberdayakan segala sumber daya institusi kerja untuk mencapai tujuan institusi sesuai dengan keinginan pimpinan.
d.    Memiliki semangat
Optimisme dan enerjik merupakan kualitas yang luar biasa dari orang yang karismatik yaitu selalu bersemangat, optimis dan enerjik setiap saat.
e.    Pujian yang beralasan
Pemimpin karismatik, selalu jujur dan memberi pujian.  Pujian jujur menciptakan orang lain merasa senang.  Membuat orang lain bahagia merupakan salah satu ciri pemimpin karismatik (Dubrin, 2005: 51).
f.    Menggunakan ekspresi wajah yang hidup
Pemimpin karismatik selalu memperlihatkan ekspresi wajah yang hidup, menghargai setiap bawahan yang diekspresikan dengan tulus, bersikap positif terhadap bawahan, tetap menghormati dan bersedia setuju untuk berbeda pendapat, bila itu pilihannya (Trusco, 2002: 268).

2)    Stimulasi Inspiratif
Stimulasi inspratif yaitu mengkomunikasikan keinginan tinggi, memakai lambang-lambang untuk memfokuskan upaya mengungkap-kan maksud-maksud penting dengan cara yang sederhana (Danim, 2009: 57).
Aspek sikap dari stimulasi inspirasional adalah:
a.    Komunikasi yang efektif
Menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly (Danim, 2009: 17), bahwa komunikasi yaitu pemindahan info dan pemahaman dengan memakai simbol-simbol ekspresi dan non ekspresi yang didalamnya meliputi komunikator, pesan, media, peserta pesan dan balasan baik.
Ada delapan faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif, yaitu 1) mengkomunikasikan kemenangan, 2) membandingkan antara kata-kata dan perbuatan, 3) kesepakatan untuk melaksanakan komunikasi dua arah, 4) menitiberatkan pada komunikasi secara tatap muka, 5) meng-komunikasikan pembagian tanggung jawab, 6) mempertimbangkan baik-buruk, 7) mengetahui siapa pengguna, klien dan audien, 8) mempunyai taktik komunikasi (Danim, 2009: 18).
b.    Motivasi
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau tenaga atau daya atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak didasari (Makmun, 2009: 37).
Motivasi merupakan aspek psikologis yang mempengaruhi sikap seseorang, yang mendorong untuk melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan atau kebutuhan, baik sadar atau tidak sadar (Thoha, 2010: 207).
Perilaku manusia, selalu mengandung tiga aspek, yang kedudukannya sedikit demi sedikit dan berurutan, yaitu:
a)    Motivating state, yaitu timbulnya kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akhir terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dalam diri seseorang atau lantaran terangsang oleh simulasi tertentu.
b)    Motivated behavior, yaitu bergeraknya seseorang ke arah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskan.
c)    Satisfied conditions, yaitu dengan berhasilnya dicapai tujuan yang sanggup memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dalam diri seseorang pulih kembali yakni terpeliharanya homeostatis, kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat, puas dan lega.  Jika yang terjadi sebaliknya, tujuannya tidak tercapai, maka terjadilah ketegangan yang memuncak sehingga seseorang merasa kecewa (frustation) (Makmun, 2009: 39).
c.    Pemberian inspirasi
Kepala sekolah pada hakekatnya yaitu sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa.  Oleh alasannya itu kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staf dan siswa sehingga mereka mendapatkan dan memahami tujuan sekolah secara antusias, bekerja secara bertanggungj awab ke arah tercapainya tujuan  sekolah (inspiring) (Wahjosumidjo, 1999: 109).

3)    Stimulasi Intelektual
Dalam stimulasi intelektual, pemimpin mendorong bawahan untuk memikirkan kembali cara kerja dan mencari-cari cara kerja gres dalam menuntaskan tugasnya.  Pengaruhnya diharapkan, bawahan merasa pimpinan mendapatkan dan mendukung mereka untuk memikirkan cara-cara kerja mereka, mencari cara-cara gres dalam menuntaskan tugas, dan merasa menemukan cara-cara kerja gres dalam mempercepat tugas-tugas mereka.  Pengaruh positif lebih jauh yaitu mengakibatkan semangat berguru yang tinggi (oleh Peter Senge, hal ini disebut sebagai “learning organization”).
Aspek sikap dari stimulasi intelektual adalah:
a.    Inovatif
Adalah pimpinan mengajak bawahan untuk melaksanakan sesuatu yang gres atau menemukan sesuatu dalam pengembangan institusi ke arah perubahan sesuai dengan yang ditetapkan.  Selain itu, pimpinan harus mengakibatkan kepekaan para staff terhadap sesuatu yang gres dan sanggup diimplementasikan.
b.    Profesionalisme
Seseorang dikatakan profesional bila melaksanakan pekerjaannya dengan keahlian khusus dan menghasilkan produk yang berkualitas, bertang-gungjawab dan sistematis (Trusco, 2002: 405).
c.    Evaluasi diri
Pemimpin transformasional selalu mengevaluasi diri atas tindakan-tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk perbaikan selanjutnya.
d.    Mengembangkan ide baru
Pemimpin transformasional selalu mencari ide-ide gres dalam membuatkan organisasi dan ide tersebut disampaikan pada bawahan untuk diimplementasikan.
e.    Kepemimpinan kolektif
Kepemimpinan yang melibatkan bawahan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam organisasi.  Pimpinan tidak melaksanakan sendiri pekerjaan atau hanya menugaskan pada orang-orang tertentu saja, melainkan melibatkan semua anggota organisasi untuk terlibat dalam rangka mencapai tujuan.
f.    Kreatif
Pimpinan mendorong bawahan untuk kreatif dalam melaksanakan tugas.

4)    Pertimbangan Individual
Pertimbangan individual yaitu memperlihatkan perhatian pribadi, memperlakukan setiap karyawan secara individual, melatih dan menasehati (Danim, 2009: 57).
Menurut Wahjosumidjo (1999: 24), bahwa pertimbangan individual (Individual consideration) memperlihatkan sikap yang bersahabat, saling adanya kepercayaan, saling menghormati dan kekerabatan yang sangat hangat dalam kolaborasi antara pemimpin dengan anggota kelompok.  Seorang pemimpin transformasional akan memperhatikan faktor-faktor individu sebagaimana mereka dihentikan disamaratakan lantaran adanya perbedaan, kepentingan, latar belakang, sosial budaya, dan pengembangan pribadi yang berbeda satu dengan lain.  Pemimpin transformasional akan memperlihatkan perhatian untuk membina, membimbing dan melatih setiap anggota sesuai dengan karakteristik individu yang dipimpinnya.
Selanjutnya Bass (1985: 29) menyampaikan bahwa kepemimpinan transformasional mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan/pengikut serta secara khusus mau memperhatikan kebutuhan bawahan/pengikut akan pengembangan karir.  Dalam kepemimpinan transformasional, penyamarataan perbedaan individu tidak mendapatkan tempatnya.  Setiap pemimpin transformasional akan memperhatikan faktor-faktor individual sebagaimana tidak bisa disamaratakan lantaran adanya perbedaan, kepentingan, dan pengembangan diri yang berbeda.
Perilaku dari pertimbangan individu (individual consideration) adalah:
a.    Toleransi
Toleransi yaitu penyimpangan-penyimpangan yang diperbolehkan.  Manusia tidak luput dari segala kekurangan, namun demikian, kekurangan tersebut ada norma yang membatasi sesuai dengan hukum dalam organisasi.  Pemimpin yaitu juga insan biasa, sudah niscaya dalam melaksanakan tugasnya dan berinteraksi dengan sesama staf dan pegawai niscaya ada kekurangan.  Pemimpin harus sanggup memperlihatkan tindakan yang pantas sesuai dengan batasan penyimpangan yang diperbolehkan.
b.    Adil
Adil artinya tidak membeda-bedakan staf yang ada dalam organisasi.  Hal ini akan mengakibatkan persaingan sehat diantara staf dalam upaya meningkatkan kinerjanya.  Bagi mereka yang melaksanakan kesuksesan dalam pekerjaan harus mendapatkan penghargaan yang setimpal, sebaliknya yang melaksanakan kesalahan mendapatkan hukuman setimpal yang sifatnya pembinaan.
c.    Pemberdayaan
Dubrin (2005: 150), menyatakan bahwa pemimpin sanggup membangun kepercayaan, keterlibatan dan kerjasama antar anggota tim.  Pemimpin harus menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap staf, artinya tanpa ragu-ragu kepada staf dengan satu keyakinan kiprah tersebut akan sanggup dilaksanakan dengan baik.  Pemberian kepercayaan dengan sendirinya akan menanamkan dan meningkatkan rasa percaya diri staf.
d.    Demokratis
Demokratis artinya keterbukaan dan keinginan memposisikan pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama.  Menurut Thoha (2010: 131), dalam kepemimpinan demokratis, ada atau tidak adanya pemimpin, organisasi tetap berjalan.
e.    Partisipatif
Partisipatif artinya melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.  Pimpinan meminta pendapat, saran dari staf perihal apa yang akan dilaksanakan.  Dengan demikian staf merasa ikut bertanggungjawab atas keputusan yang diambil pimpinan.
f.    Penghargaan
Penghargaan merupakan sesuatu yang diperlukan untuk diperoleh.  Penghargaan ada dua macam, yakni penghargaan instrinsik dan ekstrinsik.  Saefullah (2005: 248) menyatakan bahwa penghargaan instrinsik yaitu sesuatu yang dirasakan oleh dirinya ketika melaksanakan sesuatu.  Sesuatu yang dirasakan ini sanggup berupa kepuasan dalam melaksanakan tugas.  Hal ini akan berdampak terhadap adanya kepercayaan diri.  Sedangkan penghargaan ekstrinsik yaitu sesuatu yang diterima seseorang dari lingkungan kawasan kerja dimana sesuatu yang diperolehnya sesuai dengan harapannya.  Penghargaan ini sanggup berupa dari pimpinan yang bentuknya berupa promosi.

Belum ada Komentar untuk "✔ 4 Ciri Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel