✔ Masalah-Masalah Administratif Dalam Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah
Secara administratif, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi: inventory service, the information service, counseling service, placement service, dan follow-up and research.
1. Inventory Service
Inventory service yakni merupakan kegiatan pelayanan yang mengumpulkan informasi yang sanggup dipergunakan untuk mengenal murid sebagai individu yang unik. Oleh alasannya itu dalam mengumpulkan data tersebut ada beberapa hal yang perlu diperlihatkan:
a. Informasi yang objektif
Tujuan dari evaluasi murid sebagai teknik bimbingan yakni mengumpulkan informasi yang valid yang sanggup menawarkan citra yang sempurna mengenai individu tersebut;
b. Pola-pola tingkah laris
Informasi yang dikumpulkan dari banyak sekali sumber dan dilakukan selama suatu jangka waktu mengenai seseorang individu tersebut, haruslah sanggup memperlihatkan suatu teladan tingkah laku. Dengan demikian untuk mendapat citra yang sempurna mengenai teladan tingkah laris tersebut diharapkan sejumlah informasi yang cukup.
c. Informasi untuk mengetahui sifat-sifat yang khas (Indentifing)
Kita mengetahui bahwa individu-individu tersebut disamping sifat-sifatnya yang umum, juga memiliki sifat-sifat yang khusus. Data-data yang dikumpulkan hendaknya sanggup memperlihatkan sifat-sifat yang unik dari tiap individu sehingga kumpulan informasi tersebut tidak berupa kumpulan data-data yang sama bagi semua murid.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan layanan inventori (inventory service).
a. Jenis-jenis informasi
Sedangkan jenis informasi/data yang dikumpulkan yakni yang menawarkan informasi ihwal murid dalam hal:
1) latar belakang keluarga dan data pribadi;
2) keadaan kesehatan dan fisik;
3) riwayat sekolah dan catatan mengenai nilai/prestasi;
4) minat, kesukaan dan hal-hal yang disukai;
5) planning untuk yang akan tiba atau cita-cita.
Walaupun ada banyak sekali cara dalam menyusun informasi tersebut, namun yang penting yakni bahwa informasi tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah bagaimana kita sanggup memahami anak. Anak sanggup kita pahami melalui majemuk persepsi, yakni pandangan orang dewasa, pandangan teman-temannya, dan pandangan dari dirinya sendiri.
b. Catatan bimbingan (guidance-record)
Catatan atau rekaman untuk keperluan bimbingan juga disebut “cumulative record” atau buku catatan pribadi. Ini merupakan catatan atau rekaman untuk tiap murid yang berisi informasi yang memungkinkan untuk mengenal murid sebagai individu yang unik.
Sedangkan hal-hal penting yang harus diperhatikan dari “cumulative record” adalah:
1. Informasi yang unik
Informasi yang terdapat dalam “cumulative record” hendaknya sanggup membedakan sifat seorang individu dengan individu yang lain. Jangan hingga berisi catatan-catatan yang berisi sifat-sifat yang umum terdapat pada semua anak sehingga sukar untuk diinterpretasikan.
2. Pencatatan yang kontinyu
Catatan mengenai langsung murid akan berharga apabila dilakukan secara kontinyu dari mulai masuk sekolah hingga ia keluar. Akan lebih baik lagi jikalau sanggup diselenggarakan pencatatan yang tidak terputus dari sekolah yang lain. (TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan PT)
3. Sederhana
Catatan yang baik yakni catatan yang gampang untuk digunakan. Oleh alasannya itu hendaknya diusahakan cara pencatatan yang sederhana, objektif, gampang diisi dan gampang diinterpretasikan.
4. Praktis disimpan
Karena catatan ini dipergunakan selama murid bersekolah, maka perlu dipikirkan bentuk buku catatan langsung tersebut sehingga tidak lekas rusak, gampang disimpan, gampang dicari dan dipergunakan.
c. Penyelenggaraan “Cumulative-Record”
Masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan Cumulative-Record yakni masalah-masalah yang berafiliasi dengan:
1. Penyusunan dan pencatatan informasi;
Beberapa data yang sangat penting bagi “cumulative-record” biasanya telah dikumpulkan secara rutin di sekolah ialah presensi, nilai dan data identifikasi murid. Data lainnya menyerupai riwayat keluarga, lingkungan keluarga, laporan mengenai tingkah laku, score test, kekerabatan dengan orang lain, kegiatan-kegiatan diluar sekolah. Yang tidak kurang pentingnya yakni cara dan alat pengumpulannya. Ini penting supaya tidak terjadi duplikasi sehingga sanggup dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Alat pengumpul informasi tersebut sanggup berupa kuesioner, otobiografi, anekdot record, dan tes standart (standardized-test)
2. Penyaringan, peringkasan, dan pemasukan informasi;
Karena sangat banyaknya data/informasi yang harus dikumpulkan mengenai murid-murid, maka perlu ada cara untuk menyederhanakan penyimpanan catatan-catatan tersebut.
Penyaringan berarti bahwa pada saat-saat tertentu perlu diadakan investigasi terhadap informasi-informasi yang disimpan, apakah informasi-informasi tersebut sanggup menunjukan: (-) kekuatan dan kelemahan murid, (-) informasi yang cukup ihwal murid, (-) perbedaan antara fakta dan pendapat, dan (-) keterangan-keterangan yang niscaya (yang belum niscaya dibuang saja).
Peringkasan berarti ada beberapa data mungkin perlu diringkaskan pada waktu-waktu tertentu, menyerupai anekdot, otobiografi. Akan tetapi data yang lain apabila direncanakan dengan baik tidak memerlukan pringkasan. Meringkas memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Memasukakan data sanggup dilakukan oleh petugas yang sesuai dengan sifat informasi tersebut, contohnya oleh guru, pegawai tata usaha, dan pembimbing.
3. Penyimpanan data/ informasi
Cara penyimpanan data sanggup dilakukan secara sentralisasi dan disentralisasi. Sentralisasi artinya semua data tersebut dipusatkan pada suatu tempat, contohnya kantor kepala sekolah, atau ruang yang khusus untuk itu. Disentralisasi artinya data tersebut disimpan pada tiap-tiap kelas masing-masing. Pemilihan cara yang mana yang terbaik, tergantung pada (-) sifat dari rumah sekolah, (-) staf dan organisasinya, dan (-) lokasi yang memungkinkan penggunaan yang maksimum oleh seluruh staf.
4. Penggunaan informasi oleh staf sekolah.
Cara-cara untuk mempertinggi kemampuan staf dalam memakai informasi ihwal murid adalah: (-) case conference, (-) in service meeting, (-) demontrasi interview, (-) tukar pengalaman antar guru.
5. Pemindahan dan pengarsipan catatan-catatan yang tidak aktif;
Ini yakni mengenai pemindahan informasi dan pengarsipan informasi mengenai murid-murid yang telah lulus atau putus sekolah. Usaha untuk mengumpulkan data mengenai murid itu memaan banyak waktu dan tenaga. Oleh alasannya it perlu ada usha untuk menghindarkan duplikasi apabila mungkin.. Commulative-record dari SD sebaiknya dipindahkan ke Sekolah Menengah Pertama dan seterusnya.
Tentang penyimpanan data informasi dari murid yang telah lulus, Hacth menyarankan agar: (a) semua commulative-record hendaknya disimpan secara untuh selama 5 tahun, (b) pada final tahun ke 5, yang bukan bab dari commulative-record dimusnahkan, dan (c) pada final tahun ke 10 semua catatan dimusnahkan
1. The information service
Ada tiga masalah dalam layanan informasi, yaitu pengumpulan bahan/ informasi, pengumpulan bahan/informasi, dan penyajian bahan/informasi.
a. Pengumpulan bahan/informasi
Bahan-bahan/informasi sanggup dikumpulkan dari banyak sekali lembaga, menyerupai sekolah, dan lingkungan sosial lainnya. Bentuknya sanggup berupa abstraksi, buku bagan, filmstrip, film dan sebagainya. Yang mengumpulkan siapa?. Tergantung pada kondisi setempat, cara bagaimana informasi itu dipergunakan, akomodasi yang ada dan kemampuan staf sekolah.
b. Penyimpanan bahan-bahan/informasi
Bahan/informasi sanggup disimpan di perpustakaan atau kantor bimbingan.
c. Penyajian informasi sanggup melalui: (1) satuan-satuan kelas, (2) bidang studi, (3) hari-hari khusus, dan (4) sebagai pelajaran.
2. Counselingservice
Konseling yakni suatu proses belajar. Proses berguru yang ditekankan oleh counselee, dan persepsi counselee mengenai dirinya sendiri, nilai-nilainya, kebutuhan-kebutuhannya yakni sangat diperhatikan oleh konselor.
Proses berguru yang terjadi dalam kekerabatan guru-murid memiliki tujuan yang ditentukan oleh kelompok. Karena itu perlu pendidikan khusus untuk sanggup melaksanakan konseling. Pembagian counselee sanggup dilakukan dengan cara: (a) berdasarkan kelas, (b) berdasarkan jenis kelamin, (c) berdasarkan program, dan (d) berdasarkan nama (abjad).
a. Penugasan konselor
Penugasan konselor sanggup berupa donasi kiprah penuh (full time) atau sebagian mengajar dan sebagaian konselor (part time)
1) Kebaikan dari “full-time counselor”
1. Tugasnya tidak rangkap, sehingga sanggup memusatkan perhatian pada keahliannya.
2. Jumlahnya sedikit, sehingga lebih gampang bagi murid untuk mengenalnya.
2) Kebaikan dari “part-time counselor”
a. Hubungan dengan murid lebih baik (lebih mengenal) alasannya beliau juga mengajar.
b. Hubungan dengan guru-guru lebih erat alasannya merasa seprofesi.
c. Jumlah konselee yang dibebankan sebagai tanggung jawabnya hanya sedikit sehingga menjadi lebih mudah.
b. Beban konselor
1) 1 jam/hari atau 200 jam/hari = 100 counselee
2) 2 jam/hari atau 400 jam/hari = 200 counselee
3) 3 jam/hari atau 600 jam/hari = 300 counselee
4) full-time = 500 counselee
Jika tugasnya mencakup 5 (lima) guidance service, maka bebanya setengah dari yang di atas.
c. Konselor dengan bahan-bahan yang bersifat diam-diam
Konselor harus mendapat pendidikan mengenai bahan-bahan informasi-informasi apa yang perlu dirahasiakan, yakni: (1) materi dilarang diberikan kepada siapa saja, apabila tidak akan dipergunakan yang semestinya, dan (2) jangan diperlihatkan kepada orang lain, apabila tanpa persetujuan counselee, kecuali hal-hal yang sanggup membahayakan orang lain.
3. Placement service
Bantuan yang diberikan kepada murid untuk mendapat pekerjaan atau pendidikan embel-embel yakni yang dinamakan “placement service”. Ada juga memakai istilah Job-placement”. Hatch (1987) beropini bahwa pengertian “placement” ini bahwasanya masih dalam pengertian konseling.
Di Amerika Serikat, masalah placement untuk mencarikan pekerjaan juga diatur di sekolah. Ada 2 cara pengorganisasian kegiatan ini, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Mungkin yang lebih baik yakni cara desentralisasi.
4. Follow- up and research
Usaha untuk selalu berafiliasi dengan lulusan atau alumnus disebut follow-up service dan research. Kegiatan ini sanggup dipergunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan sekolah serta harapan-harapan terhadap sekolah. Beberapa dilema yang timbul terutama menyangkut:
a) Teknik yang dipergunakan. Biasanya teknik yang dipergunakan yakni interview, postcard, survey dan angket.
b) Siapa yang melakukannya (staffing): yang melaksanakan seluruh staf atau dibuat suatu panitia.
c) Bagaimana cara melaporkan hasil: untuk sanggup menawarkan laporan hasil dengan baik, sebelumnya perlu direncanakan untuk apa hasil-hasil itu akan dipergunakan. Informasi dari follow-up service and research dipergunakan untuk memperbaiki kurikulum sekolah, proses belajar-mengajar, layanan bimbingan dan konseling, dan memperbaiki kekerabatan sekolah dan masyarakat.
1. Inventory Service
Inventory service yakni merupakan kegiatan pelayanan yang mengumpulkan informasi yang sanggup dipergunakan untuk mengenal murid sebagai individu yang unik. Oleh alasannya itu dalam mengumpulkan data tersebut ada beberapa hal yang perlu diperlihatkan:
a. Informasi yang objektif
Tujuan dari evaluasi murid sebagai teknik bimbingan yakni mengumpulkan informasi yang valid yang sanggup menawarkan citra yang sempurna mengenai individu tersebut;
b. Pola-pola tingkah laris
Informasi yang dikumpulkan dari banyak sekali sumber dan dilakukan selama suatu jangka waktu mengenai seseorang individu tersebut, haruslah sanggup memperlihatkan suatu teladan tingkah laku. Dengan demikian untuk mendapat citra yang sempurna mengenai teladan tingkah laris tersebut diharapkan sejumlah informasi yang cukup.
c. Informasi untuk mengetahui sifat-sifat yang khas (Indentifing)
Kita mengetahui bahwa individu-individu tersebut disamping sifat-sifatnya yang umum, juga memiliki sifat-sifat yang khusus. Data-data yang dikumpulkan hendaknya sanggup memperlihatkan sifat-sifat yang unik dari tiap individu sehingga kumpulan informasi tersebut tidak berupa kumpulan data-data yang sama bagi semua murid.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyelenggarakan layanan inventori (inventory service).
a. Jenis-jenis informasi
Sedangkan jenis informasi/data yang dikumpulkan yakni yang menawarkan informasi ihwal murid dalam hal:
1) latar belakang keluarga dan data pribadi;
2) keadaan kesehatan dan fisik;
3) riwayat sekolah dan catatan mengenai nilai/prestasi;
4) minat, kesukaan dan hal-hal yang disukai;
5) planning untuk yang akan tiba atau cita-cita.
Walaupun ada banyak sekali cara dalam menyusun informasi tersebut, namun yang penting yakni bahwa informasi tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah bagaimana kita sanggup memahami anak. Anak sanggup kita pahami melalui majemuk persepsi, yakni pandangan orang dewasa, pandangan teman-temannya, dan pandangan dari dirinya sendiri.
b. Catatan bimbingan (guidance-record)
Catatan atau rekaman untuk keperluan bimbingan juga disebut “cumulative record” atau buku catatan pribadi. Ini merupakan catatan atau rekaman untuk tiap murid yang berisi informasi yang memungkinkan untuk mengenal murid sebagai individu yang unik.
Sedangkan hal-hal penting yang harus diperhatikan dari “cumulative record” adalah:
1. Informasi yang unik
Informasi yang terdapat dalam “cumulative record” hendaknya sanggup membedakan sifat seorang individu dengan individu yang lain. Jangan hingga berisi catatan-catatan yang berisi sifat-sifat yang umum terdapat pada semua anak sehingga sukar untuk diinterpretasikan.
2. Pencatatan yang kontinyu
Catatan mengenai langsung murid akan berharga apabila dilakukan secara kontinyu dari mulai masuk sekolah hingga ia keluar. Akan lebih baik lagi jikalau sanggup diselenggarakan pencatatan yang tidak terputus dari sekolah yang lain. (TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan PT)
3. Sederhana
Catatan yang baik yakni catatan yang gampang untuk digunakan. Oleh alasannya itu hendaknya diusahakan cara pencatatan yang sederhana, objektif, gampang diisi dan gampang diinterpretasikan.
4. Praktis disimpan
Karena catatan ini dipergunakan selama murid bersekolah, maka perlu dipikirkan bentuk buku catatan langsung tersebut sehingga tidak lekas rusak, gampang disimpan, gampang dicari dan dipergunakan.
c. Penyelenggaraan “Cumulative-Record”
Masalah-masalah yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan Cumulative-Record yakni masalah-masalah yang berafiliasi dengan:
1. Penyusunan dan pencatatan informasi;
Beberapa data yang sangat penting bagi “cumulative-record” biasanya telah dikumpulkan secara rutin di sekolah ialah presensi, nilai dan data identifikasi murid. Data lainnya menyerupai riwayat keluarga, lingkungan keluarga, laporan mengenai tingkah laku, score test, kekerabatan dengan orang lain, kegiatan-kegiatan diluar sekolah. Yang tidak kurang pentingnya yakni cara dan alat pengumpulannya. Ini penting supaya tidak terjadi duplikasi sehingga sanggup dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Alat pengumpul informasi tersebut sanggup berupa kuesioner, otobiografi, anekdot record, dan tes standart (standardized-test)
2. Penyaringan, peringkasan, dan pemasukan informasi;
Karena sangat banyaknya data/informasi yang harus dikumpulkan mengenai murid-murid, maka perlu ada cara untuk menyederhanakan penyimpanan catatan-catatan tersebut.
Penyaringan berarti bahwa pada saat-saat tertentu perlu diadakan investigasi terhadap informasi-informasi yang disimpan, apakah informasi-informasi tersebut sanggup menunjukan: (-) kekuatan dan kelemahan murid, (-) informasi yang cukup ihwal murid, (-) perbedaan antara fakta dan pendapat, dan (-) keterangan-keterangan yang niscaya (yang belum niscaya dibuang saja).
Peringkasan berarti ada beberapa data mungkin perlu diringkaskan pada waktu-waktu tertentu, menyerupai anekdot, otobiografi. Akan tetapi data yang lain apabila direncanakan dengan baik tidak memerlukan pringkasan. Meringkas memerlukan banyak waktu dan tenaga.
Memasukakan data sanggup dilakukan oleh petugas yang sesuai dengan sifat informasi tersebut, contohnya oleh guru, pegawai tata usaha, dan pembimbing.
3. Penyimpanan data/ informasi
Cara penyimpanan data sanggup dilakukan secara sentralisasi dan disentralisasi. Sentralisasi artinya semua data tersebut dipusatkan pada suatu tempat, contohnya kantor kepala sekolah, atau ruang yang khusus untuk itu. Disentralisasi artinya data tersebut disimpan pada tiap-tiap kelas masing-masing. Pemilihan cara yang mana yang terbaik, tergantung pada (-) sifat dari rumah sekolah, (-) staf dan organisasinya, dan (-) lokasi yang memungkinkan penggunaan yang maksimum oleh seluruh staf.
4. Penggunaan informasi oleh staf sekolah.
Cara-cara untuk mempertinggi kemampuan staf dalam memakai informasi ihwal murid adalah: (-) case conference, (-) in service meeting, (-) demontrasi interview, (-) tukar pengalaman antar guru.
5. Pemindahan dan pengarsipan catatan-catatan yang tidak aktif;
Ini yakni mengenai pemindahan informasi dan pengarsipan informasi mengenai murid-murid yang telah lulus atau putus sekolah. Usaha untuk mengumpulkan data mengenai murid itu memaan banyak waktu dan tenaga. Oleh alasannya it perlu ada usha untuk menghindarkan duplikasi apabila mungkin.. Commulative-record dari SD sebaiknya dipindahkan ke Sekolah Menengah Pertama dan seterusnya.
Tentang penyimpanan data informasi dari murid yang telah lulus, Hacth menyarankan agar: (a) semua commulative-record hendaknya disimpan secara untuh selama 5 tahun, (b) pada final tahun ke 5, yang bukan bab dari commulative-record dimusnahkan, dan (c) pada final tahun ke 10 semua catatan dimusnahkan
1. The information service
Ada tiga masalah dalam layanan informasi, yaitu pengumpulan bahan/ informasi, pengumpulan bahan/informasi, dan penyajian bahan/informasi.
a. Pengumpulan bahan/informasi
Bahan-bahan/informasi sanggup dikumpulkan dari banyak sekali lembaga, menyerupai sekolah, dan lingkungan sosial lainnya. Bentuknya sanggup berupa abstraksi, buku bagan, filmstrip, film dan sebagainya. Yang mengumpulkan siapa?. Tergantung pada kondisi setempat, cara bagaimana informasi itu dipergunakan, akomodasi yang ada dan kemampuan staf sekolah.
b. Penyimpanan bahan-bahan/informasi
Bahan/informasi sanggup disimpan di perpustakaan atau kantor bimbingan.
c. Penyajian informasi sanggup melalui: (1) satuan-satuan kelas, (2) bidang studi, (3) hari-hari khusus, dan (4) sebagai pelajaran.
2. Counselingservice
Konseling yakni suatu proses belajar. Proses berguru yang ditekankan oleh counselee, dan persepsi counselee mengenai dirinya sendiri, nilai-nilainya, kebutuhan-kebutuhannya yakni sangat diperhatikan oleh konselor.
Proses berguru yang terjadi dalam kekerabatan guru-murid memiliki tujuan yang ditentukan oleh kelompok. Karena itu perlu pendidikan khusus untuk sanggup melaksanakan konseling. Pembagian counselee sanggup dilakukan dengan cara: (a) berdasarkan kelas, (b) berdasarkan jenis kelamin, (c) berdasarkan program, dan (d) berdasarkan nama (abjad).
a. Penugasan konselor
Penugasan konselor sanggup berupa donasi kiprah penuh (full time) atau sebagian mengajar dan sebagaian konselor (part time)
1) Kebaikan dari “full-time counselor”
1. Tugasnya tidak rangkap, sehingga sanggup memusatkan perhatian pada keahliannya.
2. Jumlahnya sedikit, sehingga lebih gampang bagi murid untuk mengenalnya.
2) Kebaikan dari “part-time counselor”
a. Hubungan dengan murid lebih baik (lebih mengenal) alasannya beliau juga mengajar.
b. Hubungan dengan guru-guru lebih erat alasannya merasa seprofesi.
c. Jumlah konselee yang dibebankan sebagai tanggung jawabnya hanya sedikit sehingga menjadi lebih mudah.
b. Beban konselor
1) 1 jam/hari atau 200 jam/hari = 100 counselee
2) 2 jam/hari atau 400 jam/hari = 200 counselee
3) 3 jam/hari atau 600 jam/hari = 300 counselee
4) full-time = 500 counselee
Jika tugasnya mencakup 5 (lima) guidance service, maka bebanya setengah dari yang di atas.
c. Konselor dengan bahan-bahan yang bersifat diam-diam
Konselor harus mendapat pendidikan mengenai bahan-bahan informasi-informasi apa yang perlu dirahasiakan, yakni: (1) materi dilarang diberikan kepada siapa saja, apabila tidak akan dipergunakan yang semestinya, dan (2) jangan diperlihatkan kepada orang lain, apabila tanpa persetujuan counselee, kecuali hal-hal yang sanggup membahayakan orang lain.
3. Placement service
Bantuan yang diberikan kepada murid untuk mendapat pekerjaan atau pendidikan embel-embel yakni yang dinamakan “placement service”. Ada juga memakai istilah Job-placement”. Hatch (1987) beropini bahwa pengertian “placement” ini bahwasanya masih dalam pengertian konseling.
Di Amerika Serikat, masalah placement untuk mencarikan pekerjaan juga diatur di sekolah. Ada 2 cara pengorganisasian kegiatan ini, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Mungkin yang lebih baik yakni cara desentralisasi.
4. Follow- up and research
Usaha untuk selalu berafiliasi dengan lulusan atau alumnus disebut follow-up service dan research. Kegiatan ini sanggup dipergunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan sekolah serta harapan-harapan terhadap sekolah. Beberapa dilema yang timbul terutama menyangkut:
a) Teknik yang dipergunakan. Biasanya teknik yang dipergunakan yakni interview, postcard, survey dan angket.
b) Siapa yang melakukannya (staffing): yang melaksanakan seluruh staf atau dibuat suatu panitia.
c) Bagaimana cara melaporkan hasil: untuk sanggup menawarkan laporan hasil dengan baik, sebelumnya perlu direncanakan untuk apa hasil-hasil itu akan dipergunakan. Informasi dari follow-up service and research dipergunakan untuk memperbaiki kurikulum sekolah, proses belajar-mengajar, layanan bimbingan dan konseling, dan memperbaiki kekerabatan sekolah dan masyarakat.
Belum ada Komentar untuk "✔ Masalah-Masalah Administratif Dalam Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah"
Posting Komentar