✔ Endhorfin Teacher: Alasan Kenapa Guru (Harusnya) Selalu Bahagia

Kalau dilihat-lihat, guru kini kayaknya penuh dengan beban dan tekanan. Urusan manajemen lah, UKG, kiprah ini itulah seolah tidak menginginkan guru menjadi bahagia. Belum lagi kalau baca informasi ada guru yang dilaporkan ke polisi gara-gara mendidik siswa, wah jadi berhati-hati betul waktu mendidiknya.

Tapi itu semua tergantung eksklusif masing-masing. Guru yang bijak akan menentukan memilah mana yang prioritas dikerjakan, dan mana yang tak perlu dipikirkan, atau dikerjakan nanti dulu. Semua demi kebutuhan dasar sebagai manusia: bahagia.

Apa yang perlu diprioritaskan guru semoga selalu bahagia? Jawabannya adalah… mengajar! an sich.

Tanpa melalaikan kiprah wajib lainnya, fokus pada kegiatan berguru mengajar bersama siswa akan menjaga guru tetap dalam suasana kebahagiaan. Alasannya alasannya ialah pada kegiatan mengajar guru akan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang sanggup memicu keluarnya hormon endhorfin dalam tubuh.

Hormon endhorfin?

Mungkin banyak yang sudah tahu. Bagi yang belum, perlu diketahui bahwa endhorphin (a.k.a endogenous morphin) ialah senyawa kimia yang diproduksi badan untuk mendatangkan kebahagiaan bila kita melaksanakan hal-hal positif. Endorfin dihasilkan oleh kelenjar pituitary yang letaknya di bab bawah otak. Hormon ini bekerja menyerupai morphine, bahkan disebutkan efeknya 200 kali lebih besar dari morphine.

Itulah kenapa banyak yang menyebutnya hormon kebahagiaan, atau bahkan ilahi kebahagiaan…☺

Dalam buku “The Miracle of Endorphin”, Dr. Shigeo Haruyama, menyebutkan bahwa badan insan memproduksi hingga 20 hormon kebahagiaan. Dari kesemuanya itu, yang paling berpengaruh efeknya disebut hormon beta-endorfin. Hormon ini akan senantiasa mengalir bila kita tetap merasa tenang, nyaman, atau sering bersyukur.

Kebalikan dari beta-endorfin ialah noradrenalin, hormon yang penuh racun. Substansi hormon ini bekerjsama sedikit sekali diproduksi otak, namun akan terus meningkat manakala kita praktis marah, praktis tertekan, takut dan sebagainya. Efek fatalnya, racun ini bisa membuat badan praktis sakit dan lebih cepat tua.

Akhirnya kita menemukan balasan logis kenapa orang renta dulu sering bilang, “Jangan sering marah, nanti cepet tua.” hehehe...☺

Jadi Guru Itu (harusnya) Selalu Bahagia

Tidak mungkin kiprah mendidik akan berhasil bila guru sendiri tidak mencicipi kebahagiaan. Sayangnya banyak guru yang pilih menggantungkan kebahagiannya pada orang lain. Seperti kebahagiannya tergantung bagaimana kondisi dan suasana kelas hari itu, bagaimana respon teman guru lain terhadapnya, atau ada juga yang tergantung berapa kenaikan honor dari pemerintah.

Itu kurang tepat. Kenapa?

Karena dibanding profesi lain, guru bekerjsama profesi yang paling banyak berpeluang mencicipi kebahagiaan. Mengajar ialah kegiatan yang di dalamnya sangat praktis memicu terbentuknya hormon endhorpine tadi. Inilah beberapa diantaranya:

1. Suka tersenyum pada anak
Terutama bagi guru tingkat dasar, tersenyum ialah pekerjaan sehari-hari. Ada saja tingkah polah siswa yang membuat kita tersenyum lepas. Sering tersenyum juga masuk dalam ranah kompetensi sosial guru. Artinya kemampuan ini harus dimiliki guru dikala berinteraksi dengan siapapun.

Baca juga: Sempat Viral di Media Sosial, 8 Guru Muda Ini Menyimpan Cerita Inspiratif

2. Sering menemukan hal baru
Karena berhadapan dengan manusia, tak sulit bagi guru untuk menemukan hal gres tiap harinya. Hal ini tentu tidak ditemukan pada pekerjaan lain, semisal karyawan yang lebih banyak berhadapan dengan berkas dan komputer. Pertumbuhan dan perkembangan siswa ialah ladang hal gres bagi guru. Melihat mereka terus berkembang dari hari ke hari ialah kenikmatan tersendiri yang bisa menjadikan imbas senang dan bahagia.

3. Lebih menikmati kesederhanaan dan ikhlas
Guru identik dengan sederhana dan ikhlas. Kesederhanaan bukan merujuk pada hidup serba kekurangan atau pas-pasan, tapi lebih pada memegang prinsip untuk menjalani kehidupan yang tenteram dan bahagia.

4. Suka membantu orang lain
Yah sudah menjadi kiprah guru untuk membantu, terutama duduk kasus dan kesulitan yang dialami para siswa. Bahkan ada sebuah penelitian dari Stanford University yang menyimpulkan bahwa orang yang gemar membantu orang lain mempunyai peluang lebih tinggi untuk mencicipi kebahagiaan.

5. Praktis menambah persahabatan
Setiap guru merupakan anggota dari organisasi profesi berskala nasional (PGRI), artinya jalinan persahabatan sesama profesi ini begitu kuat. Kita juga bisa melihat di grup-grup facebook ketika ada guru yang mengucapkan salam perkenalan, niscaya akan direspon aktual oleh banyak guru lain seantero Indonesia.

6. Sering menawarkan reward/pujian
Memberikan reward/pujian ialah rutinitas lain seorang guru. Pujian sangat penting bagi perkembangan psikis anak, sehingga semua guru niscaya melakukannya. Memberikan kebanggaan secara tulus akan turut memicu rasa senang dalam hati guru yang akan berdampak pada meningkatnya hormon endhorfin dalam tubuh.

Baca juga: Tips Ceramah yang Baik Saat Mengajar

7. Sering bermain dan bernyanyi
Yang terakhir ini lebih sering dilakukan guru Taman Kanak-kanak dan SD, yang mana pembelajaran sering dilakukan dengan aktivitas-aktivitas menyenangkan menyerupai bermain dan bernyanyi. Banyak literatur yang menjelaskan imbas aktual bernyanyi bagi kesehatan fisik dan psikis, karaena bunyi indah yang kita keluarkan tidak hanya akan menghibur tetapi juga membuat rasa nyaman, hening dan bahagia.

Adakah kegiatan selain tujuh di atas yang bisa memicu hormon kebahagiaan guru? Sepertinya masih banyak. Tapi tujuh di atas agaknya memberi citra betapa beruntungnya berprofesi sebagai guru. Memilih untuk jadi eksklusif yang praktis bersyukur tentu lebih baik daripada terus berkutat pada pikiran-pikiran negatif akhir banyaknya tekanan dan beban yang diberikan pada guru dikala ini.

Jadi…semua kembali pada eksklusif masing-masing.

Mudah-mudahan bermanfaat!

Belum ada Komentar untuk "✔ Endhorfin Teacher: Alasan Kenapa Guru (Harusnya) Selalu Bahagia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel