✔ Cara Mengatasi Bully Di Sekolah

Budaya bully yaitu persoalan serius di dunia pendidikan. Mereka yang jadi korban bully niscaya akan merasa tertekan, lantaran dijauhkan dari pergaulan.

Praktik bully yang dilakukan antar siswa bentuknya beragam. Saya tidak ingin menyebutnya disini, lantaran saking banyaknya. Mulai dari hal sepele hingga serius, bisa menjadi materi untuk memojokkan dan melecehkan sahabat sekelas.

Urusan luar sekolah dibawa ke sekolah, urusan sekolah dibawa hingga ke luar sekolah. Itulah siswa kita sekarang. Ada siswa yang posting norak sedikit saja di medsos, sanggup bully di kelas tak henti-hentinya. Hal-hal tak penting yang terang mengganggu kewajiban berguru mereka.

Yang lebih disorot dalam goresan pena ini yaitu sang guru sendiri. Dalam konteks perbullyan di kelas/sekolah, guru punya tugas ganda. Yang pertama menjadi penyebab siswa dibully teman-temannya.

Adakah guru yang menyerupai itu? Banyak. Umumnya ini dilakukan tanpa disadari. Penyebabnya lantaran emosi yang tak terkontrol akhir kesalahan seorang siswa.

Dan yang kedua guru yang bisa mengatasi dan menghentikan kebiasaan membully yang dilakukan siswanya. Meskipun dua tugas ini bertolak belakang, hampir semua guru melaksanakan kedua-keduanya.

Guru jadi penyebab siswa dibully

Sebenarnya sulit untuk berharap bully bisa hilang dari dunia persekolahan. Karena gurupun terkadang punya andil melanggengkan budaya ini.

Dan faktanya, anak lebih merasa terbebani oleh bully yang disebabkan oleh gurunya. Kenapa? Karena guru yaitu rujukan terakhir siswa sebagai pemberi solusi persoalan di sekolah. Kalau gurunya yang jadi pemain drama penyebab, apa lagi yang bisa ia lakukan?

Ada beberapa tipe bully yang dilakukan guru, mulai dari yang tingkatan ringan hingga yang berat. Dan yang luput disadari, guru tidak pernah membully siswa secara secara langsung, tapi dialah penyebab si anak dibully teman-temannya.

Inilah sikap yang bisa menimbulkan siswa dibully teman-temannya:

1. Memarahi

Dalam bentuk paling ringan hingga berat, memarahi anak apalagi disaksikan teman-temannya akan membuatnya menanggung beban bully di hari-hari berikutnya. Makin rendah jenjang pendidikannya, semakin berbahaya bagi si anak.

Usia bawah umur lebih tinggi tingkat ketergantungannya pada sahabat lain. Jika temannya baiklah padanya, ia akan bersemangat. Tapi kalau sahabat mengucilkannya, lihatlah dirinya selalu sedih dan menyendiri.

Untungnya, anak usia ini praktis melupakan peristiwa-peristiwa yang jadi materi bully-an. Biasanya hanya butuh waktu satu atau beberapa hari bagi teman-teman untuk berbaikan lagi.

Dalam waktu yang singkat itu, beliau akan tersenyum kembali. Beberapa masalah perlu diwaspadai, menyerupai anak yang dikucilkan dalam waktu lama.

Bagaimana dengan sekolah menengah?

Ingatan mereka lebih besar lengan berkuasa terhadap peristiwa-peristiwa memalukan. Sehingga berbahaya kalau seorang anak dibully secara terus menerus. Apalagi kalau dibawa-bawa ke media sosial.

2. Membanding-bandingkan dengan siswa lain

Semua anak tidak suka dibanding-bandingkan. Jangan jauh-jauh, bayangkan diri sendiri. Bagaimana perasaan kita waktu dibanding-bandingkan dengan sahabat seangkatan yang kini lebih sukses. “Itu temanmu, kini sudah begini, udah bisa begini..”.

Pasti hati akan memberontak, “Saya juga bisa bergotong-royong kalau mau…”, “Ah…itu lantaran beliau dibantu orang tuanya…”. Atau kalau sudah mentok tak ada lagi pembelaaan, “Dia hanya beruntung saja…”.

Orang sampaumur menyerupai kita bisa mengkondisikan emosi dan batin menyerupai itu. Kita bergotong-royong murka dan tak terima, namun lantaran aib atau apa, kita menyembunyikannya dengan memaksa pikiran semoga bisa mendapatkan dengan bijak.

...anak-anak belum punya kemampuan menyerupai itu.

Mereka akan lebih defensif manakala tekanan terasa semakin berat. Hati-hati. Kalau sudah hingga pada titik frustasi,  urusannya bakal lebih panjang.

3. Memberi hukuman

Dalam profesi keguruan dikenal dengan istilah reward and punishment. Penghargaan dan hukuman. Memberi eksekusi yaitu salah satu kompetensi yang wajib dimiliki guru.

Memberi eksekusi yang menyerupai apa? Hanya ada satu jawaban: HUKUMAN YANG MENDIDIK.

Apakah masih ada di jaman kini guru yang menghukum siswanya hormat bendera di tengah terik matahari? Atau berkeliling kelas pakai helm sambil menyatakan kesalahannya? Hukuman jenis inilah yang masuk kategori guru menjadi lantaran siswanya dibully.

Hukuman yang tak relevan dan cenderung ingin mempermalukan siswa  di hadapan teman-temannya sangat berpotensi menjadikan siswa itu diolok-olok temannya. Bukan satu dua hari, hingga lulus pun juga akan terus diingat.

Pikirkan berapa usang si anak itu bisa mengembalikan kepercayaan dirinya di hadapan teman-teman?

Hanya saja inilah teknik yang paling dipilih guru ketika ini. Mengapa? Sejak beberapa masalah guru dilaporkan ke polisi gara-gara menghukum siswa mencuat di media massa, fakta di lapangan memperlihatkan guru-guru mulai membatasi kontak fisik dengan siswa.

Menghukum salah, membiarkan juga salah.

Ini memang dilematis. Menghukum siswa secara empat mata (individu) tanpa dipermalukan di hadapan umum kadang tidak mempan untuk menyadarkan si anak akan kesalahannya. Memberi eksekusi secara fisik juga berpotensi diperkarakan.

Cara mengatasi bully di sekolah

Alasan menghentikan bully di kelas/sekolah yaitu tidak ada manfaat dari kebiasaan ini. Ada sih beberapa anak yang justru malah menjadi pribadi yang tegar gara-gara kenyang dibully.

Namun kebanyakan bawah umur ini akan beganti menjadi pelaku sebagai bentuk jawaban terhadap apa yang sudah dirasakannya.

Di masa depan, anak yang praktis membully berbahaya. Sampai kapan ia menandalkan kekuatannya untuk terus menjadi penindas? Yang sering dibully lebih berbahaya. Ketidakmampuan berdiri bisa mematikan kepercayaan diri yang sangat penting dalam hidup.

1. Jadikan pertemuan pertama itu yang utama

Jangan menyepelekan pertemuan pertama. Beberapa guru gagal pada satu tahun pelajaran lantaran tidak memaksimalkan hari tatap muka pertama dengan siswanya. Mereka menanggap waktu maha penting ini sama dengan hari-hari lainnya.

Begini. Kalau siswa itu bukan murid kita di kelas, mereka hanya melihat kita sekilas. Anak-anak itu menilai kita terbatas, hanya sebatas apa yang mereka ketahui dengan dukungan informasi-informasi dari murid kita sendiri.

Begitu mereka memasuki tahun pelajaran gres dan mendapati anda sebagai gurunya, mereka akan menunggu. Siapa anda, bagaimana huruf anda, apa yang anda inginkan setahun ke depan.

Jangan sia-siakan kesempatan ini. Masukkan kata “Kelas Tanpa Bully”, atau “Anti Bulllying Teman Sekelas” dalam peraturan kelas. Intinya posisikan diri anda sangat benci terhadap sikap negatif ini.

“Karena kelas ini sudah gotong royong semenjak ...., sudah menjadi kesatuan, memulai bersama dan melaksanakan banyak kegiatan bersama-sama, saya paling anti melihat ada yang menghina, melecehkan, mengucilkan temannya di luar batas bahkan hingga dibawa-bawa ke luar sekolah, termasuk media sosial. Ingat, haram bagi saya melaksanakan hal itu.”

2. Catat bawah umur potensial dibully

Nama bawah umur yang pendiam, introvert, mental lemah idealnya kita kantongi semenjak sebelum mulai mengajar suatu kelas. Kita bisa menanyakannya pada guru sebelumnya.

Pun halnya dengan siapa-siapa pahlawan kelas, yang paling punya dampak pada teman-teman lain. Beruntunglah anda kalau “penguasa”  kelas yaitu siswa berprestasi. Meskipun kemungkinan itu sangat sedikit. Anak berprestasi cenderung kurang suka urusan pengaruh-mempengaruhi.

Dua jenis siswa inilah yang jadi perhatian utama dalam hal perbullyan. Mereka berpotensi meneruskan kebiasaan lama, menjadi korban dan pelaku.

3. Jaga konsistensi

Posisikan diri anda di pihak bawah umur yang sering jadi korban bully. Ini penting bagi kepercayaan dirinya.

Guru memihak? Sah-sah saja. Karena jagoan-jagoan itu sudah  tidak perlu lagi dilatih mentalnya, sudah oke. Tinggal diarahkan ke arah yang positif. Tapi bagi anak yang sering jadi korban, mereka perlu di back up oleh orang yang lebih punya kuasa dibanding jagoan-jagoan kelas. Dan itu yaitu guru.

Jaga konsistensi selama satu tahun utuh menjaga ucapan tegas anda di awal sebagai orang paling anti dengan praktik perbullyan. Ini yang paling sulit. Jangan hingga ada situasi yang tanpa anda sadari melanggar komitmen anda. Praktis bagi mereka untuk sekedar membuyarkan kepercayaan terhadap anda.

“Dalam banyak hal, guru berintegritas lebih berarti ketimbang guru jenius.”

Jangan lupa tahan emosi anda waktu ingin memperlihatkan punishment. Karena kalau tak bisa mengkontrol, eksekusi yang kita munculkan mungkin juga menjadi penyebab beliau akan dibully temannya dalam waktu lama. Seperti yang kita bahas di atas. Itulah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi praktek bully di sekolah. Sulit? Iya. Karena yang kita hadapi yaitu siswa yang bergotong-royong sadar dan mengerti kalau membully itu salah, tapi masih dilakukan juga.

Baca juga: Permendikbud wacana Pencegahan Perundungan di Sekolah

Silahkan terapkan poin-poin di atas kalau anda merasa cocok dan sesuai untuk dilakukan. Hiasilah hari-hari di kelas anda dengan energi positif berupa siswa-siswa yang saling mendukung dan membantu sama lain. Bukan saling membully yang tak ada keuntungannya sama sekali.

Belum ada Komentar untuk "✔ Cara Mengatasi Bully Di Sekolah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel