✔ Cara Gampang Menerapkan Pendidikan Abjad Di Sekolah
Istilah pendidikan karakter bekerjsama bukan hal baru. Bahkan semenjak kurikulum pertama diterapkan pada pendidikan negeri ini, huruf yakni muatan terpenting yang diajarkan kepada siswa. Guru-guru zaman dulu bahkan lebih banyak yang menaruh perhatian pada adab dan watak siswa, ketimbang mengedepankan pengetahuan semata.
Alhasil, huruf sebagai sebuah pondasi pendidikan bekerjsama sudah dipahami semenjak awal. Menjadi siswa berkarakter merupakan garda terdepan yang memperlihatkan dirinya berhasil mengenyam pendidikan di sekolah.
Lalu mengapa pendidikan huruf sekarang digelorakan kembali?
Saya yakin tidak ada satu sekolahpun yang tidak memasukkan pendidikan huruf dalam pembelajarannya, baik melalui klarifikasi di kelas maupun memperlihatkan pola secara langsung.
Tapi sayangnya, beberapa fakta memperlihatkan hal sebaliknya. Pendidikan huruf di sekolah selama ini belum maksimal. Seperti kita melihat tindakan kurang pantas bahkan amoral yang ditunjukkan pelajar kita. Bahkan ada cap generasi muda ketika ini telah meninggalkan budaya adab ketimuran.
Maka perlu kita yakini dulu bahwa membentuk siswa berkarakter bukanlah upaya mudah. Pola pikir ini penting semoga kita para guru tidak jumawa dengan mengatakan, “Setiap hari saya juga sudah mencotohkan huruf konkret ke anak-anak!”. Sebab ketika ini ada banyak tantangan yang kita hadapi, diantaranya
1. Faktor Luar Sekolah
Faktor luar sekolah sangat kuat pada kepribadian siswa. Seperti acara-acara televisi dan media umum terbukti mempengaruhi tindak tanduk dan sikap siswa baik di dalam maupun lar sekolah.
Dari sekian itu, yang paling umum dan digandrungi pelajar hampir di semua jenjang yakni media sosial. Situs jejaring sosial telah sama-sama kita ketahui berefek ganda, ada konkret dan ada negatif. Tentu yang kita khawatirkan yakni negatifnya, dimana ketika ini filter untuk menyaring konten-konten postif sangatlah lemah. Sedangkan siswa-siswi kita bebas mengkases apa saja dengan cepat dan instan.
Inilah yang berdasarkan saya faktor paling serius, yang mengharuskan sekolah untuk kembali menata training huruf siswa-siswinya.
2. Pembelajaran selama ini terfokus pada kognitif
Sebenarnya ini bukan salah guru semata, bahkan kurikulum dan ujian nasional yang berupa tes tulis seolah mengarahkan guru untuk lebih memforsir aspek pengetahuan. Dan, akhirnya sisi afektif terpinggirkan. Tak heran, kita melihat output-output sekolah maju yang bakir dan cerdas, namun lemah di adab dan perilaku.
Kedua hal di atas merupakan alasan kita pada guru untuk menerapkan (lebih tepatnya menata kembali) Program Pendidikan Karakter di sekolah masing-masing.
Cara Praktis Pelaksanaan Program PPK Di Sekolah
Meskipun kita meyakini bahwa mendidik siswa semoga berkarakter bukanlah hal mudah, namun dalam pelaksanaan Program PPK itu sendiri kita dapat memakai cara-cara yang simpel namun terbukti efektif. Berikut ini langkah gampang menerapkan pendidikan huruf di sekolah:
1. Membuat perencanaan aktivitas PPK yang matang
Perlu duduk bersama antara kepala sekolah, guru, dan komite dalam menyusun perencanaan yang matang terkait aktivitas ini. Pada tahap awal ini, perlu janji bersama untuk menyebabkan pendidikan huruf sebagai tatanan nilai yang harus diwujudkan dalam bentuk pola sehari-hari.
Perlu dibicarakan ulang perihal kebiasaan-kebiasaan apa yang selama ini sudah dijalankan yang bekerjasama dengan training karakter. Kegiatan yang sudah baik ibarat penerapan 3S (Salam, Senyum, Sapa) apabila sudah berjalan wajib dipertahankan. Demikian juga penyesuaian lain ibarat memungut sampah eksklusif begitu dijumpai, atau menjenguk sahabat yang sedang sakit.
2. Membuat alat ukur yang benar
Inilah bekerjsama kelemahan yang jamak terjadi. Sekolah tidak punya buku khusus peningkatan huruf siswa, sehingga siswa lebih baik atau sebaliknya hanya sebatas pengamatan sekilas tanpa ada data yang detail.
Apa alat ukur yang tepat?
Kita tahu bahwa huruf tidak ibarat matematika yang untuk mengukurnya sangat mudah. Berikan soal, kemudian jikalau nilainya di atas standar yang ditetapkan berarti materi matematika itu terkuasai. Beda halnya dengan huruf dan kepribadian, jikalau diberikan soal tertulis, mungkin beliau dapat menjawab dengan benar, tapi belum tentu ia melakukannya.
Nah, alat yang sempurna sesuai metode yang digunakan diantaranya yakni lembar pengamatan/observasi. Pada lembar observasi ini, tentu harus ada indikator yang dibentuk sedetail mungkin, sehingga dapat mengukur sejauh mana perkembangan siswa terkait huruf yang sedang ditanamkan.
3. Awali dengan kebiasaan kecil yang sering dianggap remeh
Ketika siswa tahu di sekolah mulai menerapkan PPK, mereka niscaya bertanya, “Apa perubahannya?”, “Apa bedanya dengan sebelumnya?”
Nah, disinilah pintu masuk untuk mengenalkan aktivitas ini. Hal-hal sederhana ibarat membungkukkan tubuh ketika lewat di depan guru, atau mencium tangan guru dengan verbal (bukan dengan pipi atau dahi) merupakan kebiasaan yang baik didahulukan sebelum memasuki kebiasaan lain.
Dengan begini, siswa akan berpikir perihal keseriusan sekolah dalam mengupayakan pembentukan huruf siswanya, sehingga ia pun tergerak untuk ikut taat mengikuti ketentuan aktivitas PPK ini.
4. Berikan teladan secara konsisten dan terus menerus
Bagi sekolah yang ingin menerapkan aktivitas PPK, sejatinya harus sudah tamat dengan kedisiplinan guru. Jika masih lemah dalam hal ini, ibarat seringnya jam kosong atau guru sering tiba telat maka keberhasilan PPK sulit tercapai.
Siswa akan lebih tebentuk huruf positifnya lewat menggandakan apa yang ia lihat, bukan yang sekedar dijelaskan dengan ceramah. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan pendidik, ibarat tidak aib mengingatkan antar rekan kerja. Biasanya ini luput dan lebih menentukan untuk dimaklumi dan berakibat sulitnya kedisiplinan ini menjadi budaya.
Disiplin tentu hanya satu huruf yang ditanamkan dalam PPK. Masih banyak huruf lain yang harus dicontohkan guru secara istiqomah dan berkesinambungan.
Lalu, apakah dalam pelaksanaan PPK ini perlu memperlihatkan eksekusi pada siswa yang masih saja berperilaku negatif?
Tentu saja, eksekusi (punishment) merupakan penggalan tak terpisahkan dari proses pendidikan. Namun sejalan dengan pendidikan karakter, maka hukumannya pun juga harus mendidik. Contoh kecilnya, apabila ada siswa yang terlambat masuk kelas 10 menit, maka ia harus pulang 10 menit (atau kelipatannya) lebih usang dari temannya. Lagi-lagi ini membutuhkan janji dari guru untuk menghadapi hal ibarat ini.
Demikian artikel singkat perihal cara gampang menerapkan pendidikan huruf di sekolah. Memang gampang dan tidaknya bekerjsama kembali ke guru masing-masing. Jika karater yang hendak ditanamkan ke siswa sudah lebih dulu dimiliki guru, rasa-rasanya tidak sulit untuk mencetak siswa-siswi yang berkarakter positif. Sebab guru ibarat ini tidak hanya terjebak pada pengajaran karakter, melainkan betul-betul melaksanakan pendidikan huruf secara utuh.
Belum ada Komentar untuk "✔ Cara Gampang Menerapkan Pendidikan Abjad Di Sekolah"
Posting Komentar