✔ Anak Pendiam Di Sekolah, Tapi Aktif Di Rumah

Romansa profesi mengajar menemukan satu problem penting yang niscaya dihadapi semua guru: siswa pendiam. Dalam setiap kesempatan, si anak terlihat suka menyendiri. Di ketika ada kiprah kelompok, ia jarang bersuara. Saat guru mendekat, ia tampak gugup dulu sebelum mau diajak bicara.

Setelah ditelusuri, di rumah ternyata ia bersikap sebaliknya. Di depan orang tua, ia praktis bercerita apa saja yang beliau rasakan. Bahkan cenderung banyak cincong untuk ukuran anak normal. Mengapa ini bisa terjadi?

Di salah satu lembaga konsultasi parenting online, saya pernah membaca tanya jawab antara seorang ibu dengan psikolog. Si ibu memberikan problem menyerupai tertera di atas. Anaknya hanya mau terbuka jikalau sedang berada di rumah. Di sekolah, ia bermetamorfosis pribadi yang super diam. Tak jarang ia menangis di rumah karena beban yang ia hadapi di sekolah.

Setelah mendengar saran dari psikolog, si ibu menganggapi positif. Namun kalimat terakhirnya ini yang menarik perhatian saya. Ia melayangkan harapan, “Mudah-mudahan ia segera menemukan guru yang klik dengannya.”

Jujur saya tersentak membaca kalimat itu. Sebagai pengajar, saya berpikir adakah orang bau tanah yang menilai saya tidak klik dengan siswa. Sehingga apapun problem dan kekurangan yang dialami anak ialah buah kegagalan saya mengajar di kelas.

Namun seketika pribadi saya tepis bayangan semacam itu, meski penting juga saya gunakan materi refleksi. Si ibu tadi tentu tidak menyalahkan guru alasannya ialah gagal mendidik anaknya, namun ia menaruh keinginan besar semoga gurunya menemukan solusi dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan berani layaknya si anak berada di rumah.

Kenapa si ibu menunjuk guru?

Karena problem itu terjadi di sekolah, yang jelas-jelas wilayah atau domain guru untuk menuntaskan apapun problem yang dihadapi siswa. Tidak perlu buru-buru memanggil psikiater, alasannya ialah guru bisa mengambil kiprah itu meski secara perlahan.

Nah, sebelum kita masuk pada hal apa saja yang bisa guru lakukan, penting dibedakan dulu mana anak pendiam yang masuk kategori normal, dengan si pendiam yang butuh penanganan. Tidak semua anak pendiam itu patut dikhawatirkan. Karena setiap anak niscaya mengalami “fase diam” dalam hidupnya. Umumnya itu situasional, hanya pada momen-momen tertentu.

Bahkan kita tahu juga bahwa anak dengan IQ tinggi (jenius) salah satu kebiasaannya ialah suka menyendiri dan tidak banyak bicara. Penanganan perkara menyerupai ini tentunya berbeda.

Lebih detailnya, berikut citra perbedaannya:


Sikap pendiam yang wajar:

  • Terjadi di awal masuk sekolah, atau pada awal tahun pelajaran baru. Pada masa ini, anak sedang menghadapi suasana serba baru, sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan diri. 
  • Saat anak sedang sakit atau kelelahan. Ini jamak terjadi. Hampir semua anak menemukan bentuk relaksasi dengan menenangkan diri serta menginginkan suasana tenang.
  • Mengerjakan kiprah yang gres pertama kali ia kerjakan. Karena belum bisa menguasai kiprah yang diberikan, beberapa anak menentukan diam. Latihan terus menerus biasanya cukup menggugah kepercayaan dirinya tumbuh kembali.
  • Tidak berminat atau tertarik pada situasi tertentu. 

Lalu, apa gejala anak pendiam yang membutuhkan penanganan guru?

  • Sering menghindar dari pergaulan. Pasrah terhadap bullyan teman-temannya alasannya ialah sering menolak usul bermain.
  • Memilih membisu dan pasif dalam ketika pelajaran di kelas.
  • Kerap mengaku sakit waktu masih memulai pelajaran, menyerupai pusing atau sakit perut.
  • Sering terlihat gugup ketika didekati guru, dan berupaya menghindari tatapan mata langsung.
  • Kerap meminta izin keluar kelas dengan banyak sekali alasan untuk menghindari tugas.

Lima hal di atas jikalau menyatu pada siswa, berarti terang memerlukan intervensi guru dengan segera. Jika dibiarkan, jangka panjangnya anak kehilangan motivasi bahkan tidak tertarik lagi dengan sekolah. Selain itu ia juga tidak terlatih memberikan gagasan, unek-unek, perasaan pada sahabat sebaya.

Jadi bisa kita simpulkan, guru menyukai siswa yang aktif di sekolah.

Siswa aktif lebih praktis dideteksi apa lebih kurangnya, sehingga guru tahu apa saja kebutuhan belajarnya. Meski ada beberapa perkara pengecualian, keaktifan akan membuka jalan untuk memperoleh prestasi akademik yang bagus.

Nah, inilah beberapa tips yang bisa dilakukan guru untuk mengubah anak pendiam dan pasif menjadi lebih aktif dan energik di sekolah:

1. Sering mendekat di sampingnya
Tidak harus terburu-buru mengobrol. Biarkan si pendiam mencicipi kehadiran kita sebagai suatu hal biasa. Baru di ketika yang sempurna kita bisa mengajaknya ngobrol seputar keseharian, keluarga, dan minatnya.

2. Temukan passion anak
Pintu masuk terbaik untuk masuk dalam kehidupan anak pendiam ialah tahu apa passionnya. Seringkali anak jadi membisu alasannya ialah kurang diperhatikan apa yang sebetulnya ingin ia lakukan. Setidaknya passion itu juga bisa kita jadikan materi dialog dengannya.

3. Pengaturan daerah duduk dan kelompok belajar
Jika kebetulan di kelas ada siswa yang kepercayaan dirinya tinggi, supel, dan praktis bergaul, anda bisa mencoba menyandingkannya dengan si pendiam. Tak lupa kita memintanya untuk selalu mengajak serta si pendiam dalam tiap acara baik waktu pembelajaran maupun ketika I luar kelas.

4. Perbanyak model pembelajaran kooperatif
Cooperative learning ialah desain pembelajaran yang sangat dianjurkan ketika ini. Diantara kelebihannya ialah bisa menciptakan siswa paling pendiam sekalipun menjadi aktif. Pilih yang ada unsur permainannya, serta libatkan seluruh anak gotong royong semoga si pendiam merasa menjadi bab dari teman-temannya.

5. Beri tanggung jawab harian yang ia mampu
Hal-hal kecil menyerupai memimpin barisan, mengumpulkan lembar kerja, membagikan hasil ulangan bisa membuatnya merasa diakui di kelas. Ini sanggup memacu keberaniannya untuk lebih banyak berbicara mengungkapkan wangsit dan pikirannya.

6. Berikan kebanggaan dan hadiah
Sekali-kali perlu diberikan reward atas pencapaiannya. Berupa sanjungan dan sekali-kali hadiah yang relevan dengan minat yang diimpikannya. Serta jangan membiarkan sahabat lainnya mengolok apalagi membully dalam rentang waktu lama.

Demikian paparan singkat ihwal anak yang pendiam di sekolah. Mulai dari ciri-ciri anak pendiam yang perlu intervensi guru, serta apa saja tips mengatasi anak dengan problem ini. Dan tak kalah pentingnya untuk  selalu intens berkomunikasi dengan orang tua. Berkonsultasi bagaimana keluarga mendidik si anak sampai ia bisa aktif jikalau di rumah.

Semakin anak tahu jikalau guru bersahabat keluarganya, maka ia akan balik memandang sosok guru layaknya anggota keluarga sendiri. Mudah-mudahan tips kecil ini bermanfaat . . .

Belum ada Komentar untuk "✔ Anak Pendiam Di Sekolah, Tapi Aktif Di Rumah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel