✔ Memahami Konsep Dasar Berguru (Jenis-Jenis Belajar)

asik berguru dot com. Artikel ini kepingan dari artikel yang membahas perihal Memahami Konsep Dasar Belajar yang terdiri dari: Pengertian Belajar (klik disini), Hakikat Belajar (klik disini) dan Ciri-Ciri Belajar (klik disini), Jenis-Jenis Belajar (klik disini) serta Aktivitas-Aktivitas Belajar (klik disini).

D.    Jenis-Jenis Belajar
Walaupun berguru dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu majemuk caranya. Setiap perbuatan berguru mempunyai cirri-ciri masing-masing.  Para hebat dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis berguru ini, disebabkan sudut pandang.  Oleh lantaran itu, hingga ketika ini belum ada janji atau keragaman dalam merumuskannya.  A. De Block contohnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis berguru yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.

Jenis-jenis berguru yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini merupakan penggabungan dari pendapat ketiga hebat di atas. Walaupun begitu, dari pendapat ketiga para hebat di atas, ada jenis-jenis berguru tertentu yang tidak dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku yang dibahas.

Oleh lantaran itu, jenis-jenis berguru yang diuraikan berikut ini menyangkut duduk kasus berguru arti kata-kata, berguru kognitif, berguru menghafal, berguru teoritis, berguru kaedah, berguru konsef/pengertian, berguru keterampilan motorik, dan berguru estetik. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut.

1.    Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya ialah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, beliau sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi beliau belum mengetahui bendanya, yaitu hewan yang disebutkan dengan kata itu. Namun usang kelamaan beliau mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”. Dia sudah tahu bahwa kedua hewan itu berkaki empat dan sanggup berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”.  Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing.  Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan indera pendengaran yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan indera pendengaran yang kecil dari pada anjing.

Setiap pelajar atau mahasiswa niscaya berguru arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun sanggup menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca.  Oleh lantaran itu, penguasaan arti kata-kata ialah penting dalam belajar.

2.    Belajar Kognitif
Tak sanggup disangkal bahwa berguru kognitif bersentuhan dengan duduk kasus mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika beliau menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, beliau tidak tidak sanggup menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, beliau hanya sanggup menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan perihal objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak  pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu.
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan berguru kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memperlihatkan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan berguru itu sendiri ialah proses mental yang bergerak ke arah perubahan.

3.    Belajar Menghafal
Menghafal ialah suatu kegiatan menanamkan suatu materi mulut dalam ingatan, sehingga nantinya sanggup diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu jika diharapkan sanggup diingat kembali kealam dasar.

Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian ialah kacau, dan menghafal tanpa ingatan ialah sia-sia.

4.    BelajarTeoritis
Bentuk berguru ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga sanggup difahami dan dipakai untuk memecahkan problem, ibarat terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” meliputi semua persegi empat; iklim dan cuaca besar lengan berkuasa terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, contohnya dalam penelitian fisika.

5.    Belajar Konsep   
Konsep atau pengertian ialah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang mempunyai konsep bisa mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga.  Konsep sendiri pun sanggup dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

Konsep dibedakan atas konsep positif dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep positif ialah pengertian yang menunjuk pada objek-objek dalam lingkungan fisik.  Konsep ini mewakili benda tertentu, ibarat meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan ialah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak eksklusif menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, lantaran realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, ialah kata-kata yang tidak sanggup dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk memperlihatkan pengertian pada semua kata itu diharapkan konsep yang didefinisikan dengan memakai lambang bahasa.

Ahmad ialah saudara sepupu Mahmud; merupakan kenyataan (realitas), tetapi tidak sanggup diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu sanggup diketahui dengan memakai lambang bahasa.  Kata “saudara sepupu” dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara sepupu” itulah yang dimaksudkan disini dengan konsep yang didefinisikan. Berdasarkan konsep yang didefinisikan, didapatkan pengertian, sauadara sepupu ialah anak dari paman atau bibi.

Akhirnya, berguru konsep ialah berfikir dalam konsep dan berguru pengertian. Taraf ini ialah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir. Taraf pertamanya ialah taraf pengetahuan, yaitu berguru reseptif atau menerima.

6.    Belajar Kaidah
Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis berguru kemahiran intelektual (intellectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne.  Belajar kaidah ialah jika dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.  Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, bisa menghubungkan beberapa konsep.  Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan memuai”, lantaran seseorang telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dpat memilih adanya suatu kekerabatan yang tetap antara ketiga konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka beliau dengan yakin menyampaikan bahwa “besi dipanaskan memuai”.

Kaidah ialah suatu pegangan yang tidak sanggup diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat mempunyai kegunaan dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa.  Oleh lantaran itu, berguru kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu selama berguru di sekolah atau di akademi tinggi (universitas).

7.    Belajar Berpikir
Dalam berguru ini, orang dihadapkan pada suatu duduk kasus yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.  Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya memakai konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir konvergen ialah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu balasan yang paling sempurna atau satu pemecahan dari suatu masalah.  Berpikir divergen ialah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar.

Konsep Dewey perihal berpikir menjadi dasar untuk pemecahan duduk kasus ialah sebagai berikut.
a.    Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.
b.    Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
c.    Mencari isu atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
d.  Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, semoga sanggup ditentukan untuk diterima atau ditolak.
e.    Penerapan pemecahan terhadap duduk kasus yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk sanggup hingga pada kesimpulan.

Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan duduk kasus ialah sebagai berikut.
a.    Kesadaran akan adanya masalah.
b.    Merumuskan masalah.
c.    Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
d.    Menguji hipotesis-hipotesis itu.
e.    Menerima hipotesis yang benar.
Meskipun diharapkan langkah-langkah, berdasarkan Dewey, tetapi pemecahan duduk kasus itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

8.    Belajar Keterampilan Motorik (Motor Skill)
Orang yang mempunyai suatu keterampilan motorik, bisa melaksanakan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi atara gerak-gerik banyak sekali anggota tubuh secara terpadu. Keterampilan semacam ini disebut “motorik”, lantaran otot, urat dan persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik ialah “otomatisme”, yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan banyak refleksi perihal apa yang harus dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu. Misalnya, seorang supir sudah menguasai keterampilan mengendarai kendaraannya sedemikian rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya tergoda oleh penanganan peralatan kemudian lintas di jalan.

9.    Belajar Estetis
Bentuk berguru ini bertujuan membentuk kemampuan membuat dan menghayati keindahan dalam banyak sekali bidang kesenian. Belajar ini meliputi fakta, ibarat nama Mozart sebagai penggubah musik klasik; konsep-konsep, ibarat ritme, tema dan komposisi; relasi-relasi,seperti korelasi antara bentuk dan isi; struktur-struktur, ibarat sistematika warna dan aliran-aliran dalam seni lukis; metode-metode, ibarat menilai mutu dan originalitas suatu karya seni.

Belum ada Komentar untuk "✔ Memahami Konsep Dasar Berguru (Jenis-Jenis Belajar)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel