✔ Coretan Dihari Guru Yang Terlupakan
| Setelah proses perkembangan anak melewati usia balita, anak akan memasuki tahap pendidikan formal. Pada setiap tahap perkembangan anak di dalam dunia pendidikan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan lantaran menjadi pola untuk menilai sejauh mana kemajuan perkembangan anak tersebut. Faktor – faktor yang penting tersebut ialah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Namun dari ketiga aspek tersebut, aspek kognitif seolah menjadi prioritas dalam praktiknya dalam dunia pendidikan. Karena aspek tersebut menyangkut nilai yang didapat seorang anak/siswa dari pengetahuan yang didapatnya di sekolah. Padahal aspek Afektif dan Psikomotorik perlu menjadi perhatian kita biar tahap perkembangan anak menjadi seimbang.
Postingan ini ingin fokus mengulas aspek Afektif di dalam dunia pendidikan. Ranah afektif ialah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi tabiat sikap ibarat perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar menyampaikan bahwa sikap seseorang sanggup diramalkan perubahannya bila seseorang telah mempunyai kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil berguru afektif akan tampak pada penerima didik dalam banyak sekali tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( mendapatkan atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Lalu, bagaimana pendapat umum wacana dunia pendidikan kita ? Inilah pendapat sahabat di FB yang kami resume sbb:
Assalamu'alaikum Bapak² dan Ibu² yg di rahmati Allah Ta'ala. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan fasilitas serta keberkahan didalam beraktifitas. Aamiin.
Masih suasana hari guru, ada materi sharing yg sangat anggun untuk kita dan anak cucu kita yaitu budaya mengantri. Semoga bermanfaat.
*MENGAPA GURU DI NEGARA MAJU LEBIH KHAWATIR JIKA MURIDNYA TIDAK BISA MENGANTRI KETIMBANG TIDAK BISA MATEMATIKA ?*
INILAH JAWABANNYA :
Seorang guru di Australia pernah berkata :
*“Kami tidak terlalu khawatir anak2 sekolah dasar kami tidak berakal Matematika”.*
Kami jauh lebih khawatir jikalau *mereka tidak berakal mengantri.*
Saya tanya "kenapa begitu?”
Jawabnya :
1. *Karena kita hanya perlu melatih anak 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak sampai 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran di balik proses mengantri.*
2. *Karena tidak semua anak kelak menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak jadi penari, atlet, musisi, pelukis, dsb.*
3. *Karena semua murid sekolah niscaya lebih membutuhkan pelajaran Etika Moral dan ilmu mengembangkan dengan orang lain ketika sampaumur kelak.*
”Apakah pelajaran penting di balik budaya MENGANTRI?”
”Oh banyak sekali.."
1. *Anak berguru administrasi waktu jikalau ingin mengantri paling depan tiba lebih awal dan persiapan lebih awal.*
2. *Anak berguru bersabar menunggu gilirannya jikalau ia menerima antrian di tengah atau di belakang.*
3. *Anak berguru menghormati hak orang lain, yang tiba lebih awal sanggup giliran lebih awal.*
4. *Anak berguru disiplin, setara, tidak menyerobot hak orang lain.*
5. *Anak berguru kreatif untuk memikirkan aktivitas apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan ketika mengantri.*
(di Jepang biasanya orang akan membaca buku ketika mengantri)
6. *Anak bisa berguru bersosialisasi menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di antrian.*
7. *Anak berguru tabah dan tabah menjalani proses dalam mencapai tujuannya.*
8. *Anak berguru aturan lantaran akibat, bahwa jikalau tiba terlambat harus mendapatkan konsekuensinya di antrian belakang.*
9. *Anak berguru disiplin, teratur, dan menghargai orang lain.*
10. *Anak berguru mempunyai RASA MALU, jikalau ia menyerobot antrian dan hak orang lain.*
11. *Dan masih banyak pelajaran lainnya, silakan anda temukan sendiri.*
FAKTANYA di Indonesia..
Banyak orang bau tanah justru mengajari anaknya dlm problem mengantri dan menunggu giliran, Sebagai berikut :
1. *Ada orangtua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah hirau taacuh saja, akal-akalan gak tau aja !!”*
2. *Ada orangtua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, lantaran anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.*
3. *Ada orangtua yang menggunakan seni administrasi atau alasan biar beliau atau anaknya diberi jatah antrian terdepan, dengan alasan anaknya masih kecil, capek, rumahnya jauh, orang tak mampu, dsb.*
4. *Ada orang bau tanah yang marah-marah lantaran beliau atau anaknya ditegur gara-gara menyerobot antrian orang lain, kemudian ngajak laga si penegur.*
5. *Dan banyak sekali kasus lain yang mungkin pernah anda alami.*
Yuk kita ajari bawah umur kita, kerabat dan saudara untuk berguru adat sosial, khususnya ANTRI.
*Budaya SUAP dan KORUPSI juga dimulai dari tidak mau berguru mengantri.....*
Kesimpulan:
Masyarakat menghendaki pelaksanaan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik hendaknya dilakukan dalam bentuk operasional yang sederhana namun benar-benar sanggup dilaksanakan terutama dalam proses berguru mengajar (pbm) dan hal tsb dilakukan secara terus-menerus sehingga sanggup membentuk tabiat pada anak didik.
Selamat hari Guru (Pahlawan Tanpa Tanda Jasa).
Namun dari ketiga aspek tersebut, aspek kognitif seolah menjadi prioritas dalam praktiknya dalam dunia pendidikan. Karena aspek tersebut menyangkut nilai yang didapat seorang anak/siswa dari pengetahuan yang didapatnya di sekolah. Padahal aspek Afektif dan Psikomotorik perlu menjadi perhatian kita biar tahap perkembangan anak menjadi seimbang.
Postingan ini ingin fokus mengulas aspek Afektif di dalam dunia pendidikan. Ranah afektif ialah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi tabiat sikap ibarat perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar menyampaikan bahwa sikap seseorang sanggup diramalkan perubahannya bila seseorang telah mempunyai kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil berguru afektif akan tampak pada penerima didik dalam banyak sekali tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1. Receiving atau attending ( mendapatkan atua memperhatikan)
2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”
3. Valuing (menilai atau menghargai)
4. Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)
Lalu, bagaimana pendapat umum wacana dunia pendidikan kita ? Inilah pendapat sahabat di FB yang kami resume sbb:
Assalamu'alaikum Bapak² dan Ibu² yg di rahmati Allah Ta'ala. Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan fasilitas serta keberkahan didalam beraktifitas. Aamiin.
Masih suasana hari guru, ada materi sharing yg sangat anggun untuk kita dan anak cucu kita yaitu budaya mengantri. Semoga bermanfaat.
*MENGAPA GURU DI NEGARA MAJU LEBIH KHAWATIR JIKA MURIDNYA TIDAK BISA MENGANTRI KETIMBANG TIDAK BISA MATEMATIKA ?*
INILAH JAWABANNYA :
Seorang guru di Australia pernah berkata :
*“Kami tidak terlalu khawatir anak2 sekolah dasar kami tidak berakal Matematika”.*
Kami jauh lebih khawatir jikalau *mereka tidak berakal mengantri.*
Saya tanya "kenapa begitu?”
Jawabnya :
1. *Karena kita hanya perlu melatih anak 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak sampai 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran di balik proses mengantri.*
2. *Karena tidak semua anak kelak menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak jadi penari, atlet, musisi, pelukis, dsb.*
3. *Karena semua murid sekolah niscaya lebih membutuhkan pelajaran Etika Moral dan ilmu mengembangkan dengan orang lain ketika sampaumur kelak.*
”Apakah pelajaran penting di balik budaya MENGANTRI?”
”Oh banyak sekali.."
1. *Anak berguru administrasi waktu jikalau ingin mengantri paling depan tiba lebih awal dan persiapan lebih awal.*
2. *Anak berguru bersabar menunggu gilirannya jikalau ia menerima antrian di tengah atau di belakang.*
3. *Anak berguru menghormati hak orang lain, yang tiba lebih awal sanggup giliran lebih awal.*
4. *Anak berguru disiplin, setara, tidak menyerobot hak orang lain.*
5. *Anak berguru kreatif untuk memikirkan aktivitas apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan ketika mengantri.*
(di Jepang biasanya orang akan membaca buku ketika mengantri)
6. *Anak bisa berguru bersosialisasi menyapa dan berkomunikasi dengan orang lain di antrian.*
7. *Anak berguru tabah dan tabah menjalani proses dalam mencapai tujuannya.*
8. *Anak berguru aturan lantaran akibat, bahwa jikalau tiba terlambat harus mendapatkan konsekuensinya di antrian belakang.*
9. *Anak berguru disiplin, teratur, dan menghargai orang lain.*
10. *Anak berguru mempunyai RASA MALU, jikalau ia menyerobot antrian dan hak orang lain.*
11. *Dan masih banyak pelajaran lainnya, silakan anda temukan sendiri.*
FAKTANYA di Indonesia..
Banyak orang bau tanah justru mengajari anaknya dlm problem mengantri dan menunggu giliran, Sebagai berikut :
1. *Ada orangtua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah hirau taacuh saja, akal-akalan gak tau aja !!”*
2. *Ada orangtua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, lantaran anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.*
3. *Ada orangtua yang menggunakan seni administrasi atau alasan biar beliau atau anaknya diberi jatah antrian terdepan, dengan alasan anaknya masih kecil, capek, rumahnya jauh, orang tak mampu, dsb.*
4. *Ada orang bau tanah yang marah-marah lantaran beliau atau anaknya ditegur gara-gara menyerobot antrian orang lain, kemudian ngajak laga si penegur.*
5. *Dan banyak sekali kasus lain yang mungkin pernah anda alami.*
Yuk kita ajari bawah umur kita, kerabat dan saudara untuk berguru adat sosial, khususnya ANTRI.
*Budaya SUAP dan KORUPSI juga dimulai dari tidak mau berguru mengantri.....*
Kesimpulan:
Masyarakat menghendaki pelaksanaan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik hendaknya dilakukan dalam bentuk operasional yang sederhana namun benar-benar sanggup dilaksanakan terutama dalam proses berguru mengajar (pbm) dan hal tsb dilakukan secara terus-menerus sehingga sanggup membentuk tabiat pada anak didik.
Selamat hari Guru (Pahlawan Tanpa Tanda Jasa).
Belum ada Komentar untuk "✔ Coretan Dihari Guru Yang Terlupakan"
Posting Komentar