✔ Indikator Sikap Hidup Higienis Dan Sehat (Phbs) Di Sekolah

Masih beberapa jam kemudian saya mengikuti sosialisasi yang benar-benar gres (bagi saya). Tentang optimalisasi fungsi UKS di sekolah. Menurut saya, ada beberapa catatan menarik yang harus saya abadikan lewat goresan pena ini. Sambil tentunya mengupdate artikel di blog ini semoga terus “hidup” tiap harinya.

Terutama yang paling mengenai perilaku hidup higienis dan sehat di sekolah. Anda mungkin lebih familiar dengan akronimnya, PHBS. Sore tadi, materi ini hanya disebut sekilas. Soalnya waktu yang tersisa sudah keburu habis. Jadinya saya dibentuk ingin tau dengan topik ini, terutama indikator-indikatornya.

Anda yang lebih dulu tahu mungkin tidak kesulitan mengingat apa indikatornya. Tidak semua, mungkin beberapa. Tapi itu tak berlaku bagi saya. Jujur ini benar-benar hal baru. Saya harus browsing mencari bacaan yang sekiranya bisa menjawab ingin tau ini.

Akhirnya saya menemukan sebuah ebook berformat pdf yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI, judulnya Interaksi Suplemen PHBS di Sekolah. Referensi yang bagus, dan terpercaya tentunya. Disitu tertulis ada 8 hal yang menjadi indikator bahwa sekolah sudah menerapkan teladan hidup higienis dan sehat.

Nah, berhubung buku itu hanya menjelaskan poin-poinnya saja, disini saya mencoba menjabarkannya. Tentunya sesuai kadar kemampuan saya. Sekaligus anda bisa eksklusif mengevaluasi sekolah anda, apakah masing-masing item itu sudah diprogramkan atau belum. Atau sudah diprogramkan tapi belum berjalan dengan baik.

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

Aturannya ialah per kelas ada satu daerah basuh tangan untuk siswa. Tempatnya permanen, berbentuk kran air yang mengalir. Bukan yang membisu menyerupai menyediakan satu timba air. Yang terakhir ini bukan membersihkan penyakit, tapi malah mengumpulkan penyakit.

Untuk menunjangnya, sekolah harus menyediakan sabun dan handuk sebagai sarana suplemen basuh tangan. Ingatkan siswa untuk mencuci tangan tiap menjelang dan setelah istirahat, selesai melaksanakan pekerjaan, dan menyentuh makanan.

2. Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

Indikator ini juga bisa kita maknai seluruh warga sekolah hanya jajan di warung atau kantin yang disediakan sekolah. Siswa tidak dipaksa membeli jajan atau kuliner di kantin, tapi menyadari sendiri jajan disini sudah higienis dan memenuhi standar layak.

Yang perlu diperhatikan ialah kuliner yang banyak mengandung materi berbahaya. Seperti pewarna, pengawet, pengenyal, dan sejenisnya. Tahukah anda trik mendeteksinya? Untuk formalin, cukup kita pakai tusuk gigi yang kita tusukkan pada kunyit, setelah itu kita tusukkan pada bakso. Kalau warnanya berubah, itu tandanya ada formalin.

Untuk penyedap, kita bisa merasakan kuliner itu. Kalau di tenggorokan terasa “nyegrak” dan ada rasa kurang nyaman ketika menelannya, bisa jadi mengandung monosodium glutamat (penyedap rasa) berlebihan. Itu sangat berbahaya pada perkembangan otak siswa anda.

Untuk yang lain, anda bisa searching sendiri bagaimana cara mendeteksinya.

3. Menggunakan jamban yang higienis dan sehat

Banyaknya jamban yang ada di sekolah mengikuti hukum berikut:

  • Jamban siswa putri = jumlah siswa putri : 20
  • Jamban siswa putra = jumlah siswa putra : 25

Sangat dihentikan menggunakan satu ruang untuk digunakan bersama siswa pria dan perempuan, meskipun masih di usia yang sangat dini. Mungkin ada yang menyerupai ini, terutama sekolah-sekolah kecil. Penggunaan satu ruang jamban gotong royong sangat berpotensi meningkatkan penularan penyakit. Sehingga tidak cukup terpisah, jamban sekolah juga cukup ventilasi, pencahayaan, tersedia daerah sampah dan alat-alat pembersih.

4. Olahraga yang teratur dan terukur

Berolahraga sudah masuk pada kurikulum pembelajaran di semua sekolah. Idealnya anak berolahraga tidak hanya seminggu sekali waktu ada pelajaran tersebut, namun setiap hari. Cara mudahnya ialah melaksanakan senam pagi bersama seluruh warga sekolah.

Nah tentunya sekolah perlu menciptakan agenda yang teratur dan terukur. Terukur dalamm arti sesuai dengan kadar usia siswa. Juga di dalam mata pelajaran olahraga (PJOK) dimasukkan materi mengenai PHBS di sekolah.

5. Memberantas jentik nyamuk

Sudahkah sekolah anda punya Jumantik? Ya, juru pemantau jentik. Yang tugasnya mengamati adanya bibit-bibit penyakit yang berasal dari jentik nyamuk di tempat-tempat tergenangnya air. Kalau tidak adapun kita bisa mencegah penyebarannya, yaitu menguras kolam mandi tiap kurang dari 7 hari. Artinya tiap ahad kolam wajib dibersihkan.

Kenapa tujuh hari? Karena itulah waktu yang diharapkan jentik nyamuk hingga bisa terbang. Lebih dari itu, perkembangannya akan lebih cepat lagi. Selain itu, upayakan melaksanakan 3M menyerupai yang biasa kita dengar. Yaitu menguras dan menyikat daerah penampungan air, menutup dengan rapat daerah penampungan air, serta mengubur barang bekas yang bisa menampung air hujan.

6. Tidak merokok di sekolah

Kabarnya ada 4000 lebih zat kimia yang ada pada sebatang rokok. Parahnya zat-zat tersebut bukan hanya berbahaya bagi perokok, namun lebih berbahaya bagi orang di sekitarnya. Artinya ada bawah umur  yang berpotensi menderita ancaman asap rokok yang ada di sekolah.

Meski sudah ada himbauan serius menerapkani lingkungan sekolah tanpa asap rokok, nyatanya belum berjalan efektif. Sebabnya warga sekolah banyak juga yang merokok, baik guru, kepala sekolah, atau penjaga. Perlu sikap lebih bijak jikalau belum bisa meninggalkannya.

Pantangan terbesar ialah merokok yang hingga diketahui siswa. Itu harus dihindari di era siswa ketika ini. Mereka akan gampang menemukan alasan untuk mengikuti kebiasaan jelek itu.

7. Menimbang berat tubuh dan mengukur tinggi tubuh setiap bulan

Indikator sekolah sehat berikutnya yaitu adanya catatan periodik berat dan tinggi siswa. Kita tahu begitu cepatnya pertumbuhan dan perkembangan siswa, sehingga perlu pencatatan perubahan tubuhnya secara rutin.

Dengan memegang catatan berat dan tinggi tubuh siswa maka guru gampang memprediksi kondisi kesehatan dan gizinya. Nah sekolah bisa menjadwalkan penimbangan berat tubuh dan pengukuran tinggi secara rutin tiap bulan, atau 2 bulan sekali, maksimal 6 bulan sekali. Serta menyiapkan sarana yang memudahkan proses penimbangan dan pengukuran itu.

8. Membuang sampah pada tempatnya

Tiap ruang yang ada di sekolah perlu ada minimal satu daerah sampah. Sampah tidak boleh mengendap lebih satu hari. Artinya tiap hari sampah itu harus dibuang ke daerah pembuangan akhir. TPA (tempat pembuangan akhir) diatur jaraknya jangan hingga terlalu akrab dengan kelas siswa belajar.

Guru juga bisa mencar ilmu mengolah sampah itu menjadi barang yang mempunyai kegunaan (daur ulang). Banyak produk mempunyai kegunaan kini yang merupakan produk olahan sampah. Hal ini tentu akan lebih berkesan jikalau mengajak siswa terlibat dalam proses daur ulang itu.

. . .

Akhirnya tuntas sudah penjabarannya. Sebenarnya saya ingin menambah satu indikator yang berdasarkan saya penting, yaitu sekolah mempunyai tim pengawas PHBS. Anggotanya ialah dewan guru bersama masyarakat sekitar radius 500 meter (500 meter ialah radius target agenda UKS di sekolah).

Tim pengawas ini bertugas mengawal konsistensi seluruh warga sekolah dan masyarakat sekitar dalam melaksanakan hal-hal yang tercantum di atas. Karena kita tahu di sekolah, pembiasaan menjadi kunci dalam penanaman abjad pada siswa.

Itulah ulasan saya kali ini ihwal indikator sikap hidup higienis dan sehat (PHBS) di sekolah. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Belum ada Komentar untuk "✔ Indikator Sikap Hidup Higienis Dan Sehat (Phbs) Di Sekolah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel