✔ Konsep Media Pembelajaran
Pembelajaran mengandung dua kegiatan dan melibatkan dua pihak, kegiatan yang dimaksud yaitu berguru dan membelajarkan. Belajar yaitu proses perubahan sikap sebagai akhir dari interkasi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Siswa yaitu pihak yang menjadi fokus sebagai pelaku belajar, sedangkan guru yaitu pihak yang menjadi fokus untuk membuat situasi sampai terjadinya proses berguru pada diri siswa.
Belajar dan membelajarkan merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang mendapatkan materi pelajaran. Kedua konsep tersebut akan terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajar. Belajar yang dilakukan oleh siswa bukan hanya menghafal, bukan pula hanya mengingat, berguru yaitu sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan sikap pada diri seseorang. Perubahan sikap sebagai hasil berguru sanggup ditujukan dalam banyak sekali bentuk menyerupai perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan lain-lain yang melibatkan semua aspek siswa. Dengan demikian berguru merupakan proses aktivitas, menuntut acara siswa, berguru menuntut pencapaian tujuan melalui banyak sekali pengalaman. Dengan demikian, Nana Sudjana (2002) menjelaskan bahwa inti dari upaya mewujudkan acara berguru pada diri siswa yaitu harus bertitik tolak pada “Bagaimana upaya guru untuk berbagi dan membuat serta mengatur situasi yang memungkinkan siswa melaksanakan proses belajar, sehingga bisa merubah sikap dalam proses pengajaran”. Dengan demikian tugas guru menjadi amat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran intinya menuntut kemampuan guru dalam mengendalikan kegiatan berguru siswa. Meski tidak setiap kegiatan berguru siswa bergantung kepada kehadiran guru, namun terdapat hubungan alasannya yaitu akhir antara guru mengajar dan murid belajar. Oleh lantaran itu, salah satu tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran yaitu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga para peserta didik sanggup mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya proses pembelajaran formal dalam semua tingkatan termasuk di Sekolah Dasar, memakai komunikasi tatap muka pribadi (face to face) dengan memakai bahasa lisan. Profesionalisme guru dalam berbahasa verbal merupakan modal utama yang harus dimiliki sehingga para peserta didik sanggup mengikuti proses pembelajaran dengan mudah, menyenangkan dan bisa menyimak apa yang diucapkan guru, termasuk memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, apabila kita hanya memakai bahasa verbal saja, akan muncul sejumlah persolan, baik yang muncul dari keterbatasan guru itu sendiri, sifat dan karakteristik materi ajar, dan suasana dimana proses pembelajaran sedang berlangsung. Terlebih pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar, secara psikologis anak pada jenjang pendidikan awal menuntut isu yang jelas, tidak verbalistik, sederhana dan contoh pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) serta sesuai dengan keterampilan berpikir siswa. Keterampilan berpikir terdiri dari keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985), proses berpikir dasar merupakan citra dari proses berpikir rasional dimana proses berpikir rasional merupakan sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu berdasarkan Novak (1979), proses berpikir dasar mencakup proses mental yang merupakan citra berpikir rasional yang terdiri dari sepuluh kemampuan yaitu menghafal (recalling), membayangkan (imagining), mengelompokkan (classifiying), menggeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis (analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan menyimpulkan (infering).
Dari tabel di atas sanggup dijelaskan bahwa keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan dari keterampilan berpikir rasional dengan proses berpikir kompleks yang mencakup pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Menciptakan pembelajaran yang efektif dengan keterlibatan siswa biar terjadi optimalisasi berguru dan cara menumbuhkan keterampilan dasar dan keterampilan komplek pada siswa, bukan sesuatu yang mudah. Hal ini memerlukan aspek lain yang bukan hanya kemampuan verbal melainkan pelibatan banyak sekali sumber berguru (learning resources) yang dipakai siswa dengan kehadiran dan penggunaan secara tepat. Oleh lantaran itu, diharapkan media pembelajaran sebagai bab dari sumber belajar. Media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, penggunaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan acara siswa, meningkatkan motivasi berguru siswa. Ketepatan penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman kita terhadap ragam dan karakteristik media tersebut. Setiap jenis media pembelajaran mempunyai kekhasan tersendiri. Hal ini perlu dijadikan bab kemampuan dan keterampilan guru sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki menuju guru yang profesional.
(Sumber : Cepi Riana et al, Komputer & Media Pendidikan di Sekolah Dasar)
Belajar dan membelajarkan merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang mendapatkan materi pelajaran. Kedua konsep tersebut akan terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajar. Belajar yang dilakukan oleh siswa bukan hanya menghafal, bukan pula hanya mengingat, berguru yaitu sebuah proses yang ditandai dengan adanya perubahan sikap pada diri seseorang. Perubahan sikap sebagai hasil berguru sanggup ditujukan dalam banyak sekali bentuk menyerupai perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, daya penerimaan dan lain-lain yang melibatkan semua aspek siswa. Dengan demikian berguru merupakan proses aktivitas, menuntut acara siswa, berguru menuntut pencapaian tujuan melalui banyak sekali pengalaman. Dengan demikian, Nana Sudjana (2002) menjelaskan bahwa inti dari upaya mewujudkan acara berguru pada diri siswa yaitu harus bertitik tolak pada “Bagaimana upaya guru untuk berbagi dan membuat serta mengatur situasi yang memungkinkan siswa melaksanakan proses belajar, sehingga bisa merubah sikap dalam proses pengajaran”. Dengan demikian tugas guru menjadi amat penting untuk keberhasilan proses pembelajaran.
Proses pembelajaran intinya menuntut kemampuan guru dalam mengendalikan kegiatan berguru siswa. Meski tidak setiap kegiatan berguru siswa bergantung kepada kehadiran guru, namun terdapat hubungan alasannya yaitu akhir antara guru mengajar dan murid belajar. Oleh lantaran itu, salah satu tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran yaitu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga para peserta didik sanggup mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya proses pembelajaran formal dalam semua tingkatan termasuk di Sekolah Dasar, memakai komunikasi tatap muka pribadi (face to face) dengan memakai bahasa lisan. Profesionalisme guru dalam berbahasa verbal merupakan modal utama yang harus dimiliki sehingga para peserta didik sanggup mengikuti proses pembelajaran dengan mudah, menyenangkan dan bisa menyimak apa yang diucapkan guru, termasuk memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, apabila kita hanya memakai bahasa verbal saja, akan muncul sejumlah persolan, baik yang muncul dari keterbatasan guru itu sendiri, sifat dan karakteristik materi ajar, dan suasana dimana proses pembelajaran sedang berlangsung. Terlebih pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar, secara psikologis anak pada jenjang pendidikan awal menuntut isu yang jelas, tidak verbalistik, sederhana dan contoh pembelajaran menyenangkan (joyfull learning) serta sesuai dengan keterampilan berpikir siswa. Keterampilan berpikir terdiri dari keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks. Menurut Presseisen (dalam Costa, 1985), proses berpikir dasar merupakan citra dari proses berpikir rasional dimana proses berpikir rasional merupakan sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Sementara itu berdasarkan Novak (1979), proses berpikir dasar mencakup proses mental yang merupakan citra berpikir rasional yang terdiri dari sepuluh kemampuan yaitu menghafal (recalling), membayangkan (imagining), mengelompokkan (classifiying), menggeneralisasikan (generalizing), membandingkan (comparing), mengevaluasi (evaluating), menganalisis (analizing), mensintesis (synthesizing), mendeduksi (deducing), dan menyimpulkan (infering).
Dari tabel di atas sanggup dijelaskan bahwa keterampilan berpikir kompleks merupakan perpaduan dari keterampilan berpikir rasional dengan proses berpikir kompleks yang mencakup pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Menciptakan pembelajaran yang efektif dengan keterlibatan siswa biar terjadi optimalisasi berguru dan cara menumbuhkan keterampilan dasar dan keterampilan komplek pada siswa, bukan sesuatu yang mudah. Hal ini memerlukan aspek lain yang bukan hanya kemampuan verbal melainkan pelibatan banyak sekali sumber berguru (learning resources) yang dipakai siswa dengan kehadiran dan penggunaan secara tepat. Oleh lantaran itu, diharapkan media pembelajaran sebagai bab dari sumber belajar. Media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung, penggunaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan acara siswa, meningkatkan motivasi berguru siswa. Ketepatan penggunaan media pembelajaran tidak terlepas dari pemahaman kita terhadap ragam dan karakteristik media tersebut. Setiap jenis media pembelajaran mempunyai kekhasan tersendiri. Hal ini perlu dijadikan bab kemampuan dan keterampilan guru sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki menuju guru yang profesional.
(Sumber : Cepi Riana et al, Komputer & Media Pendidikan di Sekolah Dasar)
Belum ada Komentar untuk "✔ Konsep Media Pembelajaran"
Posting Komentar