✔ Proses Penilaian Aktivitas Supervisi Pendidikan
Proses Evaluasi Program Supervisi Pendidikan - . Dalam proses penilaian di bidang supervisi pendidikan seorang supervisor sanggup mempertimbangkan untuk melaksanakan sendiri (single - process) atau bahu-membahu dengan stafnya (cooperative process). Mengingat bahwa supervisi pendidikan bukan tanggung jawab pribadi supervisor, melainkan merupakan karya dan tanggung jawab bersama, maka penilaian sebagai bab yang esensial untuk menilai keberhasilan aktivitas supervisi pendidikan haruslah dilakukan secara kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip supervisi pendidikan haruslah dilakukan secara kooperatif dengan berlandaskan pada prinsip prinsip pendidikan yang demokratis dimana seluruh staf dan pihak-pihak yang berkepentingan diikutsertakan atau wakil-wakilnya yang representative dan dikerahkan untuk proses penilaian dalam suatu wadah "musyawarah”.
Proses penilaian aktivitas supervisi pendidikan intinya berupa prosedur, tahapan-tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh supervisor dalam mengevaluasi keberhasilan aktivitas supervisi pendidikan. Adapun langkah-langkah yang sanggup ditempuh mencakup merumuskan tujuan penilaian menyeleksi alat-alat evaluasi, menyusun alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah hasil-hasil evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan sebagai langkah terakhir yaitu follow up. Lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan langkah-langkah tersebut satu persatu.
1. Merumuskan tujuan evaluasi
Supervisor dalam wadah tersebut pertama-tama harus memilih bersama apa yang hendak dicapai dalam aktivitas evaluasinya. Dalam proses yang bersifat kooperatif dibutuhkan waktu untuk mencapai janji ihwal tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang merupakan aliran dan aba-aba dalam memilih aspek-aspek yang akan dievaluasi. Untuk mempermudah proses perumusan tujuan sebaiknya terlebih dahulu diadakan survey atau penelitian sebagai perjuangan menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan evaluasional suatu situasi, contohnya dengan cara:
a. metode analisa: menganalisis tujuan-tujuan umum pendidikan dan supervisi pendidikan yang telah dituangkan dalam aktivitas supervisi pendidikan. Metode ini dipakai untuk menganalisa kebutuhan-kebutuhan untuk mengevaluasi.
b. Metode angket: mengumpulkan pendapat-pendapat secara tertulis dari pihak-pihak yang bersangkutan, baik secara pribadi maupun tidak pribadi dalam rangka memilih kebutuhan-kebutuhan.
c. metode wawancara: menanyakan pribadi secara verbal pendapat-pendapat dari pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Sehubungan dengan adanya penelitian atau survey ini kiranya perlu ada panitia khusus atau panitia survey. Panitia ini tidak cukup hanya menyusun suatu daftar mengenai tujuan–tujuan pokok yang hendak dicapai dalam aktivitas penilaian supervisi pendidikan, tetapi hendaknya tujuan –tujuan itu dirinci dan dirumuskan secara definitif biar lebih terang target evaluasinya.
2. Penyeleksi alat-alat evaluasi
Sebnarnya alat-alat penilaian pendidikan sangat banyak baik alat-alat yang sanggup dikelompokkan didalam teknik tes maupun teknik non tes. Tetapi tidak semua alat-alat yang secara formal telah disusun secara terstandar dalam penilaian pendidikan itu sesuai dan sanggup dipakai untuk setiap tujuan penilaian aktivitas supervisi pendidikan. Oleh alasannya yaitu itu supervisor pendidikan bahu-membahu stafnya perlu mengadakan pilihan atau menyeleksi alat-alat yang sekiranya lebih cepat dan lebih baik untuk dipakai dalam situasi tertentu.
3. Menyusun alat evaluasi
Bagi beberapa tujuan aktivitas penilaian supervisi pendidikan alat-alat formal menyerupai tes, skala penilaian atau bentuk-bentuk lainnya yang tidak sesuai walaupun telah disusun secara terstandar. Apalagi di Indonesia alat-alat semacam itu masih sangat terbatas dan kebanyakan masih merupakan terjemahan dari banyak sekali penilaian asing.
Jika terjadi yang demikian itu supervisor pendidikan bersama stafnya harus menyusun sendiri alat-alat penilaian yang dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut, supervisor perlu mempunyai pengetahuan yang cukup luas ihwal betuk-bentuk tes sehingga sanggup membantu staf dan atau menyusun sendiri alat-alat penilaian yang dibutuhkan.
Dalam proses penyusunan alat-alat penilaian ini panitia atau penyusun hendaknya mengajak pula pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyumbangkan ide-ide bagi perumusan item-item (pernyataan-pernyataan/pertanyaan-pertanyaan) yang diperlukan. Misalnya tiap guru diberi kesempatan menyatakan beberapa aspek mengenai “kepemimpinan” kalau hendak mengevaluasi ihwal efektifitas kepemimpinan kepala sekolah, atau mengenai “perasaan kelompok” kalau hendak mengevalusi ihwal ketrampilan-ketrampilan ketua dalam memimpin rapat dan sebagainya.
Jika semua pertolongan pikiran itu telah diterima, harus dituangkan dalam suatu bentuk tertentu dan diperbanyak untuk disampaikan kembali kepada guru-guru untuk dikoreksi atau diperbaiki. Hasil terakhir sehabis disempurnakan, dirumuskan dalam bentuk yang permanen dapatlah dipakai sebagai alat penilaian yang disusun sendiri.
4. Menerapkan alat-alat evaluasi
Alat-alat penilaian yang telah disusun sendiri untuk menilai suatu situasi diterapkan yaitu disebarkan kepada pihak –pihak yang bersangkutan (sample) untuk dijawab. Semua lembaran dikumpulkan atau dikembalikan kepada panitia secara bebas tanpa membading-bandingkan tanggapan seseorang dengan seseorang yang lain. Untuk menghindari saling terpengaruh opini orang lain maka perlu ditandaskan bahwa pada ketika memperlihatkan jawaban/ pertimbangan supaya lepas dari pendapat orang lain.
5. Mengolah hasil-hasil evaluasi
Hasil-hasil yang diperoleh dalam penilaian perlu diolah berdasarkan tata cara tertentu.Dalam hal ini kiranya perlu dibuat suatu sub panitia khusus untuk menganalisis hasl-hasil yang diperoleh. Adapun tata cara pengolahan biasanya mencakup kegiatan yang dimulai dari kegiatan investigasi berkas kemudian, diseleksi, diklasifikasi, dan mungkin saja perlu pula perhitungan-perhitungan statistik menyerupai menghitung prosentase, mentabulasi, dan seterusnya. Hasil Pengolahan tersebut perlu diiterprestasikan guna memperoleh kesimpulan-kesimpulan tertentu mengenai “sampai dimana terwujudnya tujuan” supervisi pendidikan yang telah ditetapkan.
6. Menyimpulkan hasil-hasil Evaluasi
Tidaklah gampang mengintrepretasikan dan menyimpulkan hasil-hasil suatu kegiatan penilaian . Suatu sub panitia khusus sanggup melaksanakan fungsi ini dengan baik dan efektif apabila terpilih dari mereka yang cukup jago untuk mengadakan analisis terhadap hasil-hasil dan implikasi-implikasinya bagi tindakan. Supervisor sanggup memanfaatkan hasil-hasil penilaian ini semaksimal mungkin.
7. Follow Up Evaluasi
Agar penilaian terhadap aktivitas supervisi pendidikan bermanfaat perlu sekali dipikirkan oleh supervisor akan tindak lanjutnya. Biasanya tindak lanjut atau follow up dari hasil-hasil penilaian yang diperoleh perlu sekali menerima supervisi yang seksama dan kontinyu dari supervisor dalam rangka pengembangan aktivitas supervisinya.
Proses penilaian aktivitas supervisi pendidikan intinya berupa prosedur, tahapan-tahapan, atau langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh supervisor dalam mengevaluasi keberhasilan aktivitas supervisi pendidikan. Adapun langkah-langkah yang sanggup ditempuh mencakup merumuskan tujuan penilaian menyeleksi alat-alat evaluasi, menyusun alat evaluasi, menerapkan alat evaluasi, mengolah hasil-hasil evaluasi, menyimpulkan hasil evaluasi, dan sebagai langkah terakhir yaitu follow up. Lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan langkah-langkah tersebut satu persatu.
1. Merumuskan tujuan evaluasi
Supervisor dalam wadah tersebut pertama-tama harus memilih bersama apa yang hendak dicapai dalam aktivitas evaluasinya. Dalam proses yang bersifat kooperatif dibutuhkan waktu untuk mencapai janji ihwal tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang merupakan aliran dan aba-aba dalam memilih aspek-aspek yang akan dievaluasi. Untuk mempermudah proses perumusan tujuan sebaiknya terlebih dahulu diadakan survey atau penelitian sebagai perjuangan menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan evaluasional suatu situasi, contohnya dengan cara:
a. metode analisa: menganalisis tujuan-tujuan umum pendidikan dan supervisi pendidikan yang telah dituangkan dalam aktivitas supervisi pendidikan. Metode ini dipakai untuk menganalisa kebutuhan-kebutuhan untuk mengevaluasi.
b. Metode angket: mengumpulkan pendapat-pendapat secara tertulis dari pihak-pihak yang bersangkutan, baik secara pribadi maupun tidak pribadi dalam rangka memilih kebutuhan-kebutuhan.
c. metode wawancara: menanyakan pribadi secara verbal pendapat-pendapat dari pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Sehubungan dengan adanya penelitian atau survey ini kiranya perlu ada panitia khusus atau panitia survey. Panitia ini tidak cukup hanya menyusun suatu daftar mengenai tujuan–tujuan pokok yang hendak dicapai dalam aktivitas penilaian supervisi pendidikan, tetapi hendaknya tujuan –tujuan itu dirinci dan dirumuskan secara definitif biar lebih terang target evaluasinya.
2. Penyeleksi alat-alat evaluasi
Sebnarnya alat-alat penilaian pendidikan sangat banyak baik alat-alat yang sanggup dikelompokkan didalam teknik tes maupun teknik non tes. Tetapi tidak semua alat-alat yang secara formal telah disusun secara terstandar dalam penilaian pendidikan itu sesuai dan sanggup dipakai untuk setiap tujuan penilaian aktivitas supervisi pendidikan. Oleh alasannya yaitu itu supervisor pendidikan bahu-membahu stafnya perlu mengadakan pilihan atau menyeleksi alat-alat yang sekiranya lebih cepat dan lebih baik untuk dipakai dalam situasi tertentu.
3. Menyusun alat evaluasi
Bagi beberapa tujuan aktivitas penilaian supervisi pendidikan alat-alat formal menyerupai tes, skala penilaian atau bentuk-bentuk lainnya yang tidak sesuai walaupun telah disusun secara terstandar. Apalagi di Indonesia alat-alat semacam itu masih sangat terbatas dan kebanyakan masih merupakan terjemahan dari banyak sekali penilaian asing.
Jika terjadi yang demikian itu supervisor pendidikan bersama stafnya harus menyusun sendiri alat-alat penilaian yang dibutuhkan. Dalam hubungannya dengan hal tersebut, supervisor perlu mempunyai pengetahuan yang cukup luas ihwal betuk-bentuk tes sehingga sanggup membantu staf dan atau menyusun sendiri alat-alat penilaian yang dibutuhkan.
Dalam proses penyusunan alat-alat penilaian ini panitia atau penyusun hendaknya mengajak pula pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyumbangkan ide-ide bagi perumusan item-item (pernyataan-pernyataan/pertanyaan-pertanyaan) yang diperlukan. Misalnya tiap guru diberi kesempatan menyatakan beberapa aspek mengenai “kepemimpinan” kalau hendak mengevaluasi ihwal efektifitas kepemimpinan kepala sekolah, atau mengenai “perasaan kelompok” kalau hendak mengevalusi ihwal ketrampilan-ketrampilan ketua dalam memimpin rapat dan sebagainya.
Jika semua pertolongan pikiran itu telah diterima, harus dituangkan dalam suatu bentuk tertentu dan diperbanyak untuk disampaikan kembali kepada guru-guru untuk dikoreksi atau diperbaiki. Hasil terakhir sehabis disempurnakan, dirumuskan dalam bentuk yang permanen dapatlah dipakai sebagai alat penilaian yang disusun sendiri.
4. Menerapkan alat-alat evaluasi
Alat-alat penilaian yang telah disusun sendiri untuk menilai suatu situasi diterapkan yaitu disebarkan kepada pihak –pihak yang bersangkutan (sample) untuk dijawab. Semua lembaran dikumpulkan atau dikembalikan kepada panitia secara bebas tanpa membading-bandingkan tanggapan seseorang dengan seseorang yang lain. Untuk menghindari saling terpengaruh opini orang lain maka perlu ditandaskan bahwa pada ketika memperlihatkan jawaban/ pertimbangan supaya lepas dari pendapat orang lain.
5. Mengolah hasil-hasil evaluasi
Hasil-hasil yang diperoleh dalam penilaian perlu diolah berdasarkan tata cara tertentu.Dalam hal ini kiranya perlu dibuat suatu sub panitia khusus untuk menganalisis hasl-hasil yang diperoleh. Adapun tata cara pengolahan biasanya mencakup kegiatan yang dimulai dari kegiatan investigasi berkas kemudian, diseleksi, diklasifikasi, dan mungkin saja perlu pula perhitungan-perhitungan statistik menyerupai menghitung prosentase, mentabulasi, dan seterusnya. Hasil Pengolahan tersebut perlu diiterprestasikan guna memperoleh kesimpulan-kesimpulan tertentu mengenai “sampai dimana terwujudnya tujuan” supervisi pendidikan yang telah ditetapkan.
6. Menyimpulkan hasil-hasil Evaluasi
Tidaklah gampang mengintrepretasikan dan menyimpulkan hasil-hasil suatu kegiatan penilaian . Suatu sub panitia khusus sanggup melaksanakan fungsi ini dengan baik dan efektif apabila terpilih dari mereka yang cukup jago untuk mengadakan analisis terhadap hasil-hasil dan implikasi-implikasinya bagi tindakan. Supervisor sanggup memanfaatkan hasil-hasil penilaian ini semaksimal mungkin.
7. Follow Up Evaluasi
Agar penilaian terhadap aktivitas supervisi pendidikan bermanfaat perlu sekali dipikirkan oleh supervisor akan tindak lanjutnya. Biasanya tindak lanjut atau follow up dari hasil-hasil penilaian yang diperoleh perlu sekali menerima supervisi yang seksama dan kontinyu dari supervisor dalam rangka pengembangan aktivitas supervisinya.
Belum ada Komentar untuk "✔ Proses Penilaian Aktivitas Supervisi Pendidikan"
Posting Komentar