✔ Dasar-Dasar Penilaian Supervisi Pendidikan

Dasar-dasar Evaluasi Supervisi Pendidikan - .  Keberhasilan supervisi pendidikan sanggup dievaluasi dengan mengukur perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan yang ada pada periode waktu tertentu dalam keseluruhan jadwal pendidikan. William H.Burton dan Leo J Bruekner menyebutkan bidang-bidang yang akan diubah dalam, penilaian keberhasilan jadwal supervisi pendidikan sebagai berikut:
  1. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
  2. Perbaikan kurikulum.
  3. Perbaikan praktik pengajaran, termasuk perkembangan langsung guru. 
  4. Perbaikan atau peningkatan kualitas dan pemberdayagunaan kualitas materi pelajaran dan alat bantu mencar ilmu mengajar.
  5. Perbaikan kekerabatan sekolah dengan masyarakat.(William H.Burton dan Leo J Bruekner, 1966)
Selain dari perubahan-perubahan ibarat diatas sebagai dasar penilaian sanggup juga memperhatikan hal-hal lain, contohnya hasil kepemimpinan yang dicapai oleh mereka yang bertanggung jawab atas perbaikan mencar ilmu mengajar, pengukuran terhadap tujuan-tujuan jadwal supervisi yang telah dicapai, aktifitas-aktifitas supervisor sehari-hari.

Untuk memperoleh data penilaian yang lengkap perlu digali banyak sekali informasi. Informasi ini sanggup tiba dari staf sekolah dan dokumen-dokumen yang ada disekolah.Banyak metode yang sanggup dipakai untuk mengali data ini, anatara lain dengan wawancara, observasi, angket, dokumen bidang studi. Kelengkapan yang akan dijadikan dasar pengambilan kesimpulan sangat penting. Makin lengkap data yang kita peroleh makin mendekati ketepatan dalam mengambil kesimpulan.

Selain mempertimbangkan metode-metode yang akan dipakai untuk memperoleh data yang lengkap, perlu kirannya juga mempertimbangkan pendekatan-pendekatan apa yang akan ditempuh dalam mengevaluasi supervisi pendidikan. Pada dasarnya ada dua pendekatan yang sanggup dipakai oleh supervisi dalam mengevaluasi supervisi pendidikan, yaitu pendekatam menurut kriteria dan pendekatan yang menurut norma.

1.    Pendekatan penilaian menurut kriteria
Evaluasi yang memakai pendekatan ini mendasarkan diri pada ukuran mutlak. Istilah lain pendekatan ini yakni “Criterion Reverence Evaluation Approach”. Pendekatan ini menjelaskan bahwa sebelum supervisor mengadakan penilaian ia telah memilih patokan atau kriteria sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan supervisi pendidikan. Patokan ini telah dipegang teguh sebelumnya sehingga penentuan keberhasilan pelaksanaan jadwal supervisi pendidikan didasarkan pada patokan atau kriteria ini.

Sebagai teladan supervisor tetapkan bahwa hasil penilaian nanti, apabila seseorang telah mencapai skor 65 ke atas, maka sanggup dikatakan bahwa pelaksanaan supervisinya berhasil, sedangkan apabila mencapai skor 64 ke bawah, maka sanggup dikatakan Bahwa pelaksanaan supervisinya tidak berhasil. Contoh lain contohnya supervisor menciptakan kelas interval dengan skor-skor hasil evaluasinya ibarat berikut ini.
1.    Skor 00    -    20    yakni sangat kurang
2.    Skor 21    -    40    yakni kurang
3.    Skor 41    -    60    yakni cukup
4.    Skor 61    -    80    yakni baik
5.    Skor 81    -    100     yakni sangat baik

Begitulah seterusnya Supervisor sanggup menciptakan bersama stafnya ihwal kriteria yang akan dipakai dalam mengevaluasi supervisi pendidikan. Tetapi yang perlu diingat oleh supervisor yakni bahwa patokan atau kriteria telah dibentuk sebelumnya terus dipegang teguh secara murni lantaran ciri itulah yang berhasil pada pendekatan penilaian menurut kriteria.

2.    Pendekatan penilaian menurut norma.
Pendekatan ini disebut juga “Norm reference Evaluation Approch”. Pendekatan memakai ukuran yang relatif. Hasil nilai yang diperoleh untuk acara tertentu berasal dari pengolahan skor-skor dengan norma tertentu. Pendekatan ini dipakai apabila menilai lebih dari satu supervisor, sehingga sanggup membandingkan hasil penilaian seseorang dengan hasil penilaian orang lain. Dari sini sanggup diketahui kedudukan seseorang dalam keseluruhan teman lainnya. Nilai seseorang belum sanggup diketahui sebelum dicari rata-rata skor kelompok, kemudian skor masing-masing orang dibandingkan dengan skor rata-rata itu. Biasanya skor rata-rata ini dipakai untuk memilih nilai sedang atau batas nilai keberhasilan ibarat nilai 6 dalam skala 1 – 100.

Sebagai teladan yakni sebuah penilaian yang skor maksimalnya 50. Berarti apabila berhasil mutlak akan mendapat skor 50. sehabis dikumpulkan hasil penilainnya diketemukan hasil tertinggi dan hasil terendah 20, semua skor yang diperoleh ini sesuai dengan jumlah yang di nilai di jumlahkan yang kemudian di bagi jumlah responden yang dinilai. Hasil pembagian tersebut yakni 23. Berarti responden yang mendapat skor 25 akan memperoleh nilai 6, sedangkan untuk nilai responden lainnya tinggal menyesuaikannya, contohnya dengan membaca skala interval ibarat berikut:
1.    Skor     39 - 42     akan mendapat nilai 10
2.    Skor     35 - 38     akan mendapat nilai 9
3.    Skor     31 - 34     akan mendapat nilai 8
4.    Skor     27 - 30     akan mendapat nilai 7
5.    Skor     23 - 26     akan mendapat nilai 6
6.    Skor    19 - 22     akan mendapat nilai 5
7.    begitulah seterusnya

Contoh di atas yakni jalan termudah. Namun bersama-sama pendekatan norma dalam penilaian sanggup dilakukan melalui nilai-nilai baris skor-skor mentah, sanggup melihat ranking, Kemudian dicari mean atau rata-rata hitung serta standar deviasinya. Setelah ini ditentukan skor standar sehingga dari skor standar ini dipindahkan ke nilai, yang menggambarkan kualitas.

Selanjutnya ditinjau dari cara menggambarkan balasannya ada dua cara, yaitu sanggup berupa penilaian kuantitatif dan Penilaian Kualitatif. Dengan cara penilaian kuantitatif, cara penilaian ini balasannya di wujudkan dalam bentuk angka-angka hasil penilaian ini sudah menggambarkan kualitas dari apa yang telah di nilai. Kaprikornus bukan lagi berupa skor mentah yang gres menggambarkan hasil pengukuran yang menyampaikan frekuensi atau jumlah. Sedangkan dengan cara penilaian ini balasannya di wujudkan dalam bentuk pernyataan dengan kata-kata. Misalnya: Baik, cukup kurang sangat kurang dan sebagainya. Biasanya cara penilaian kualitatif ini akan lebih obyektif apabila didasarkan atas pengolahan data yang berupa angka juga Sebab tidak gampang begitu saja menyampaikan baik apabila tidak didasari oleh data tertentu. Begitu pula kreteria “Baik” itu harus terang mengapa dikatakan demikian.

Belum ada Komentar untuk "✔ Dasar-Dasar Penilaian Supervisi Pendidikan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel