✔ Permasalahan Statistik Berdasarkan Hananto Sigit
| Artikel ini diambil dari buku Prof. Drs. Anas Sudijono dalam buku Pengantar Statistik Pendidikan (2010:7-9) sbb:
Hananto Sigit, B. St., dalam bukunya Statistik Suatu Pengantar (1966) mengemukakan ada tiga permasalahan dasar dalam Statistik, yaitu: (1) Permasalahan wacana Rata-rata (Average), (2) Permasalahan wacana Pemencaran atau Penyebaran (Variability atau Dilpersion), dan (3) Permasalahan wacana Saling-Hubungan (Korelasi).
Menurut Hananto Sigit, kita tidak perlu berpikir jauh-jauh dan mendalam jikalau kita ingin tahu apa duduk kasus statistik yang bahwasanya itu. Pada dasarnya setiap orang, baik sadar ataupun tidak, telah berpikir dengan mempergunakan ide-ide statistik (statistical ideas). Betapa tidak, kita sering mempergunakan pengertian “rata-rata” (average) dalam kehidupan kita sehari-hari. Seorang gnu akan mengambil nilai rata-rata yang diperoleh muridnya untuk mengetahui bagaimana kualitas muridnya; seorang produsen antara lain akan memakai angka rata-rata penghasilan penduduk pada suatu kawasan untuk mengetahui apakah kira-kira marketing hasil produksinya sanggup berhasil; seorang sarjana ekonomi akan mempergunakan pendapatan nasional per kapita untuk mengetahui bagaimanakah keadaan kehidupan masyarakat suatu negara. Semua telah mengenal konsep “rata-rata” ini baik dipergunakan untuk tujuan yang tinggi dan muluk ataupun untuk hal yang sepele dan sederhana.
Suatu duduk kasus statistik lainnya yaitu apa yang dikenal dengan nama “dispersi” (dispersion) atau “variabilitas”. Seorang guru mungkin akan berkata bahwa kepandaian muridnya dari kelas A yaitu lebih merata (homogen) daripada murid kelas B. Dalam hal ini murid kelas B perbedaan kepandaiannya satu dengan lainnya lebih tajam daripada antarmurid dalam kelas A. Seorang produsen bola lampu listrik akan mengharapkan kualitas bola lampu listrik yang diproduksinya sedapat mungkin seragam; artinya jangan ada perbedaan ketahanan (umurnya) yang berbeda-beda besar antara bola lampu yang satu dengan lainnya, variabilitas kualitas bola lampu listrik itu biar sekecil mungkin. Dengan sederhana di sini kita telah mengenal kata yang sudah diindonesiakan, yaitu “variasi” yang artinya: “banyak ragamnya”. Dalam kehidupan sehari-hari kita bahagia pada sesuatu yang kaya variasinya sampai tidak membosankan. Tetapi dalam statistik justru kita biasanya mengusahakan biar sesuatu itu tidak banyak variasinya, biar variabilitasnya kecil. Ukuran variabilitas yang kecil akan menunjukkan kualitas yang tinggi. Secara senda gurau, mungkin inilah sebabnya mengapa statistik dianggap membosankan oleh sebagian besar orang.
Sebuah duduk kasus lain lagi dari statistik yaitu duduk kasus wacana “korelasi” atau “asosiasi”, duduk kasus hubungan. Seseorang mungkin berkata bahwa jikalau ada “bintang berekor” di langit maka akan murah sandang pangan; atau seorang produsen mungkin berkata bahwa jikalau inflasi makin deras, maka akan banyak perusahaan gulung tikar; atau seorang guru akan berkata bahwa mereka yang bakir dalam matematika juga akan bakir dalam ilmu Esika, dan sebagainya.
Tiga duduk kasus statistik: “rata-rata”, “variabilita” dan “korelasi” inilah yang merupakan duduk kasus dasar statistik-suatu duduk kasus yang niscaya sudah tidak gila lagi. Semua duduk kasus tersebut akan sanggup dinyatakan dengan besaran bilangan, dan dengan batas-batas tertentu kita nantinya sanggup menganalisis lebih lanjut.
Menurut penulis, sebelum memasuki ke tiga jenis permasalahan sebagaimana dikemukakan oleh Hananto Sigit di atas tadi, ada satu permasalahan awal yang sangat sederhana, yaitu duduk kasus wacana distribusi frekuensi atau duduk kasus wacana pencaran frekuensi yang dalam aktivitas analisis statistik boleh dikatakan merupakan “kunci pembuka”-nya. Erat sekali kaitannya dengan pernyataan di atas, aku kira perlu dibicarakan dahulu permasalahan wacana Distribusi Frekuensi Rata-rata, Penyebaran Data dan Karelasi.
Sumber:
Sudijono, Anas, 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cetakan ke-22.
Hananto Sigit, B. St., dalam bukunya Statistik Suatu Pengantar (1966) mengemukakan ada tiga permasalahan dasar dalam Statistik, yaitu: (1) Permasalahan wacana Rata-rata (Average), (2) Permasalahan wacana Pemencaran atau Penyebaran (Variability atau Dilpersion), dan (3) Permasalahan wacana Saling-Hubungan (Korelasi).
Menurut Hananto Sigit, kita tidak perlu berpikir jauh-jauh dan mendalam jikalau kita ingin tahu apa duduk kasus statistik yang bahwasanya itu. Pada dasarnya setiap orang, baik sadar ataupun tidak, telah berpikir dengan mempergunakan ide-ide statistik (statistical ideas). Betapa tidak, kita sering mempergunakan pengertian “rata-rata” (average) dalam kehidupan kita sehari-hari. Seorang gnu akan mengambil nilai rata-rata yang diperoleh muridnya untuk mengetahui bagaimana kualitas muridnya; seorang produsen antara lain akan memakai angka rata-rata penghasilan penduduk pada suatu kawasan untuk mengetahui apakah kira-kira marketing hasil produksinya sanggup berhasil; seorang sarjana ekonomi akan mempergunakan pendapatan nasional per kapita untuk mengetahui bagaimanakah keadaan kehidupan masyarakat suatu negara. Semua telah mengenal konsep “rata-rata” ini baik dipergunakan untuk tujuan yang tinggi dan muluk ataupun untuk hal yang sepele dan sederhana.
Suatu duduk kasus statistik lainnya yaitu apa yang dikenal dengan nama “dispersi” (dispersion) atau “variabilitas”. Seorang guru mungkin akan berkata bahwa kepandaian muridnya dari kelas A yaitu lebih merata (homogen) daripada murid kelas B. Dalam hal ini murid kelas B perbedaan kepandaiannya satu dengan lainnya lebih tajam daripada antarmurid dalam kelas A. Seorang produsen bola lampu listrik akan mengharapkan kualitas bola lampu listrik yang diproduksinya sedapat mungkin seragam; artinya jangan ada perbedaan ketahanan (umurnya) yang berbeda-beda besar antara bola lampu yang satu dengan lainnya, variabilitas kualitas bola lampu listrik itu biar sekecil mungkin. Dengan sederhana di sini kita telah mengenal kata yang sudah diindonesiakan, yaitu “variasi” yang artinya: “banyak ragamnya”. Dalam kehidupan sehari-hari kita bahagia pada sesuatu yang kaya variasinya sampai tidak membosankan. Tetapi dalam statistik justru kita biasanya mengusahakan biar sesuatu itu tidak banyak variasinya, biar variabilitasnya kecil. Ukuran variabilitas yang kecil akan menunjukkan kualitas yang tinggi. Secara senda gurau, mungkin inilah sebabnya mengapa statistik dianggap membosankan oleh sebagian besar orang.
Sebuah duduk kasus lain lagi dari statistik yaitu duduk kasus wacana “korelasi” atau “asosiasi”, duduk kasus hubungan. Seseorang mungkin berkata bahwa jikalau ada “bintang berekor” di langit maka akan murah sandang pangan; atau seorang produsen mungkin berkata bahwa jikalau inflasi makin deras, maka akan banyak perusahaan gulung tikar; atau seorang guru akan berkata bahwa mereka yang bakir dalam matematika juga akan bakir dalam ilmu Esika, dan sebagainya.
Tiga duduk kasus statistik: “rata-rata”, “variabilita” dan “korelasi” inilah yang merupakan duduk kasus dasar statistik-suatu duduk kasus yang niscaya sudah tidak gila lagi. Semua duduk kasus tersebut akan sanggup dinyatakan dengan besaran bilangan, dan dengan batas-batas tertentu kita nantinya sanggup menganalisis lebih lanjut.
Menurut penulis, sebelum memasuki ke tiga jenis permasalahan sebagaimana dikemukakan oleh Hananto Sigit di atas tadi, ada satu permasalahan awal yang sangat sederhana, yaitu duduk kasus wacana distribusi frekuensi atau duduk kasus wacana pencaran frekuensi yang dalam aktivitas analisis statistik boleh dikatakan merupakan “kunci pembuka”-nya. Erat sekali kaitannya dengan pernyataan di atas, aku kira perlu dibicarakan dahulu permasalahan wacana Distribusi Frekuensi Rata-rata, Penyebaran Data dan Karelasi.
Sumber:
Sudijono, Anas, 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cetakan ke-22.
Belum ada Komentar untuk "✔ Permasalahan Statistik Berdasarkan Hananto Sigit"
Posting Komentar