✔ Pendekatan Sistem Dalam Teori Manajemen
| Cara berpikir insan antara lain 1) deduktif atau analitikal, 2) induktif atau empirikal, 3) kausatif (the shaping of future), 4) kreatif, 5) proteksi silogisme, 6) abstrak, 7) konkret, dan 8) sistem. Deduktif dari umum ke khusus. Induktif dari khusus ke umum.
Sistem berasal dari bahasa Yunani, system. Sistem berdasarkan Shore & Voich (1974) ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian. Gerald, et al. (1981) mendefinisikan sistem ialah tata cara kerja yang saling berkaitan, dan bekerja sama membentuk suatu acara atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem berdasarkan Banghart (1990) ialah sekelompok elemen-elemen yang saling berkaitan yang secara gotong royong diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Murdick & Ross (1982) mendefinisikan sistem sebagai seperangkat unsur yang melaksanakan suatu kegiatan atau menciptakan bagan dalam rangka mencapai tujuan dengan mengolah data dan atau energi serta barang-barang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan gosip dan atau energi dan atau benda. Koontz & O'Donnel (1976) mendefinisikan sistem sebagai keseluruhan bukan hanya bagian-bagian lantaran sistem yang bersangkutan perlu dipandang sebagai suatu totalitas. Sistem sanggup dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau terbuka. Sistem tertutup ialah sistem yang tidak dipengaruhi dan memengaruhi lingkungannya, sedangkan sistem terbuka ialah sistem yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.
Definisi sistem berdasarkan Bertalanffy ialah sekelompok elemen yang saling memengaruhi, dan sistem berdasarkan Ackof ialah suatu entitas baik yang bersifat konseptual atau fisikal yang terdiri dari bagian-bagian yang interdependen. Sedangkan sistem berdasarkan Poel ialah kumpulan elemen-elemen di mana terdapat hubungan yang mengarah pada pencapaian target tertentu. Winardi (1986) sanggup lebih menjelaskan pengertian sistem menyerupai dalam Tabel 2.3 berikut.
Ada tiga unsur pokok berpikir sistem (systems thinking); 1) sains sistem, yaitu eksplorasi ilmiah perihal sistem dalam aneka macam bidang ilmu contohnya ilmu lingkungan hidup; 2) sistem teknologi, yaitu problem yang muncul dalam teknologi modern dan masyarakat, contohnya hardware, software, dan brainware; 3) filsafat sistem, yaitu reorientasi pemikiran dan pandangan dunia ilmiah, contohnya paradigma gres yang dikembangkan Kuhn.
Winardi (1986) menyatakan bahwa dalam dunia nyata, sejumlah pembuat keputusan yang hebat memakai intuisi mereka. Akan tetapi, ada juga pengambil keputusan pemula yang tentu belum berpengalaman tidak sanggup mengambil keputusan yang hebat berdasarkan intuisi. Oleh lantaran itu, dibutuhkan berpikir dengan memakai sistem. Manfaat berpikir sistem ialah tidak menciptakan orang berpikir terkotak-kotak atau parsial, tetapi menyeluruh dengan memakai subsistem-subsistem secara sinergi. Hasil keputusannya akan lebih baik dibandingkan berpikir tanpa sistem.
Sifat-sifat sistem antara lain 1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem; 2) selalu merupakan potongan sistem yang lebih besar (supersistem); 3) sanggup bersifat tertutup dan terbuka; 4) selalu mempunyai batas-batas sistem; 5) sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran (entropi); 6) rasio input, proses, dan output dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dinamis dan mempertahankan kehidupannya; 7) memerlukan umpan balik untuk menjaga keseimbangan tersebut; 8) perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan meningkatkan mutu subsistem antara spesialisasi dan diferensiasi struktur; 9) akhir spesialisasi dan diferensiasi, batas sistem perlu diperluas; 10) bertambahnya interaksi dengan lingkungannya menimbulkan sulitnya pemecahan duduk masalah sebuah sistem lantaran itu muncul istilah kontingensi; (11) menyeluruh (wholistic), yaitu dipahami sebagai kesatuan total bukan atomistic; (12) sinergi, yaitu bekerja bersama-sama, kesudahannya lebih besar daripada bekerja sendirisendiri.
Pareto (1896-1917) dijuluki sebagai Bapak Pendekatan Sistem Sosial dalam organisasi dan manajemen. Pendekatan sistem menimbulkan subsistem-subsistem sebagai sinergistik, yaitu kekuatan sistem menjadi lebih besar dibandingkan dengan jumlah subsistem masing-masing.
Timbulnya teori sistem umum pada tahun 1954 di Amerika Serikat dengan didirikannya sebuah organisasi yang berjulukan The Society forAdvancement of General System Theory yang populer sebagai Seksi L dariAmerican Association forAdvancement of Science. Tujuan umum seksi tersebut ialah menyatukan bidang-bidang penelitian dengan isi yang berbeda, tetapi mempunyai struktur atau dasar filsafat yang serupa sehingga memungkinkan para jago dari aneka macam disiplin ilmu bisa membuatkan bahasa umum yang sanggup merangsang mereka menjadi lebih produktif. Dengan demikian, para ilmuwan sanggup menyatukan ilmu pengetahuannya melalui perbaikan komunikasi antarilmuwan.
Tujuan umum di atas dijabarkan dalam tujuan khusus, yaitu 1) meneliti isomorf-isomorf, konsep-konsep, hukum-hukum, dan model-model dalam aneka macam disiplin dan membantu mentransfer hal yang berkhasiat dari bidang yang satu ke bidang yang lain, 2) merangsang perkembangan model-model teoretis dalam bidang-bidang di mana hal tersebut belum ada, 3) mengurangi duplikasi upaya-upaya teoretis dalam bidang yang berbeda, 4) membantu mengusahakan kesatuan ilmu pengetahuan melalui perbaikan komunikasi antara para spesialis.
Selama tahun 1960-an hingga awal tahun 1970-an, General Systems Theory (GST) digunakan sebagai pendekatan untuk mempelajari konsep manajemen. Bertalanffy, populer sebagai jago di bidang biologi teoretis. Ia yakin bahwa GST sanggup diterapkan dalam aneka macam disiplin ilmu. Menurut Bertalanffy, organisme merupakan totalitas. Karya-karyanya telah mendorong didirika Society for General Research. Ia berdalil, '"di atas llmu Pengetahuan yang ada perlu ditetapkan dan dikembangkan sebuah ilmu pengetahuan dasar berdasarkan teori sistem umum.” Bentuk umum suatu Sistem terdiri atas Input, proses, output dan umpan balik. Umpan balik ialah hasil output untuk memperbaiki input yang akan datang. Keempat unsur tersebut berada dalam Suatu Organisasi. Sebagai organisasi dengan sistem terbuka, maka organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan luarnya. Uraian di atas akan menjadi terang dengan mempelajari gambar bentuk umum suatu sistem menyerupai yang tampak Pada Gambar 2.1 berikut.
Pendekatan sistem mencakup penerapan konsep-konsep yang cocok dari teori sistem untuk mempermudah pemahaman perihal teori organisasi dan praktik manajerial.
Selama potongan pertama periode XX, para manajer ilmiah telah memusatkan perhatian pada sistem persediaan (inventory systems), sistem pembukuan (accounting systems), sistem pengawasan produksi (production control systems), sistem perencanaan (planning systems), dan sistem-sistem lainnya. Dengan demikian, pendekatan sistem sudah ada semenjak dahulu.
Pendekatan sistem ini selanjutnya berubah menjadi Planning Programming Budgeting System (PPBS), Management By Objective (MBO), Pola Kerja Terpadu (PKT) (1993), dan Performance Improvement Planning (PIP) atau Peningkatan Prestasi Kinerja (PPK) (1995).
Pengikut pendekatan sistem di antaranya Selznick (1948), Homan (1950) RAND (1954) dengan PPBS-nya, Churman (1957) dengan operasional risetnya, McManara (1960) dengan FPBS-nya, Murdick (1971) dan Humble (1971) Kast & Rosenzweig (1974), Odione (1975) masing-masing dengan MBO-nya.
Titik berat teori pendekatan sistem ialah memandang organisasi sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini ialah gambar pendekatan sistem di dalam administrasi.
Salah satu konsep yang paling banyak digunakan dalam memahami organisasi ialah dengan memandang organisasi sebagai sistem dan memandang organisasi sebagai organisasi pembelajaran.
Peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari input, proses, output hingga pada outcome pendidikan. Dalam praktiknya, peningkatan mutu selama ini belum memakai pendekatan sistem. Peningkatan mutu cenderung berpikir output oriented. Mutu pendidikan hanya dinilai dari output pendidikan menyerupai hasil berguru dan ujian nasional. Padahal, dengan berpikir sebagai sistem, mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian nasional tetapi juga mutu input dan mutu prosesnya di dalam kelas. Sebagai kelanjutan pendekatan sistem ialah pendekatan kontingensi.
Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.41-45.
Keyword terkait:
manajemen pendidikan dalam profesi keguruan, manajemen pendidikan berdasarkan para ahli, manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan.
Sistem berasal dari bahasa Yunani, system. Sistem berdasarkan Shore & Voich (1974) ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian. Gerald, et al. (1981) mendefinisikan sistem ialah tata cara kerja yang saling berkaitan, dan bekerja sama membentuk suatu acara atau mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem berdasarkan Banghart (1990) ialah sekelompok elemen-elemen yang saling berkaitan yang secara gotong royong diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Murdick & Ross (1982) mendefinisikan sistem sebagai seperangkat unsur yang melaksanakan suatu kegiatan atau menciptakan bagan dalam rangka mencapai tujuan dengan mengolah data dan atau energi serta barang-barang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan gosip dan atau energi dan atau benda. Koontz & O'Donnel (1976) mendefinisikan sistem sebagai keseluruhan bukan hanya bagian-bagian lantaran sistem yang bersangkutan perlu dipandang sebagai suatu totalitas. Sistem sanggup dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau terbuka. Sistem tertutup ialah sistem yang tidak dipengaruhi dan memengaruhi lingkungannya, sedangkan sistem terbuka ialah sistem yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.
Definisi sistem berdasarkan Bertalanffy ialah sekelompok elemen yang saling memengaruhi, dan sistem berdasarkan Ackof ialah suatu entitas baik yang bersifat konseptual atau fisikal yang terdiri dari bagian-bagian yang interdependen. Sedangkan sistem berdasarkan Poel ialah kumpulan elemen-elemen di mana terdapat hubungan yang mengarah pada pencapaian target tertentu. Winardi (1986) sanggup lebih menjelaskan pengertian sistem menyerupai dalam Tabel 2.3 berikut.
Ada tiga unsur pokok berpikir sistem (systems thinking); 1) sains sistem, yaitu eksplorasi ilmiah perihal sistem dalam aneka macam bidang ilmu contohnya ilmu lingkungan hidup; 2) sistem teknologi, yaitu problem yang muncul dalam teknologi modern dan masyarakat, contohnya hardware, software, dan brainware; 3) filsafat sistem, yaitu reorientasi pemikiran dan pandangan dunia ilmiah, contohnya paradigma gres yang dikembangkan Kuhn.
Winardi (1986) menyatakan bahwa dalam dunia nyata, sejumlah pembuat keputusan yang hebat memakai intuisi mereka. Akan tetapi, ada juga pengambil keputusan pemula yang tentu belum berpengalaman tidak sanggup mengambil keputusan yang hebat berdasarkan intuisi. Oleh lantaran itu, dibutuhkan berpikir dengan memakai sistem. Manfaat berpikir sistem ialah tidak menciptakan orang berpikir terkotak-kotak atau parsial, tetapi menyeluruh dengan memakai subsistem-subsistem secara sinergi. Hasil keputusannya akan lebih baik dibandingkan berpikir tanpa sistem.
Sifat-sifat sistem antara lain 1) selalu terdiri dari lebih dari satu subsistem; 2) selalu merupakan potongan sistem yang lebih besar (supersistem); 3) sanggup bersifat tertutup dan terbuka; 4) selalu mempunyai batas-batas sistem; 5) sistem tertutup cenderung mengalami kemunduran (entropi); 6) rasio input, proses, dan output dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan dinamis dan mempertahankan kehidupannya; 7) memerlukan umpan balik untuk menjaga keseimbangan tersebut; 8) perubahan cepat memerlukan kewaspadaan dengan meningkatkan mutu subsistem antara spesialisasi dan diferensiasi struktur; 9) akhir spesialisasi dan diferensiasi, batas sistem perlu diperluas; 10) bertambahnya interaksi dengan lingkungannya menimbulkan sulitnya pemecahan duduk masalah sebuah sistem lantaran itu muncul istilah kontingensi; (11) menyeluruh (wholistic), yaitu dipahami sebagai kesatuan total bukan atomistic; (12) sinergi, yaitu bekerja bersama-sama, kesudahannya lebih besar daripada bekerja sendirisendiri.
Pareto (1896-1917) dijuluki sebagai Bapak Pendekatan Sistem Sosial dalam organisasi dan manajemen. Pendekatan sistem menimbulkan subsistem-subsistem sebagai sinergistik, yaitu kekuatan sistem menjadi lebih besar dibandingkan dengan jumlah subsistem masing-masing.
Timbulnya teori sistem umum pada tahun 1954 di Amerika Serikat dengan didirikannya sebuah organisasi yang berjulukan The Society forAdvancement of General System Theory yang populer sebagai Seksi L dariAmerican Association forAdvancement of Science. Tujuan umum seksi tersebut ialah menyatukan bidang-bidang penelitian dengan isi yang berbeda, tetapi mempunyai struktur atau dasar filsafat yang serupa sehingga memungkinkan para jago dari aneka macam disiplin ilmu bisa membuatkan bahasa umum yang sanggup merangsang mereka menjadi lebih produktif. Dengan demikian, para ilmuwan sanggup menyatukan ilmu pengetahuannya melalui perbaikan komunikasi antarilmuwan.
Tujuan umum di atas dijabarkan dalam tujuan khusus, yaitu 1) meneliti isomorf-isomorf, konsep-konsep, hukum-hukum, dan model-model dalam aneka macam disiplin dan membantu mentransfer hal yang berkhasiat dari bidang yang satu ke bidang yang lain, 2) merangsang perkembangan model-model teoretis dalam bidang-bidang di mana hal tersebut belum ada, 3) mengurangi duplikasi upaya-upaya teoretis dalam bidang yang berbeda, 4) membantu mengusahakan kesatuan ilmu pengetahuan melalui perbaikan komunikasi antara para spesialis.
Selama tahun 1960-an hingga awal tahun 1970-an, General Systems Theory (GST) digunakan sebagai pendekatan untuk mempelajari konsep manajemen. Bertalanffy, populer sebagai jago di bidang biologi teoretis. Ia yakin bahwa GST sanggup diterapkan dalam aneka macam disiplin ilmu. Menurut Bertalanffy, organisme merupakan totalitas. Karya-karyanya telah mendorong didirika Society for General Research. Ia berdalil, '"di atas llmu Pengetahuan yang ada perlu ditetapkan dan dikembangkan sebuah ilmu pengetahuan dasar berdasarkan teori sistem umum.” Bentuk umum suatu Sistem terdiri atas Input, proses, output dan umpan balik. Umpan balik ialah hasil output untuk memperbaiki input yang akan datang. Keempat unsur tersebut berada dalam Suatu Organisasi. Sebagai organisasi dengan sistem terbuka, maka organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan luarnya. Uraian di atas akan menjadi terang dengan mempelajari gambar bentuk umum suatu sistem menyerupai yang tampak Pada Gambar 2.1 berikut.
Pendekatan sistem mencakup penerapan konsep-konsep yang cocok dari teori sistem untuk mempermudah pemahaman perihal teori organisasi dan praktik manajerial.
Selama potongan pertama periode XX, para manajer ilmiah telah memusatkan perhatian pada sistem persediaan (inventory systems), sistem pembukuan (accounting systems), sistem pengawasan produksi (production control systems), sistem perencanaan (planning systems), dan sistem-sistem lainnya. Dengan demikian, pendekatan sistem sudah ada semenjak dahulu.
Pendekatan sistem ini selanjutnya berubah menjadi Planning Programming Budgeting System (PPBS), Management By Objective (MBO), Pola Kerja Terpadu (PKT) (1993), dan Performance Improvement Planning (PIP) atau Peningkatan Prestasi Kinerja (PPK) (1995).
Pengikut pendekatan sistem di antaranya Selznick (1948), Homan (1950) RAND (1954) dengan PPBS-nya, Churman (1957) dengan operasional risetnya, McManara (1960) dengan FPBS-nya, Murdick (1971) dan Humble (1971) Kast & Rosenzweig (1974), Odione (1975) masing-masing dengan MBO-nya.
Titik berat teori pendekatan sistem ialah memandang organisasi sebagai sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini ialah gambar pendekatan sistem di dalam administrasi.
Salah satu konsep yang paling banyak digunakan dalam memahami organisasi ialah dengan memandang organisasi sebagai sistem dan memandang organisasi sebagai organisasi pembelajaran.
Peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari input, proses, output hingga pada outcome pendidikan. Dalam praktiknya, peningkatan mutu selama ini belum memakai pendekatan sistem. Peningkatan mutu cenderung berpikir output oriented. Mutu pendidikan hanya dinilai dari output pendidikan menyerupai hasil berguru dan ujian nasional. Padahal, dengan berpikir sebagai sistem, mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian nasional tetapi juga mutu input dan mutu prosesnya di dalam kelas. Sebagai kelanjutan pendekatan sistem ialah pendekatan kontingensi.
Sumber:
Usman, Husaini. 2011. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal.41-45.
Keyword terkait:
manajemen pendidikan dalam profesi keguruan, manajemen pendidikan berdasarkan para ahli, manajemen pendidikan dan manajemen pendidikan.
Belum ada Komentar untuk "✔ Pendekatan Sistem Dalam Teori Manajemen"
Posting Komentar