✔ Pengukuran/Penelitian Budaya Organisasi

Pengukuran/penelitian budaya organisasi sanggup dilakukan bersama-sama dengan terintegrasi pada acara pengukuran diri karyawan dan pimpinan. Pengukuran sanggup dilakukan setiap tahun atau pada periode tertentu sesuai dengan kebutuhan forum yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk peningkatan kualitas budaya kerja atau budaya organisasi di lingkungan perusahaan atau forum yang terkait. Mengukur budaya organisasi dilakukan dengan memakai instrumen pengukuran tertentu yang hanya sanggup mengukur secara kelompok/tim dengan indikator; sangat kuat, kuat, lemah dan sangat lemah kecenderungan budaya organisasinya. (Veithzal Rivai, 2006: 473-481)

Metodologi penelitian yang dipakai untuk meneliti tanda-tanda atau insiden budaya organisasi yaitu metodologi penelitian kualitatif dan metodologi penelitian kuantitatif. Penggunaan metodologi penelitian kuantitatif telah menjadi main stream penelitian di Indonesia.

Melalui metodologi kualitatif, peneliti mendengar narasumber (pelaku budaya) berbicara tolong-menolong perihal dirinya (mereka) sendiri sesuai dengan perspektif (perspective truth) masing-masing, dan mengamati mereka berperilaku seadanya terhadap lingkungannya sesuai dengan posisi dan kiprah di dal;am sistem sosial masing-masing pula, kendati pun peneliti tidak mengananggapnya benar (real truth), atau sekalipun peneliti menganggapnya aneh. Not only the people interpret things differently, they focus their attention on different things.

Peneliti kualitatif yaitu orang yang bersikap symbolic interactionist, yang beropini bahwa people are constantly in a process of interpretation and definition as they move from one situation to another, berbicara dan bertindak berdasarkan interpretasi dan definisi itu.

Peneliti kualitatif di sisi lain berusaha mengamati bagaimana orang memakai abstract rules dan common sense understanding di dalam banyak sekali situasi sehingga sikap mereka terlihat rutin, explicable dan unabiguous.

Dalam beberapa hal, metodologi penelitian kuantitatif yaitu kebalikan metodologi kualitatif. Boleh dikatakan dalam banyak hal, metodologi penelitian kuantitatif yaitu metodologi penelitian pada umumnya minus metodologi penelitian kualitatif. Salah satu perbedaan fundamental ialah, kalau dalam penelitian kualitatif peneliti mengamati dan membaca apa yang keluar dari narasumber sebagaimana adanya pada suatu dikala tanpa mempengaruhinya dengan cara apa pun dan tanpa memakai frame of reference (FOR) peneliti sendiri, dalam penelitian kuantitatif peneliti memakai FOR-nya, mengamati dan membaca catatan-catatan yang direkam melalui (dengan) instrumennya.

Dalam praktik, kedua macam metodologi itu sanggup dikombinasikan, atau yang satu lebih banyak didominasi terhadap yang lain. Misalnya, kalau titik berat penelitian budaya organisasi diletakkan pada aspek antropologinya, metodologi kualitatif dominan; sebaliknya kalau titik berat penelitian pada aspek administrasi atau organisasi. Atau dalam suatu penelitian hingga pada tahap perumusan hipotesis dipakai metodologi kualitatif untuk kemudian dilanjutkan dengan metodologi kuantitatif.

Peneliti disarankan memakai metodologi kualitatif kalau ia hendak :
  1. Understanding the meaning
  2. Understand the particular context (kasus)
  3. Identifying the unanticipated phenomena and influences 
  4. Understand the process 
  5. Developing causal explanations
Studi budaya organisasi memerlukan metodologi dasar penelitian, yaitu metodologi yang efektif untuk memahami ke-bhinneka-an, uniqueness, dan membangun apa yang oleh Max Weber disebut verstehen.

Metodologi dasar penelitian yang dipandang sempurna di bidang studi budaya organisasi yaitu metodologi kualitatif dalam arti, setiap penelitian pendahuluan (penjajagan, eksplorasi) guna menemukan (mengidentifikasi kualitas yang signifikan) dan merumuskan problem penelitian dalam rangka menyusun sebuah skripsi, tesis, disertasi, atau kiprah ilmiah formal lainnya, diawali dengan penelitian kualitatif sehingga penelitian menjadi spesifik, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif, penelitian kuantitatif, atau kombinasi keduanya yang dirancang secara tepat.

Disamping itu cara berpikir kualitatif juga dipandang sebagai cara berpikir yang paling cocok untuk memahami dan mengimplementasikan filsafat Bhinneka Tunggal Ika.  Cara berpikir kualitatif menawarkan ruang bagi setiap lingkungan budaya untuk tetap eksis dan memiliki ruang bagi uniquenessnya masing-masing, tanpa harus dikorbankan untuk kepentingan lingkungan budaya tertentu yang kekuatan politiknya dominan, yang dianggap mewakili seluruh nusantara indonesia berdasarkan ajaran kuantitatif.

Bertolak dari pengalaman metodologikal yang memperlihatkan bahwa kelemahan pendekatan yang satu sanggup ditutupi dengan kekuatan pendekatan yang lain, maka dalam setiap acara penelitian pemerintahan ke depan kedua-duanya dipakai dengan catatan, bahwa setiap peneliti menentukan mana diantara keduanya yang dinyatakan lebih banyak didominasi sementara yang lain berfungsi kontrol.

Jika pendekatan kualitatif yang digunakan, hipotesis juga berfungsi sebagai tanggapan teoretik, “sementara”,  dan penuntun ke lapangan, tetapi tidak sebagi alata ukur. Hipotesis kualitatif yang disebut juga working-hypothesis atau hipotesis kerja harus rinci menjadi kategori (substansi), properties (kualitas) dan nilai (yang direkam peneliti berdasarkan FOR narasumber.

Belum ada Komentar untuk "✔ Pengukuran/Penelitian Budaya Organisasi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel